Donald Trump dan Kamala Harris/Net
Mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump menyalahkan lawan politiknya, Kamala Harris atas percobaan pembunuhan yang menimpanya baru-baru ini.
Trump menyebut retorika pada pidato yang disampaikan Harris selama debat di ABC News seperti: "Trump yang mampu mengancam demokrasi jika menang" dan "Trump ancaman bagi Amerika Serikat", mendorong kebencian di kalangan warga Amerika.
"Karena retorika Kiri Komunis ini, peluru beterbangan, dan itu akan semakin buruk!," ujar Trump dalam sebuah pernyataan, seperti dimuat CNN pada Selasa (17/9).
Baik Harris maupun Presiden Joe Biden telah mengecam upaya pembunuhan Trump, dan berusaha memastikan Dinas Rahasia bekerja lebih maksimal.
Wakil Trump, J.D. Vance menyampaikan kekesalan yang sama. Dia mendesak agar Harris menurunkan retorika adu dombanya.
Ia lebih lanjut memuji Trump karena menyerukan perdamaian dan ketegangan di tengah iklim politik AS yang memanas.
"Retorika itu tidak terkendali. Retorika itu hampir membuat Steve Scalise dan banyak orang lainnya terbunuh beberapa tahun lalu. Retorika itu hampir membuat Donald Trump terbunuh dua kali," kata Vance.
Trump kembali menjadi sasaran tembak oleh seorang pria di lapangan golf pribadi di Florida pada Minggu (15/9).
Menurut laporan media lokal, tersangka merupakan fans berat Ukraina bernama Ryan Wesley Routh berusia 58 tahun.
Routh aktif di media sosial, berbagi berbagai opini politik, dan baru-baru ini diwawancarai oleh sejumlah media berita besar mengenai upayanya merekrut warga Afghanistan untuk mendukung Ukraina di tengah invasi Rusia.
Namun, motif tersangka masih belum jelas karena FBI terus melakukan penyelidikan terhadap latar belakang Routh, untuk melihat apakah ia melakukan penembakan karena tidak senang dengan sikap Trump terhadap Ukraina atau bukan.