Berita

Menteri Pertahanan Nasional Filipina Gilberto Teodoro dan Menteri Pertahanan Federal Jerman Boris Pistorius di Manila, hari Minggu lalu (4/8).

Dunia

Menhan Pistorius: Penyebab Konflik LCS Hanya Satu, Agresivitas Tiongkok

RABU, 07 AGUSTUS 2024 | 02:23 WIB | LAPORAN: JONRIS PURBA

Filipina dan Jerman berkomitmen meningkatkan kerjasama di bidang pertahanan, termasuk di dalamnya latihan perang bersama dan tukar menukar personel. Selain itu, seperti halnya Filipina, Jerman juga mengecam dan menentang klaim ekspansionis Tiongkok di Laut China Selatan.

Demikian antara lain isi dari pertemuan antara Menteri Pertahanan Nasional Filipina Gilberto Teodoro dan Menteri Pertahanan Federal Jerman Boris Pistorius di Manila, hari Minggu lalu (4/8).

Upaya Filipina memperkuat kerjasama pertahanan dengan Jerman terjadi di tengah ketegangan di Laut China Selatan. Bulan Juni lalu armada Tiongkok secara sengaja menabrak kapal Angkatan Laut Filipina yang sedang memasok Second Thomas Shoal. Insiden saat itu menyebabkan luka serius pada pelaut Filipina. Selain di perairan Filipina, Tiongkok juga berkali-kali melanggar batas Taiwan. 


Pada 2009 China mengklaim Laut China Selatan sebagai miliknya. Namun klaim itu dimentahkan Pengadilan Arbitrase Tetap di Den Haag tahun 2016 yang mengklarifikasi bahwa klaim Beijing di wilayah tersebut tidak memiliki dasar hukum. Keputusan Pengadilan Arbitrase tersebut didasarkan pada Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS). Namun, keputusan tersebut ditolak oleh China.

"Hanya ada satu penyebab konflik di Laut China Selatan, yaitu upaya ilegal dan sepihak China untuk menguasai sebagian besar, jika tidak semua, Laut China Selatan sebagai perairan internal mereka. Filipina tidak memprovokasi China. Kami tidak mencari perang, namun kami diamanatkan tidak hanya oleh konstitusi kami tetapi juga sebagai kewajiban kepada warga negara kami untuk melindungi wilayah mana pun, baik yurisdiksi maupun hak, yang secara sah menjadi milik manfaat eksklusif warga Filipina,” ujar Menhan Pistorius dalam jumpa pers.

Kerjasama Manila dan Berlin dilakukan beberapa hari setelah AS mengumumkan pendanaan militer sebesar 500 juta dolar AS untuk memodernisasi tentara Filipina. 

"Merupakan kewajiban kita untuk memperkuat tatanan maritim, dan kita menaatinya. Penting bagi kita untuk mendukung dan melindungi tatanan internasional berbasis aturan dalam apa yang kita lakukan di sini. Komitmen dan keterlibatan kita di sini tidak ditujukan kepada siapa pun, tetapi sebaliknya, kita berfokus pada pemeliharaan tatanan internasional berbasis aturan, mengamankan kebebasan navigasi, dan melindungi rute perdagangan,” urai Pistorius lagi.

Ia juga menambahkan bahwa negara-negara harus berkontribusi pada upaya de-eskalasi dengan menjaga semua saluran komunikasi tetap terbuka.

Laporan yang sama juga mengutip pernyataan pensiunan Kolonel Angkatan Udara AS Raymond Powell, seorang direktur di Sealight, sebuah proyek yang berpusat di Universitas Stanford yang berfokus pada transparansi maritim.

"Bagi Manila, hubungan pertahanan yang lebih kuat dengan Jerman penting sebagai simbol jaringan keamanan Filipina yang berkembang di tingkat global,” katanya. 

Hal ini membawa lebih sedikit manfaat material dibandingkan hubungannya dengan kekuatan Indo-Pasifik yang mapan seperti AS, Jepang, dan Prancis, tetapi penting (dalam) menunjukkan Filipina sebagai anggota integral dari komunitas global yang kuat dengan sumber daya ekonomi dan kemampuan militer yang signifikan.

Selain itu, Aaron Jed Rabena, seorang dosen senior di Pusat Asia Universitas Filipina, menyoroti bahwa memperkuat hubungan dengan Jerman merupakan langkah strategis bagi Manila. 

Ia, dalam laporan Arab News, mengatakan, "Ini adalah bagian dari strategi Filipina untuk memperluas jaringan mitra keamanannya dan mendapatkan sebanyak mungkin dukungan pertahanan dan politik dari mereka. Saya tidak akan terkejut jika Jerman akan segera mengambil bagian dalam latihan militer dan bahkan membicarakan VFA (perjanjian pasukan kunjungan) dengan Filipina."

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Bank Mandiri Berikan Relaksasi Kredit Nasabah Terdampak Bencana Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 12:12

UMP Jakarta 2026 Naik Jadi Rp5,72 Juta, Begini Respon Pengusaha

Jumat, 26 Desember 2025 | 12:05

Pemerintah Imbau Warga Pantau Peringatan BMKG Selama Nataru

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:56

PMI Jaksel Salurkan Bantuan untuk Korban Bencana di Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:54

Trump Selipkan Sindiran untuk Oposisi dalam Pesan Natal

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:48

Pemerintah Kejar Pembangunan Huntara dan Huntap bagi Korban Bencana di Aceh

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:15

Akhir Pelarian Tigran Denre, Suami Selebgram Donna Fabiola yang Terjerat Kasus Narkoba

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:00

Puan Serukan Natal dan Tahun Baru Penuh Empati bagi Korban Bencana

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:49

Emas Antam Naik, Buyback Nyaris Tembus Rp2,5 Juta per Gram

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:35

Sekolah di Sumut dan Sumbar Pulih 90 Persen, Aceh Menyusul

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:30

Selengkapnya