Berita

Ilustrasi/RMOL

Kesehatan

WHO: Mpox Bukan Covid-19, Tidak Perlu Lockdown

RABU, 21 AGUSTUS 2024 | 07:12 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meminta masyarakat untuk tidak terlalu panik menanggapi perkembangan wabah Mpox yang semakin meluas.

Direktur Regional WHO untuk Eropa, Hans Kluge, mengatakan, penyakit yang sebelumnya dikenal sebagai cacar monyet itu tidak menimbulkan ancaman kesehatan masyarakat seperti Covid-19 dan perlu dilakukan karantina wilayah atau lockdown.

Dalam pengarahan PBB pada Selasa (20/8) Waktu setempat, Kluge mengatakan bahwa dengan memasok cukup banyak vaksin ke negara-negara yang terkena dampak di Afrika dan mendorong pengamatan ketat terhadap pasien Mpox, penyebaran penyakit tersebut dapat dikendalikan.

"Apakah kita akan melakukan karantina wilayah di kawasan Eropa yang ditetapkan WHO, apakah ini Covid-19 lagi? Jawabannya jelas: 'tidak,'" kata Kluge, seperti dikutip dari RT, Rabu (21/8).

"Dua tahun lalu, kami mengendalikan Mpox di Eropa berkat keterlibatan langsung dengan komunitas hubungan pasangan sejenis, yang paling terdampak," lanjutnya.

"Apakah kita akan memilih untuk mengendalikan dan memberantas Mpox secara global? Atau kita malah memasuki siklus kepanikan untuk kemudian mengabaikannya lagi?" tambah Kluge.

Awal bulan ini, WHO menyatakan Mpox sebagai keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional, sebutan yang sama yang diberikannya kepada Covid-19 pada awal tahun 2020. 

Sementara varian virus yang ringan dijuluki Clade 2, menyebar ke seluruh dunia pada tahun 2022. Jenis yang lebih menular, Clade 1b, telah menewaskan ratusan orang di Afrika tengah dan terdeteksi minggu lalu di Swedia .

Mayoritas kasus Clade 2 terjadi pada pria gay dan biseksual, terutama mereka yang memiliki banyak pasangan. Sementara Clade 1b diyakini menyebar lebih mudah melalui kontak dekat dan nonseksual.

Mpox mirip dengan cacar manusia, yang telah diberantas pada tahun 1980, dan endemik di beberapa bagian Afrika barat dan tengah. 

Gejala awalnya meliputi demam, sakit kepala, nyeri otot, sakit punggung, pembengkakan kelenjar getah bening, menggigil, dan kelelahan, dan penderitanya mengalami lesi kulit yang khas.

Sebelumnya dikenal sebagai Monkeypox, penyakit ini diubah namanya menjadi mpox oleh WHO pada akhir tahun 2022, dengan alasan bahwa nama aslinya rasis dan menstigmatisasi.

Populer

Polemik Lepas Hijab, PGI Nusantara Bakal Geruduk BPIP

Senin, 19 Agustus 2024 | 22:13

Massa Geruduk Rumah Ketua BPIP Imbas Larangan Paskibraka Perempuan Pakai Jilbab

Senin, 19 Agustus 2024 | 17:20

Cak Imin Minta Kapolri Bubarkan Muktamar PKB Tandingan

Kamis, 15 Agustus 2024 | 12:52

Bawaslu Buka Pendaftaran 1.984 Formasi CPNS

Jumat, 16 Agustus 2024 | 08:44

Tim Pemenangan Jokowi-Ma’ruf Ternyata Terima Dana Korupsi DJKA

Kamis, 15 Agustus 2024 | 11:21

Bahlil Ketum Golkar Kalah Trending Azizah Andre Rosiade Selingkuh

Rabu, 21 Agustus 2024 | 00:00

Situasi Politik Berubah, PKS Minta Maaf Batal Dukung Anies

Minggu, 18 Agustus 2024 | 13:55

UPDATE

Helena Lim Jalani Sidang Perdana Kasus Korupsi Timah Hari Ini

Rabu, 21 Agustus 2024 | 08:05

Reshuffle Kabinet, Cara Jokowi Mengakomodir Kekuatan Pendukung Prabowo-Gibran

Rabu, 21 Agustus 2024 | 07:56

Kamala Harris Mauk Naikkan Pajak jadi 28 Persen

Rabu, 21 Agustus 2024 | 07:47

Pilkada Jakarta Semakin Dinamis jika PDIP Usung Anies Baswedan

Rabu, 21 Agustus 2024 | 07:28

WHO: Mpox Bukan Covid-19, Tidak Perlu Lockdown

Rabu, 21 Agustus 2024 | 07:12

Bursa Wall Street Tergelincir di Rabu Pagi WIB, Dow Jones Amblas 0,15 Persen

Rabu, 21 Agustus 2024 | 06:54

FPPJ Ajak Semua Pihak Patuhi Putusan MK 60

Rabu, 21 Agustus 2024 | 06:34

Kecewa Ditinggal Nikah, TKW Cantik Hancurkan Rumah Mantan Kekasih

Rabu, 21 Agustus 2024 | 06:18

Farhan-Erwin Tak Terpengaruh Putusan MK

Rabu, 21 Agustus 2024 | 06:06

PLN Icon Plus Akselerasi Internet Desa di Batang

Rabu, 21 Agustus 2024 | 06:05

Selengkapnya