SULTAN Agung Hanyokrokusumo (1593-1645) adalah salah satu penguasa terkemuka dari Kesultanan Mataram yang memerintah dari tahun 1613 hingga 1645. Pengaruhnya di kancah internasional pada masa itu sangat signifikan, terutama dalam konteks hubungan dengan kekuatan kolonial dan negara-negara tetangga.
Ada beberapa pengaruh utama Sultan Agung di kancah internasional yang berdampak positif bagi Indonesia atau Nusantara. Salah satunya adalah Sultan Agung dikenal karena perlawanan besarnya terhadap Belanda, khususnya terhadap Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) pada tahun 1628 dan 1629.
Meskipun serangan ini tidak berhasil, upaya tersebut menunjukkan keberanian dan tekad Mataram untuk melawan kekuatan kolonial, yang meningkatkan prestise dan pengaruhnya di Nusantara.
Selain itu, Sultan Agung juga dikenal karena strategi diplomatiknya yang cerdas. Ia membangun aliansi dengan negara-negara tetangga dan melakukan negosiasi untuk memperkuat posisi Mataram.
Pendekatan ini mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang dinamika politik internasional pada masa itu, di mana ia berusaha melindungi kepentingan Mataram sambil menghindari konflik yang tidak perlu.
Dalam konteks budaya, Warisan budaya yang ditinggalkan oleh Sultan Agung, seperti seni pertunjukan dan tradisi, telah mendapatkan pengakuan internasional. Misalnya, tari Serimpi yang berasal dari masa Mataram menjadi simbol warisan budaya yang kaya dan diakui secara global.
Sultan Agung juga mempromosikan pendidikan Islam dan mendirikan pengadilan Islam, yang membantu meningkatkan status budaya dan agama Islam di Jawa. Ini tidak hanya memperkuat identitas lokal tetapi juga menjadikan Mataram sebagai pusat kebudayaan Islam yang diakui di kancah internasional.
Hal ini juga dilakukan oleh Presiden Joko Widodo dalam masa kepemimpinan yang terakhir selama masa menjabat dari tahun 2019 hingga 2024. Dalam kepemimpinannya Indonesia berani menjadi salah satu pion utama yang dilakukan dalam geopolitik hubungan internasional.
Dalam konteks pemuda dan olahraga, Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games untuk kedua kalinya, setelah 56 tahun. Event ini berhasil menarik perhatian internasional dan menunjukkan kemampuan Indonesia dalam menyelenggarakan acara besar.
Dalam konteks budaya, Indonesia Bertutur yang diadakan di Nusa Dua pada 14-18 Agustus 2024, acara ini menarik lebih dari 18.000 pengunjung dan menampilkan budaya Indonesia melalui berbagai pertunjukan seni. Ini menunjukkan komitmen Indonesia dalam mempromosikan budaya di panggung internasional.
Selain itu, dalam konteks politik Indonesia menjadi tuan rumah KTT ASEAN ke-42 pada tahun 2020 yang membahas berbagai isu penting, termasuk kerjasama ekonomi, keamanan, dan penanganan pandemi Covid-19. KTT ini menunjukkan peran aktif Indonesia dalam memimpin ASEAN dan memperkuat kerjasama regional.
Tahun 2022, Indonesia menjadi tuan rumah KTT G20 yang dihadiri oleh pemimpin negara-negara besar dunia. KTT ini berfokus pada pemulihan ekonomi pasca-pandemi, perubahan iklim, dan isu-isu global lainnya.
Tahun 2023, Indonesia berpartisipasi aktif dalam WEF, di mana Presiden Jokowi menyampaikan pandangan tentang pentingnya kerjasama global dalam menghadapi tantangan ekonomi dan lingkungan. Selain itu di tahun yang sama, Indonesia menjadi tuan Rumah ASEAN Indo-Pacific Forum.
Di tahun 2024, Indonesia mengadakan event International Hijriah Food Festival. Festival ini berlangsung pada 6-28 Juli 2024 di empat kota di Indonesia, merayakan Tahun Baru Islam dan mendukung ekonomi lokal. Acara ini menunjukkan upaya Indonesia dalam mempromosikan budaya dan tradisi di tingkat internasional.
Indonesia juga menjadi tuan rumah World Water Forum ke-10 pada 18-25 Mei 2024 di Nusa Dua, Bali. Ini adalah pertama kalinya forum diadakan di Asia Tenggara, yang mencerminkan kepercayaan internasional terhadap Indonesia dalam menangani isu-isu global terkait air.
Acara internasional terakhir yang menjadi warisan diplomasi ekonomi yang kuat adalah pembentukan Indonesia Africa Forum (IAF). IAF pertama kali diadakan pada tahun 2018 di Bali, Indonesia, sebagai platform untuk memperkuat kerjasama antara Indonesia dan negara-negara Afrika dalam berbagai bidang, termasuk perdagangan, investasi, dan pengembangan sumber daya manusia.
Forum ini mencerminkan komitmen Indonesia untuk memperluas hubungan diplomatik dan ekonomi dengan negara-negara di Afrika. Pada tanggal 1-3 September 2024, Forum kedua IAF yang juga terakhir dalam masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo.
Dengan bertemakan "Bandung Spirit for Africa's Agenda 2063" menunjukkan bahwa Indonesia berkomitmen untuk mendukung agenda pembangunan jangka panjang negara-negara Afrika. Ini mencerminkan pemahaman Indonesia tentang pentingnya kerjasama yang berkelanjutan dan inklusif, serta solidaritas dalam menghadapi tantangan global.
IAF 2024 diharapkan dapat menghasilkan perjanjian bisnis senilai hingga 3,5 miliar Dolar AS, yang dapat memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kerjasama di sektor-sektor seperti energi, kesehatan, dan pertanian dapat membuka peluang baru bagi investasi dan perdagangan.
Keberhasilan Indonesia sebagai tuan rumah berbagai event internasional tersebut menunjukkan bahwa negara ini semakin dipercaya untuk menyelenggarakan acara besar. Ini mencerminkan kemampuan Indonesia dalam mengelola isu-isu global dan memperkuat kerjasama internasional.
Meskipun ada banyak prestasi, pemerintahan Jokowi juga menghadapi kritik terkait isu-isu dalam negeri, seperti kebebasan berpendapat dan hak asasi manusia. Ini dapat mempengaruhi persepsi internasional terhadap demokrasi dan transparansi di Indonesia.
Momentum-momentum internasional yang terjadi selama masa kepemimpinan Jokowi dari 2019 hingga 2024 dapat dianggap sebagai "rapot biru" bagi pemerintahannya dalam konteks citra internasional.
Keberhasilan dalam menyelenggarakan event besar, partisipasi aktif dalam forum global, dan komitmen terhadap isu-isu internasional menunjukkan bahwa Indonesia berusaha untuk memperkuat posisinya di panggung dunia.
Namun, tantangan internal seperti kritik terhadap pemerintahan juga perlu diatasi untuk menjaga dan meningkatkan citra tersebut di masa depan.
*
Penulis adalah alumnus Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang aktif sebagai peneliti Indonesia Indicator