Perkembangan teknologi kecerdasan buatan atau AI membuat Patriark Kirill, kepala Gereja Ortodoks Rusia, merasa gelisah.
Berbicara di forum 'Budaya Abad ke-21: Kedaulatan atau Globalisme?' di St. Petersburg pada Rabu (11/9), ia mengungkapkan kekhawatiran bahwa teknologi telah mengikis iman manusia.
“Jika umat manusia kehilangan iman agama, terutama dalam konteks pertumbuhan teknologi yang terkait dengan munculnya kecerdasan buatan, maka kita benar-benar memasuki era Kiamat,” kata Patriark, seperti dikutip dari
RT, Kamis (12/9).
"Perkembangan umat manusia hanya mungkin terjadi dengan bertumbuhnya keimanan dan moralitas dalam diri manusia," tegas Kirill, sambil memperingatkan bahwa jika tidak, maka akan ada konsekuensi yang mengerikan mengingat munculnya teknologi.
“Kita sedang mendekati masa apokaliptik, inilah yang perlu kita semua pahami dengan jelas,” tegasnya.
Dan, kata Kirill, satu-satunya jalan keluar dari krisis yang mungkin terjadi ini adalah iman kepada Tuhan.
"Jika kita meninggalkan iman kepada Tuhan, tidak akan ada yang berhasil," ujarnya.
Patriark juga memperingatkan bahwa AI dapat menimbulkan bahaya nyata bagi keberadaan umat manusia.
"Tentu saja, ada kisah-kisah horor distopia, ketika kecerdasan buatan mengambil alih seluruh umat manusia,” ujarnya.
Meskipun demikian ia tetap menekankan bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan kecerdasan buatan belum sepenuhnya dipahami dan diwujudkan.
Peringatan tentang potensi bahaya dari perkembangan AI yang pesat juga pernah disampaikan kepala Gereja Katolik, Paus Fransiskus. Ia mengatakan pada pertemuan puncak G7 di Italia pada Juli bahwa AI adalah alat yang menarik sekaligus menakutkan yang membutuhkan pengawasan manusia yang ketat.
Sebelumnya pada 2023, sekelompok pemimpin industri, termasuk dari OpenAI, Google DeepMind, Anthropic dan lainnya, juga memperingatkan bahwa teknologi yang mereka kembangkan suatu hari nanti mungkin menimbulkan ancaman eksistensial bagi umat manusia dan dapat sama mematikannya dengan pandemi dan senjata nuklir.