Berita

Calon Wakil Gubernur Jakarta, Rano Karno/Ist

Publika

Double-Faced

SELASA, 17 SEPTEMBER 2024 | 19:51 WIB | OLEH: ZENG WEI JIAN

JANGAN percaya sama selebriti dan aktor. Para pemain watak. Celebrity fake.

Seperti Rano Karno. Most celebrities punya dua pribadi. In public, yang ditampilkan adalah curated version. Mereka orang yang beda di balik glamor, kemewahan, dan facade of celebrity life.

Contohnya Old School Marilyn Monroe. Dia akting seperti ditzy blonde. Tapi aslinya she was hella smart dan termasuk literary buff. That's why dia tertarik dengan Arthur Miller.


Alice Cooper sebenarnya a soft-spoken Christian. Tapi dia menampilkan citra dan persepsi sebagai moody devil worshippers.

Manifestasi "celebrities fake" seperti Photoshop and image manipulation. Curated social media posts alias pencitraan yang dipoles.

Di kasus Rano Karno, dia pakai modus "exaggerated lifestyles and experiences". Ingin dilihat sebagai orang hebat yang baik hati. Padahal aslinya sombong banget, terutama terhadap strata rendah. Gosipnya dia gemar main judi di kasino luar negeri.

Selebriti berusaha keras mempertahankan polished image. Kunci sukses di situ. Mereka enggak pernah tampil autentik. Selalu palsu.

Influencer culture mengaburkan "authenticity" dan "fabrication". Membuat semua selebritas, tua dan muda, adopsi pendekatan "fake it till you make it".

Rano Karno dan semua selebriti mengidap psychological aspects of fame. Selalu tertekan mempertahankan curated image version-nya. Sehingga rentan kena penyakit psikologis seperti imposter syndrome, takut dinilai dan dikritik, dan self-identity yang enggak jelas.

Masyarakat adalah sumber kekayaan selebriti. Tapi mereka bertingkah they are doing us a favor setiap kali netizen mengomentari unggahan atau menyaksikan their live performance.

Semua itu terjadi karena mereka menciptakan persepsi they are on top of all of us. Ingat slogan "perception is king".

Mereka baru menyapa warga ketika ada maunya. Ingin jadi wagub atau anggota dewan. Karena bangkrut, buncit, tua dan jatuh miskin. Sudah enggak relevan di era digital.

Penulis adalah aktivis Komunitas Tionghoa Anti Korupsi (Komtak)

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya