Berita

CEO Telegram, Pavel Durov/cointelegraph

Dunia

Prancis Tolak Intervensi Rusia Soal Penangkapan CEO Telegram

MINGGU, 25 AGUSTUS 2024 | 16:57 WIB | LAPORAN: HANI FATUNNISA

Kabar penangkapan pendiri sekaligus CEO Telegram, Pavel Durov menjadi sorotan Internasional.

Durov yang lahir di Rusia dan memperoleh kewarganegaraan Prancis ditangkap saat baru tiba di bandara Paris Le Bourget dari Azerbaijan hari Sabtu (24/8).

Nama Durov masuk dalam daftar penangkapan kepolisian Prancis karena aplikasi perpesan miliknya yakni Telegram terkait dengan sejumlah pelanggaran.

Mendengar kabar penangkapan tersebut, pemerintah Rusia langsung melakukan komunikasi dengan pihak Prancis untuk mengetahui detail penangkapan dan memberikan akses konsuler untuk Durov.

Sayangnya, pihak Prancis menolak berkoordinasi dengan Rusia terkait penangkapan Durov.

"Hingga saat ini, pihak Prancis menolak untuk bekerja sama dalam masalah ini," ungkap Kedutaan Besar Rusia di Paris, seperti dimuat Ria Novosti pada Minggu (25/8).

Kementerian Luar Negeri Rusia telah mengonfirmasi bahwa Durov tidak menghubungi kedutaan Rusia di Prancis terkait penahanannya.

Namun, kedutaan telah mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk mengatasi situasi yang terjadi di sekitarnya.
 
"Menanggapi laporan tentang penangkapan Pavel Durov, kedutaan Rusia di Prancis segera memulai prosedur yang diperlukan untuk mengklasifikasi status warga negara Rusia, meskipun tidak ada permintaan resmi yang diajukan oleh perwakilan Durov," ungkap Kemlu Rusia.

Pihak berwenang Prancis menangkap Durov atas dugaan pelanggaran termasuk penipuan, perdagangan narkoba, perundungan siber, kejahatan terorganisasi, dan promosi terorisme yang dilaporkan OFMIN Prancis, sebuah badan yang bertugas mencegah kekerasan terhadap anak di bawah umur.

Pengadilan Prancis menuduh Durov gagal mencegah Telegram digunakan dalam pelanggaran tersebut dan ia berpotensi dijatuhi hukuman penjara hingga 20 tahun di Prancis.

Setelah Rusia melancarkan invasi skala penuh ke Ukraina pada tahun 2022, Telegram menjadi sumber utama konten yang tidak difilter, terkadang vulgar, dan menyesatkan dari kedua belah pihak tentang perang dan politik seputar konflik tersebut.

Aplikasi perpesanan tersebut merupakan salah satu jaringan daring terpenting di Rusia. Aplikasi ini digunakan oleh banyak otoritas dan politisi untuk berkomunikasi.

Populer

KPK Usut Keterlibatan Rachland Nashidik dalam Kasus Suap MA

Jumat, 25 Oktober 2024 | 23:11

Pemuda Katolik Tolak Program Transmigrasi di Papua

Rabu, 30 Oktober 2024 | 07:45

Akbar Faizal Sindir Makelar Kasus: Nikmati Breakfast Sebelum Namamu Muncul ke Publik

Senin, 28 Oktober 2024 | 07:30

Pilkada Jateng dan Sumut Memanas Buntut Perseteruan PDIP Vs Jokowi

Minggu, 03 November 2024 | 13:16

Ketum PITI Sayangkan Haikal Hasan Bikin Gaduh soal Kewajiban Sertifikasi Halal

Kamis, 31 Oktober 2024 | 20:01

Inilah Susunan Dewan Komisaris IPC TPK Baru

Jumat, 01 November 2024 | 01:59

Komandan IRGC: Serangan Balasan Iran Melampaui Ekspektasi Israel

Jumat, 01 November 2024 | 12:04

UPDATE

3 Komisioner Bawaslu Kota Blitar Dilaporkan ke DKPP

Selasa, 05 November 2024 | 03:58

Menteri Hukum Tegaskan Jakarta Masih Ibukota Negara

Selasa, 05 November 2024 | 03:40

Catalunya Gantikan Valencia Gelar Seri Pamungkas MotoGP 2024

Selasa, 05 November 2024 | 03:22

Demokrat Bentuk Satgas untuk Amankan Pilkada di Jakarta, Jabar, hingga Banten

Selasa, 05 November 2024 | 02:57

MAKI: Debat Harusnya untuk Jual Program, Bukan Saling Menyerang

Selasa, 05 November 2024 | 02:22

Dubes Mohamed Trabelsi: Hatem El Mekki Bukti Kedekatan Hubungan Indonesia dan Tunisia

Selasa, 05 November 2024 | 02:09

Polisi Gelar Makan Siang Gratis untuk Siswa Berkebutuhan Khusus

Selasa, 05 November 2024 | 01:54

Ancelotti Minta LaLiga Dihentikan

Selasa, 05 November 2024 | 01:36

Pelajar yang Hanyut di Sungai Citanduy Ditemukan Warga Tersangkut di Batu

Selasa, 05 November 2024 | 01:21

Pendidikan Berkualitas Kunci Pengentasan Kemiskinan

Selasa, 05 November 2024 | 00:59

Selengkapnya