Berita

Budi Sehabudin/Ist

Publika

Jokowi Gagal Wujudkan Stabilitas Politik

OLEH: BUDI SEHABUDIN*
JUMAT, 23 AGUSTUS 2024 | 00:01 WIB

STABILITAS politik merupakan suatu kondisi sekaligus prasyarat yang memungkinan suatu negara untuk bergerak mencapai visi besarnya. 

Stabilitas politik tidak hanya diukur dari kemampuan negara dalam mengelola berbagai potensi konfilk di dalam negeri. 

Lebih dari itu, stabilitas politik juga dapat tercipta bila negara memperlihatkan keberpihakan serta konsistensi terhadap berbagai kebijakan populis.

Bahkan bila perlu mengedepankan sikap pragmatis  utamanya dalam bidang ekonomi demi mewujudkan kesejahteraan umum sebagai bagian kepentingan kolektif bangsa sekaligus agar kepercayaan terhadap lembaga-lembaga pemerintah menjadi baik. 

Bagaimanapun mempergunakan sejumlah instumen untuk menciptakan stabilitas politik memang penting. Karena serapan ekonomi cenderung meningkat dalam suasana politik yang stabil dan meniscayakan adanya prediktabilitas dan kepastian hukum.
 
Namun demikian cara-cara yang baik dalam mewujudkan situasi kondusif jelas mutlak diperlukan. Jangan karena demi menciptakan stabilitas politik, semua cara dilakukan termasuk dengan melakukan kolusi kolektif dan mengkooptasi hak-hak berdemokrasi.

Karena stabilitas politik bukanlah tujuan akhir. Ia hanya sarana situasi yang menjadi pondasi krusial bagi pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan sosial,  pembangunan berkelanjutan dan kemajuan dalam ber demokrasi.

Sementara yang kita saksikan hari ini adalah bentuk gerakan politik penguasa yang justru menciptakan ketidakpastian hukum dan menciptakan situasi demokrasi semakin memanas. 

Pemerintah dibawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) gagal melakukan upaya strategis untuk menjamin stabilitas dalam negeri. 

Jokowi sebagai pemimpin tertinggi negeri bersembunyi di tengah kilauan cahaya dengan cawe-cawenya jelang hajat pilkada. 

Semua pun tahu bahwa Jokowi berupaya memperpanjang cengkramannya yang merentang sejak pilpres dan pilkada. Jokowi mengorkestrasi perencanaan politik yang bertentangan dengan nilai-nilai demokrasi.

Lihat saja bagaimana pemerintah memiliki tadabur sendiri terhadap konstitusi hanya disesuaikan dengan kepentingan kelompok dan lingkaran kekuasaan semata. 

Diabaikannya dua putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait ambang batas partai politik untuk mengusung calon kepala daerah dan penghitungan syarat usia calon kepala daerah dalam UU Pilkada sungguh sangat menggelikan dan memalukan.

Tatkala MK menangkap gejala serius dari kegelisahan rakyat yang mengendus ketidakwajaran proses demokrasi yang dijawabnya dengan putusan terbaru terkait UU Pilkada. 

Namun Presiden bersama DPR yang berisi mayoritas fraksi berupaya merevisi putusan MK dalam waktu singkat. 

Upaya menganulir garis-garis batas konstitusional yang diterbitkan MK menjelaskan betapa minimnya sensitifitas pemimpin dan wakil rakyat kita terhadap kehendak dan aspirasi rakyat. 

Bagi pemerintah dan DPR sekarang bahwa konstitusi hanyalah alat untuk mefasilitasi jalan bagi kepentingannya sendiri. 

Konstitusi tidak ditempatkan sebagai penjamin bagi warga negara dari kemungkinan kesewenang-wenangan penguasa.  

Inilah yang sekarang terjadi di Indonesia. Hukum ditabrak, konstitusi dikangkangi. Ini semua seolah menjelaskan bahwa bagi rakyat jelata semua ada aturannya. Tapi bagi para elit dan Jokowi semua bisa diatur. 

Sebagi penutup dari coretan singkat ini saya ingin mengingatkan pemerintah dibawah kepemimpinan Jokowi agar jangan bermain-main dengan konstitusi, jangan bermain api dengan amanah rakyat. 

Jangan memancing amarah rakyat dan membuatnya habis kesabaran. Jangan membuat rakyat berfikir untuk memulai gerakan revolusioner sebab ongkosnya pun tidak akan mampu dibayar pemerintah.

Penulis adalah Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISIP) Banten Raya 




Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Besar Kemungkinan Bahlil Diperintah Jokowi Larang Pengecer Jual LPG 3 Kg

Selasa, 04 Februari 2025 | 15:41

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

Prabowo Harus Pecat Bahlil Imbas Bikin Gaduh LPG 3 Kg

Senin, 03 Februari 2025 | 15:45

Bahlil Gembosi Wibawa Prabowo Lewat Kebijakan LPG

Senin, 03 Februari 2025 | 13:49

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

Pengamat: Bahlil Sengaja Bikin Skenario agar Rakyat Benci Prabowo

Selasa, 04 Februari 2025 | 14:20

UPDATE

Kerukunan Umat Beragama Jadi Kekayaan Besar Bangsa dan Negara Indonesia

Kamis, 06 Februari 2025 | 09:29

Membongkar Label ''Proto-Teroris''

Kamis, 06 Februari 2025 | 09:24

Australia Larang DeepSeek: Manuver Geopolitik atau Ancaman Keamanan?

Kamis, 06 Februari 2025 | 09:19

Perang Dagang Picu Kekhawatiran, Harga Emas Dunia Terdongkrak Lagi

Kamis, 06 Februari 2025 | 09:14

Pertimbangkan WFA Jelang Lebaran, Begini Penjelasan AHY

Kamis, 06 Februari 2025 | 08:56

Perang Dagang AS-Tiongkok Memanas, Harga Minyak Anjlok

Kamis, 06 Februari 2025 | 08:55

Jasa Raharja Beri Santunan ke Korban Kecelakaan Maut di Gerbang Tol Ciawi

Kamis, 06 Februari 2025 | 08:38

Usai Panen Raya, Bansos Beras Kembali Disalurkan

Kamis, 06 Februari 2025 | 08:31

Parah! Peserta Pesta Gay di Jaksel Sudah Ada yang Berkeluarga

Kamis, 06 Februari 2025 | 08:21

Didepak Newcastle di Piala Liga Inggris, Arsenal Lanjutkan Puasa Gelar 32 Tahun

Kamis, 06 Februari 2025 | 08:15

Selengkapnya