Presiden Kelima RI Megawati Soekarnoputri di Universitas Saint Petersburg, di Rusia pada Senin waktu setempat (16/9)/Ist
Hubungan Rusia-Indonesia sejak dulu selalu menjaga komitmen untuk hidup berdampingan secara damai.
Hal itu disampaikan Presiden Kelima RI Megawati Soekarnoputri dalam kuliah umum bertajuk ‘Tantangan Geopolitik dan Pancasila Sebagai Jalan Tata Dunia Baru’ dalam rangka peringatan Hari Ulang Tahun Ke-300 Universitas Saint Petersburg, di Rusia pada Senin waktu setempat (16/9).
Ratusan mahasiswa serta sivitas akademika dari Universitas Saint Petersburg hadir dalam acara tersebut.
Megawati pun mengulas perjalanan panjang hubungan antara Indonesia-Rusia.
Ia mengawali dengan mengatakan bahwa kedatangannya di Rusia ini melekat dengan berbagai kenangan sejarah.
“Pertama, ketika Dr. Ir. Soekarno atau yang sering disebut Bung Karno, Proklamator, dan Presiden Pertama Republik Indonesia berkunjung ke Uni Soviet pada tahun 1956, dan bertemu dengan Presiden Voroshilov. Bung Karno sungguh terkesan terhadap jalan sosialisme dan prinsip koeksistensi yang diterapkan,” kata Megawati.
Kedua, Megawati bercerita Bung Karno pada tahun 1962 menerima kunjungan balasan Presiden Rusia Nikita Khrushchev.
Selain mendapat bantuan pembangunan Gelora Bung Karno yang saat itu merupakan stadion terbesar di Asia Tenggara, Indonesia juga mendapatkan bantuan peralatan militer bagi integrasi teritorial kedaulatan wilayah RI.
“Pada saat itu, Bung Karno memberikan penghargaan Bintang Mahaputra kepada Kosmonot Yuri Gagarin. Penghargaan tertinggi tersebut selain wujud apresiasi kemajuan teknologi ruang angkasa negara ini, juga sebagai sumber keteladanan para pemuda Indonesia untuk membangun visi antariksa,” jelasnya.
Selanjutnya, Megawati bercerita saat dirinya menjadi Presiden Republik Indonesia bertemu dengan Presiden Putin pada tahun 2001 dan 2003.
Pada saat itu, tata dunia bersifat unipolar di saat perang terhadap terorisme sedang gencar dilakukan.
“Saya memperkuat kerjasama pertahanan, salah satunya dengan membeli Pesawat Tempur Sukhoi. Pesawat tempur ini sampai sekarang dalam hal teknologi, kemampuan manuver, daya presisi, masih sangat unggul dan membanggakan Angkatan Udara kami,” sambungnya.
Dari semua perjalanan itu, Megawati mengatakan prinsip ini tertuang dalam politik luar negeri Indonesia bebas aktif.
“Hal yang fundamental yang tidak pernah berubah dalam hubungan Rusia-Indonesia adalah komitmen untuk hidup berdampingan secara damai. Prinsip ini tertuang dalam politik luar negeri Indonesia bebas aktif,” beber Megawati.
Ia melanjutkan, dengan bebas aktif, Indonesia tidak melibatkan diri dalam aliansi blok pertahanan manapun.
“Bebas aktif bukanlah politik netralitas, namun ia berpihak pada kemanusiaan dan semangatnya anti penjajahan,” ungkap Ketua Umum PDIP tersebut.
Ketua Dewan Pengarah BRIN ini menambahkan, bahwa politik luar negeri bebas aktif dipandu oleh falsafah bangsa Indonesia, yakni Pancasila.
“Dengan sila kemanusiaan kami bertekad membangun persaudaraan dunia. Dengan keadilan sosial, kami berjuang bagi tatanan dunia yang damai, adil, dan memperjuangkan kesetaraan antar bangsa. Ini contoh implementasi Pancasila dalam hubungan internasional,” jelasnya lagi.
Turut mendampingi Megawati saat kuliah umum di Universitas St. Petersburg, Duta Besar Dunia Pendidikan dan Iptek untuk Universitas St.Petersburg, Prof. Connie Rahakundini Bakrie.