Ketua Umum Partai Golkar 2024-2029, Bahlil Lahadalia, menyinggung soal adanya Raja Jawa dengan pengaruh kuat/RMOL
Pernyataan Ketua Umum Partai Golkar 2024-2029, Bahlil Lahadalia, yang menyinggung soal Raja Jawa yang sangat berkuasa dianggap aktivis Said Didu sangat tidak etis.
Pernyataan tersebut disampaikan Bahlil dalam pidato di Munas XI Partai Golkar 2024, di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, Rabu (21/8).
"Bapak ketum Golkar pak Bahlil yang terhormat, pernyataan bapak ini sangat tidak pantas karena ini pernyataan ancaman," kata Said Didu lewat akun X resminya.
Mantan Sekretaris Kementerian BUMN itu juga menyebut pernyataan Bahlil berpotensi memecah belah bangsa dan merendahkan suku dan daerah lain.
"Ini pernyataan menganggap suku Jawa otoriter," tegas Said Didu.
Sebelumnya Bahlil menegaskan bahwa dirinya tidak memiliki kepentingan apapun menjadi Ketua Umum Partai Golkar. Menteri ESDM ini mengatakan, Golkar harus solid dalam membantu pemerintahan Prabowo-Gibran mendatang.
Bahlil seolah memberi sinyal di balik pemerintahan Prabowo-Gibran ada seorang Raja Jawa yang dianggap memiliki kuasa dan tidak ada satu orangpun yang berani melawan.
"Karena itu pemerintahan Prabowo-Gibran sebagai kelanjutan dari pemerintahan Jokowi-Maruf Amin. Jadi kita harus lebih paten lagi," ucap Bahlil.
"Soalnya Raja Jawa ini kalau kita main-main celaka kita. Saya mau kasih tahu saja, jangan coba main-main barang ini, waduh ini ngeri-ngeri sedap barang ini, saya kasih tahu. Dan sudah banyak, sudah lihat barang ini kan, ya tidak perlu saya ungkapkan lah," tutupnya.