Berita

Presiden terpilih, Prabowo Subianto/Net

Publika

Politik Sabar Prabowo

Oleh: Ahmad Dimyati*
SABTU, 14 SEPTEMBER 2024 | 00:20 WIB

ISTILAH "politik sabar" Prabowo Subianto merujuk pada pendekatan yang diambil oleh Prabowo dalam karier politiknya, terutama setelah dua kali mengalami kekalahan dalam pemilihan presiden pada 2014 dan 2019. Prabowo menunjukkan kesabaran dan ketahanan yang luar biasa dalam menghadapi berbagai dinamika politik di Indonesia, termasuk saat dia memilih untuk bergabung dengan pemerintahan Presiden Joko Widodo, lawan politiknya di dua pemilu terakhir. Berikut ini adalah beberapa aspek yang menggambarkan "politik sabar" Prabowo Subianto.

Kekalahan dalam Pilpres dan Rekonsiliasi Politik

Prabowo Subianto mencalonkan diri sebagai presiden pada 2014 dan 2019, tetapi kalah dalam kedua pemilihan tersebut dari Joko Widodo. Alih-alih mundur dari politik setelah kekalahan, Prabowo tetap menunjukkan ketahanan dan kesabaran dengan terus aktif di kancah politik.

Setelah Pilpres 2019, Prabowo memilih untuk menerima hasil pemilu dengan lebih bijaksana, meskipun sempat terjadi ketegangan dan protes dari pendukungnya. Ini menunjukkan bahwa Prabowo lebih mengedepankan stabilitas nasional dibandingkan dengan keinginan pribadi atau kelompoknya untuk terus mengedepankan konflik politik.

Bergabung dengan Pemerintahan Jokowi

Salah satu puncak dari "politik sabar" Prabowo adalah keputusannya untuk bergabung dalam kabinet Joko Widodo sebagai Menteri Pertahanan setelah kekalahannya di Pilpres 2019. Ini dianggap sebagai langkah yang mengejutkan oleh banyak pihak, tetapi juga menunjukkan bahwa Prabowo lebih mengedepankan kepentingan bangsa daripada ambisi pribadi.

Keputusan ini juga menggambarkan bahwa Prabowo melihat peluang untuk terus berperan dalam pemerintahan dan mempengaruhi kebijakan di tingkat nasional. Dengan kata lain, dia memilih untuk bersabar dan menunggu momen yang tepat untuk kembali ke pusat kekuasaan tanpa harus selalu menjadi oposisi keras.
 
Kesiapan dan Pengembangan Kekuatan Politik

Dalam politik, Prabowo tampak mengadopsi strategi jangka panjang. Daripada berhadapan langsung dengan kekuasaan, ia memilih untuk bersabar, membangun aliansi, dan memperkuat posisinya melalui pengembangan jaringan politiknya, termasuk melalui partainya, Partai Gerindra. Ini tercermin dalam sikapnya yang siap menerima kekalahan, membangun kekuatan dari dalam, dan menunggu peluang untuk kembali bertarung di Pilpres berikutnya.

Meskipun tidak menjadi presiden, Prabowo tetap berada di posisi penting dalam politik Indonesia. Selain menjabat sebagai Menteri Pertahanan, dia terus membangun pengaruh di dalam Partai Gerindra dan mengonsolidasi basis pendukungnya, yang tetap kuat.

Pendekatan Kooperatif dan Moderasi

Politik sabar Prabowo juga dapat dilihat dalam pendekatannya yang kooperatif dan moderat dalam pemerintahan Jokowi. Sebagai mantan jenderal, banyak yang mengira Prabowo akan terus menjadi oposisi keras, namun ia justru menunjukkan sikap yang lebih kooperatif dan loyal terhadap Jokowi, berkontribusi dalam kebijakan pertahanan dan menjaga stabilitas nasional.

Dengan pendekatan politik sabarnya, Prabowo juga berhasil membangun citra baru sebagai negarawan yang matang, bukan hanya sebagai tokoh oposisi yang vokal. Hal ini berkontribusi dalam menjaga relevansinya di kancah politik nasional dan menjaga posisinya sebagai kandidat kuat di masa depan.

Mempersiapkan Pilpres 2024

Prabowo tampaknya sedang mempersiapkan langkah menuju Pilpres 2024 dengan penuh kehati-hatian. Dengan tetap berada di kabinet dan membangun kekuatan politiknya, ia menunjukkan bahwa politik sabar adalah strategi yang memungkinkan dia untuk menunggu waktu yang tepat untuk kembali mencalonkan diri, dengan basis dukungan yang lebih solid.

Pengalaman sebagai calon presiden dua kali, serta posisinya sebagai Menteri Pertahanan, memberikan Prabowo modal politik yang kuat untuk bersaing di pemilu mendatang. Kesabarannya dalam menghadapi kekalahan dan memilih langkah-langkah strategis membuktikan bahwa ia siap untuk pertarungan politik berikutnya dengan lebih bijak dan terukur.

