Donald Trump dan Kamala Harris/ABC News
Mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump menuduh pesaingnya Kamala Harris tidak akan mampu menangani konflik di Timur Tengah karena kebenciannya terhadap Israel.
Klaim itu disampaikan Trump selama debat calon presiden AS National Constitution Center di Philadelphia pada Selasa (10/9) pukul 21.00 waktu setempat atau pada Rabu (11/9) pukul 08.00 WIB.
Trump menjadikan penolakan Harris untuk bertemu Perdana Menteri Netanyahu di Kongres beberapa bulan lalu sebagai bukti bahwa pengganti Presiden Joe Biden itu memang membenci Israel.
"Dia membenci Israel. Dia bahkan tidak mau bertemu dengan Netanyahu ketika dia pergi ke Kongres untuk menyampaikan pidato yang sangat penting. Dia menolak untuk hadir karena dia sedang menghadiri pesta perkumpulan mahasiswinya," ujarnya.
Dengan suara lantang Trump kembali menyampaikan prediksinya tentang Harris yang akan menjadi mimpi buruk dan mampu melenyapkan Israel dalam beberapa tahun ke depan.
"Jika dia menjadi presiden, saya yakin Israel tidak akan ada dalam waktu dua tahun dari sekarang. Dan saya cukup pandai dalam meramal," oceh Trump.
Harris dengan senyuman percaya diri membantah semua tuduhan tersebut dan menegaskan bahwa sejak awal dia dan Biden terus membantu Israel dalam perangnya.
"Itu sama sekali tidak benar. Seluruh karier dan hidup saya mendukung Israel dan orang-orang Israel," tegasnya.
Wakil Presiden AS itu balik menyindir Trump, menyebutnya sebagai calon diktator yang sangat mengidolakan tokoh-tokoh diktator. Dia merujuk pada kedekatan Trump dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un.
"Sudah diketahui umum bahwa ia mengatakan ketika Rusia pergi ke Ukraina, itu adalah tindakan yang brilian. Sudah diketahui umum bahwa ia bertukar surat cinta dengan Kim Jong Un dan sudah diketahui umum bahwa para diktator dan otokrat ini mendukung Anda untuk menjadi presiden lagi," ujar Harris.