Berita

PM India, Narendra Modi dan Presiden China, Xi Jinping (Foto: Deshgujarat.com)

Bisnis

India-China Rujuk, Bursa Saham Ragu

RABU, 23 OKTOBER 2024 | 14:51 WIB | OLEH: ADE MULYANA

Masih minimnya sentimen yang tersedia, membuat sikap ragu pelaku pasar bertahan hingga sesi pertengahan pekan ini. Laporan dari jalannya sesi perdagangan sebelumnya di Wall Street juga mencerminkan keraguan serupa. Di tengah minimnya sentimen tersebut, KTT BRICS akhirnya menjadi pilihan bagi investor untuk dijadikan pusat perhatian.

KTT yang akan dihelat di Rusia itu dilaporkan akan diwarnai rujuknya dua negara raksasa ekonomi-politik Asia yang sedang dalam tensi tinggi, China dan India. Serangkaian laporan yang beredar menyebutkan, kedua negara yang segera mengakhiri perseteruan panas di perbatasan yang telah berlangsung empat tahun.

Namun investor masih mencermati sejauh mana rujuk China-India berdampak pada kinerja perekonomian global. Sikap wait and see akhirnya menjadi pilihan dan gerak Indeks yang mixed di rentang terbatas tak terhindarkan. Hingga sesi perdagangan ditutup, Indeks DJIA turun tipis 0,02 persen di 42.924,89, sementara Indeks S&P500 melemah 0,05 persen di 5.851,2 dan Indeks Nasdaq yang naik moderat 0,18 persen di 18.573,13.

Gerak sempit di sesi Wall Street menjadikan investor di Asia kesulitan menentukan arah gerak. Namun potensi teknikal pasca kemerosotan yang terjadi di sesi perdagangan kemarin membuat pelaku pasar berupaya lebih rasional dalam mengevaluasi tekanan jual.

Kecenderungan indeks untuk menjejak zona positif dalam rentang terbatas akhirnya terjadi. Namun juga masih tersisa tekanan jual hingga sempat menghantarkan Indeks ke zona penurunan tipis. Secara keseluruhan, gerak Indeks terpantau konsisten menjejak di rentang terbatas dengan kecenderungan menguat.

Hingga ulasan ini disunting, Indeks Nikkei (Jepang) menurun signifikan  1,1 persen di 37.987,62, indeks KOSPI (Korea Selatan) melonjak  0,81 persen di 2.591,51 dan indeks ASX200 (Australia) naik tipis 0,11 persen di 8.214,5. Pola gerak ragu pada indeks di Bursa saham utama Asia itu kemudian menjalar hingga sesi perdagangan di Jakarta.

Pantauan menunjukkan, gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang juga konsisten menapak di rentang moderat di sepanjang sesi pagi ini, Rabu 23 Oktober 2024. IHSG kemudian menutup sesi pagi dengan menurun tipis 0,06 persen di 7.784,44.  IHSG terpantau sempat menginjak zona hijau hingga menembus level psikologis nya di 7.800 yang diyakini lebih dilatari oleh sentimen pemerintahan baru di bawah Presiden Prabowo Subianto.

Pantauan lebih jauh menunjukkan, kinerja ragu IHSG yang tercermin pada gerak saham unggulan yang kembali bervariasi. Sejumlah saham unggulan yang masuk dalam jajaran teraktif ditransaksikan terpeleset merah, seperti: BBRI, TLKM, BMRI, ADRO, PTBA dan UNTR. Sedangkan saham unggulan lain mampu bertahan positif seperti: BBCA, ASII, INDF, LSIP dan PGAS.  Minimnya sentimen yang berkembang membuat saham saham tersebut bergerak positif sekedar mengikuti potensi teknikal nya.

Rujuk China-India Bisa Angkat Rupiah

Situasi kelam terlihat masih berlanjut di pasar uang global. Pelaku pasar kini semakin menantikan serangkaian rilis data perekonomian terkini dan pernyataan dari para petinggi Bank Sentral di Eropa dan Amerika.

Pantauan terkini menunjukkan, mata uang utama dunia yang kembali terperosok dalam sesi perdagangan Selasa malam waktu Indonesia Barat. Kemerosotan tersebut masih bertahan hingga siang ini di sesi perdagangan Asia. Nilai tukar Euro bahkan kini telah menembus ke bawah level psikologis pentingnya di kisaran 1,0800, sedangkan Poundsterling telah stabil di bawah kisaran 1,3000 dan Dolar Australia yang kini karib di bawah kisaran 0,6700.

Kemerosotan mata uang utama dunia tersebut dengan mudah menghadirkan tekanan suram bagi mata uang Asia termasuk Rupiah. Sentimen dari rujuknya India-China yang mungkin mengarah pada peluang kesepakatan mata uang BRICS sebagai tandingan Dolar AS semestinya memberikan harapan cerah bagi Rupiah.

Namun untuk sementara ini, kinerja Rupiah masih lebih bergantung pada sentimen pemerintahan baru di bawah Presiden Prabowo Subianto. Hingga sesi perdagangan siang ini berlangsung, Rupiah masih bertengger di kisaran Rp15.609 per Dolar AS atau melemah 0,35 persen.

Populer

Jaksa Agung Tidak Jujur, Jam Tangan Breitling Limited Edition Tidak Masuk LHKPN

Kamis, 21 November 2024 | 08:14

MUI Imbau Umat Islam Tak Pilih Pemimpin Pendukung Dinasti Politik

Jumat, 22 November 2024 | 09:27

Kejagung Periksa OC Kaligis serta Anak-Istri Zarof Ricar

Selasa, 26 November 2024 | 00:21

Rusia Siap Bombardir Ukraina dengan Rudal Hipersonik Oreshnik, Harga Minyak Langsung Naik

Sabtu, 23 November 2024 | 07:41

Ini Identitas 8 Orang yang Terjaring OTT KPK di Bengkulu

Minggu, 24 November 2024 | 16:14

Sikap Jokowi Munculkan Potensi konflik di Pilkada Jateng dan Jakarta

Senin, 25 November 2024 | 18:57

Legislator PKS Soroti Deindustrialisasi Jadi Mimpi Buruk Industri

Rabu, 20 November 2024 | 13:30

UPDATE

Sehari Usai Pencoblosan, Pj Gubernur DKI Lantik Walikota Jakpus

Kamis, 28 November 2024 | 22:00

Timses Zahir-Aslam Kena OTT Dugaan ‘Money Politik’ di Pilkada Batubara

Kamis, 28 November 2024 | 21:51

Polri Perkuat Kerja Sama Bareng Dukcapil Kemendagri

Kamis, 28 November 2024 | 21:49

KPK Tahan 3 Ketua Pokja Paket Pekerjaan Perkeretaapian DJKA

Kamis, 28 November 2024 | 21:49

Firli Bahuri Tak Hadiri Pemeriksaan Polisi karena Ada Pengajian

Kamis, 28 November 2024 | 21:25

Ini Kebijakan Baru Mendikdasmen Untuk Mudahkan Guru

Kamis, 28 November 2024 | 21:22

Rupiah Terangkat Pilkada, Dolar AS Masih di Rp15.800

Kamis, 28 November 2024 | 21:13

Prabowo Menangis di Depan Ribuan Guru Indonesia

Kamis, 28 November 2024 | 21:11

Pengamat: RK-Suswono Kalah karena Meremehkan Pramono-Doel

Kamis, 28 November 2024 | 21:04

Perbaiki Tata Ekosistem Logistik Nasional, Mendag Budi Sosialisasi Aturan Baru

Kamis, 28 November 2024 | 21:02

Selengkapnya