Politik kesabaran Prabowo Subianto adalah cerminan dari pendekatan pragmatis dan strategi jangka panjang dalam menghadapi dinamika politik Indonesia. Dengan tidak terburu-buru dalam mengejar kekuasaan, Prabowo memilih untuk bersabar, memperkuat posisinya di dalam pemerintahan, serta menjaga stabilitas politik dengan tujuan jangka panjang untuk tetap relevan dan berpengaruh di masa depan. Pendekatan ini menunjukkan kedewasaan politik Prabowo dalam mengelola ambisi dan kekuatan politiknya.

Di sisi lain, Prabowo juga dikenal sebagai tokoh yang memiliki ambisi politik yang besar. Beberapa langkah dan sikap politiknya menunjukkan bahwa ia memiliki tujuan yang jelas untuk mencapai puncak kekuasaan di Indonesia. Setelah kekalahannya (2014 dan 2019), Prabowo tidak pernah menyatakan mundur dari politik, dan indikasi kuat menunjukkan bahwa ia masih bercita-cita menjadi presiden, dengan kemungkinan mencalonkan diri lagi pada Pilpres 2024.

Ambisinya menjadi presiden terlihat dari upayanya membangun kekuatan politik melalui Partai Gerindra dan berinvestasi dalam pencitraan publik serta aliansi politik, baik di tingkat nasional maupun internasional.

Bergabungnya Prabowo ke dalam kabinet Jokowi bisa dilihat sebagai langkah taktis untuk memperkuat posisinya dalam pemerintahan dan mempersiapkan diri untuk pemilihan presiden selanjutnya. Sebagai Menteri Pertahanan, ia mendapatkan platform yang kuat untuk meningkatkan popularitas dan citra sebagai pemimpin yang berpengalaman di bidang pertahanan dan keamanan. Ini bisa dilihat sebagai bagian dari ambisi jangka panjangnya, di mana ia memanfaatkan posisi strategis untuk terus berada dalam pusat kekuasaan dan menjaga relevansi politiknya.

Namun demikian, dan apapun simbol yang melekat pada dirinya, apakah itu kesabaran atau ambisius, nyatanya telah membawa Prabowo Subianto menjadi orang nomor satu di Indonesia setelah dinyatakan memenangkan pemilu di pilpres 2024.

*Penulis adalah Pemerhati Politik

Populer

Sesuai Perintah Prabowo, KPK Harus Usut Mafia Bawang Putih

Minggu, 02 Maret 2025 | 17:41

Digugat CMNP, Hary Tanoe dan MNC Holding Terancam Bangkrut?

Selasa, 04 Maret 2025 | 01:51

Lolos Seleksi TNI AD Secara Gratis, Puluhan Warga Datangi Kodim Banjarnegara

Minggu, 02 Maret 2025 | 05:18

CMNP Minta Pengadilan Sita Jaminan Harta Hary Tanoe

Selasa, 04 Maret 2025 | 03:55

Nyanyian Riza Chalid Penting Mengungkap Pejabat Serakah

Minggu, 09 Maret 2025 | 20:58

Polda Metro Didesak Segera Periksa Pemilik MNC Asia Holding Hary Tanoe

Minggu, 09 Maret 2025 | 18:30

Duit Sitaan Korupsi di Kejagung Tak Pernah Utuh Kembali ke Rakyat

Senin, 10 Maret 2025 | 12:58

UPDATE

Korupsi Menggila, Bangsa Ini Dibawa ke Mana?

Selasa, 11 Maret 2025 | 17:31

Resesi AS Cuma Omon-Omon, Dolar Tembus Rp16.400

Selasa, 11 Maret 2025 | 17:29

Legislator PAN Ungkap Ada Perang Mafia di Tubuh Pertamina

Selasa, 11 Maret 2025 | 17:16

DPR: Kehadiran Pak Simon di Pertamina Getarkan Indonesia

Selasa, 11 Maret 2025 | 17:07

BI dan State Bank of Vietnam Sepakat Perkuat Kerja Sama Bilateral

Selasa, 11 Maret 2025 | 16:56

Masa Jabatan Ketum Partai Digugat di MK, Waketum PAN: Itu Masalah Internal

Selasa, 11 Maret 2025 | 16:54

Anggaran FOLU Net Sink 2030 Non APBN Bisa Masuk Kategori Suap

Selasa, 11 Maret 2025 | 16:54

Pandawara Group Sampaikan Kendala ke Presiden, Siap Berkolaborasi Atasi Sampah

Selasa, 11 Maret 2025 | 16:39

DPR Pertanyakan Pertamina soal ‘Grup Orang-orang Senang’

Selasa, 11 Maret 2025 | 16:37

Menhan: 3 Pasal UU TNI Bakal Direvisi

Selasa, 11 Maret 2025 | 16:24

Selengkapnya