Berita

Ilustrasi/Net

Dunia

Khawatir Ancam Keamanan Nasional, AS Bakal Larang Impor Kendaraan Listrik China dan Rusia

JUMAT, 04 OKTOBER 2024 | 19:42 WIB | LAPORAN: ALIFIA DWI RAMANDHITA

Amerika Serikat (AS) berencana mengumumkan larangan impor kendaraan listrik dari China dan Rusia pada minggu ini, di tengah kekhawatiran mengenai ancaman terhadap keamanan nasional akibat potensi serangan siber pada kendaraan tersebut. 

Seperti dilaporkan VOA pada Jumat (4/10), Gedung Putih mengungkapkan bahwa kendaraan yang mengandung komponen buatan negara-negara tersebut dapat menjadi alat sabotase.

Pejabat AS menyatakan kekhawatirannya bahwa truk, bus, dan kendaraan listrik lainnya bisa disalahgunakan sebagai "kuda Troya" untuk sabotase oleh China. 

Langkah ini merupakan pengumuman kedua dalam enam bulan terakhir yang menargetkan kendaraan listrik dari luar negeri. 

Pada Mei lalu, Washington telah memberlakukan pajak perbatasan sebesar 100 persen terhadap kendaraan listrik dari China, dengan alasan untuk melindungi industri otomotif AS dari persaingan dengan produk yang disubsidi pemerintah China.

Meskipun larangan terbaru ini juga akan berdampak pada Rusia, China tetap menjadi fokus utama kebijakan tersebut.

Jika Kongres menyetujui kebijakan ini, larangan perangkat lunak akan berlaku pada 2027, sedangkan larangan perangkat keras akan diberlakukan mulai 2030. 

Departemen Perdagangan AS memperingatkan bahwa akses ilegal ke sistem kendaraan yang terhubung bisa dimanfaatkan oleh pihak asing untuk mengumpulkan data sensitif atau bahkan memanipulasi kendaraan dari jarak jauh.

"Kendaraan yang terhubung dan teknologi yang mereka gunakan membawa kerentanan dan ancaman baru, terutama dalam kasus kendaraan atau komponen yang dikembangkan di RRC (Republik Rakyat Tiongkok) dan negara-negara lain yang menjadi perhatian," kata penasihat keamanan nasional AS, Jake Sullivan.

Sullivan mengacu pada kelompok peretas China Volt Typhoon, yang menurut pejabat intelijen AS pada bulan Februari telah menargetkan sistem komunikasi, energi, transportasi, air dan air limbah di Amerika Serikat. 

Di sisi lain, China sendiri telah menanggapi dengan keras rencana tersebut dengan menyatakan bahwa mereka menolak kebijakan AS dan menilai bahwa langkah tersebut melanggar prinsip pasar bebas dan persaingan yang adil.

Populer

Pemuda Katolik Tolak Program Transmigrasi di Papua

Rabu, 30 Oktober 2024 | 07:45

Akbar Faizal Sindir Makelar Kasus: Nikmati Breakfast Sebelum Namamu Muncul ke Publik

Senin, 28 Oktober 2024 | 07:30

Pilkada Jateng dan Sumut Memanas Buntut Perseteruan PDIP Vs Jokowi

Minggu, 03 November 2024 | 13:16

Ketum PITI Sayangkan Haikal Hasan Bikin Gaduh soal Kewajiban Sertifikasi Halal

Kamis, 31 Oktober 2024 | 20:01

Inilah Susunan Dewan Komisaris IPC TPK Baru

Jumat, 01 November 2024 | 01:59

Komandan IRGC: Serangan Balasan Iran Melampaui Ekspektasi Israel

Jumat, 01 November 2024 | 12:04

Hizbullah Bombardir Pangkalan Militer Israel Pakai Rudal, Sirine Berdengung Kencang

Sabtu, 02 November 2024 | 18:04

UPDATE

Tiga Hakim PN Surabaya Tersangka Dugaan Suap Diperiksa di Kejagung

Selasa, 05 November 2024 | 14:04

Beberapa Jam Sebelum Pilpres AS, Korut Luncurkan Rudal Balistik ke Laut Timur

Selasa, 05 November 2024 | 13:58

Pembiayaan Hijau Jadi Kunci Percepatan SDGs

Selasa, 05 November 2024 | 13:58

Dipimpin Titiek Soeharto, Komisi IV DPR Rapat Bareng Kementan

Selasa, 05 November 2024 | 13:57

Cegah Pelanggaran Etik, DKPP Rakor Bareng 622 Penyelenggara Pemilu

Selasa, 05 November 2024 | 13:53

Susun Prolegnas 2025-2029, Baleg DPR Bahas Revisi UU Hak Cipta

Selasa, 05 November 2024 | 13:51

BPOM Sita Puluhan Ribu Kemasan Latio Imbas Kasus Keracunan

Selasa, 05 November 2024 | 13:45

Laporan Dugaan Gratifikasi Private Jet Kaesang Masih Berproses di KPK

Selasa, 05 November 2024 | 13:36

DKPP Terima 584 Pengaduan Pilkada, Terbanyak di Sumut

Selasa, 05 November 2024 | 13:35

Masih Sakit, Megawati Belum Bisa Bertemu Prabowo

Selasa, 05 November 2024 | 13:20

Selengkapnya