Berita

Mantan Menpora Roy Suryo/Ist

Publika

Akhirnya dapat Perunggu Badminton

OLEH: ROY SURYO*
SENIN, 05 AGUSTUS 2024 | 07:06 WIB

SAYA sengaja menggunakan diksi "akhirnya" sebagai awal judul, bukannya "alhamdulillah" atau malahan "innalilahi" agar tidak seperti (sok) mau berkesan "agamis", namun salah kaprah. Sebagaimana yang dilakukan Menkominfo Budi Arie Setiadi saat raker dengan Komisi I DPR tentang pembobolan PDNs (Pusat Data Nasional sementara) pada Kamis (27/6) yang sempat dikoreksi oleh Anggota DPR Sukamta (Fraksi PKS), sungguh "terwelu" alias terlalu memalukan.

Namun kali ini memang bisa dibenarkan kalau digunakan diksi "alhamdulillah", karena kita harus tetap bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT, meski prestasi atlet-atlet badminton di Olimpiade Paris 2024 kali ini di bawah target yang sudah dicanangkan PBSI (Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia).

Raihan 1 perunggu yang didapat Gregoria Mariska Tunjung menjadi satu-satunya medali dari cabor yang biasanya menjadi tradisi emas Indonesia di ajang olahraga bergengsi dunia empat tahunan tersebut.

Meski dari cabor lain, misalnya panjat tebing dan angkat besi, kita masih memiliki asa untuk mendapatkan medali dan mempertahankan tradisi emas itu.

Secara total dalam 11 Olimpiade yang diikuti hingga kini, Indonesia sudah berhasil meraih 8 emas, 14 perak dan 16 perunggu dari berbagai cabor dan nomor berbeda, termasuk yang barusan didapat Gregoria.

Sementara pesta olahraga Olimpiade ini sendiri sebenarnya ada semenjak tahun 1896 dan keikutsertaan Indonesia sudah dimulai tahun 1952 di Olimpiade Helsinski Finlandia yang saat itu mengikutsertakan 3 atletnya: Maram Sudarmodjo (lompat tinggi), Habib Suharko (renang) dan Thio Ging Hwie (angkat berat).

Debut pasangan emas di tahun 1992 saat itu juga dibarengi oleh ganda putra Eddy Hartono/Rudi dan tunggal putra Ardy B Wiranata yang masing-masing memperoleh 1 perak dan 1 perunggu.

Setelah itu memang tradisi emas terus ditorehkan oleh atlet-atlet badminton lainnya, seperti ganda putra Ricky/Rexy di Amerika Serikat 1996, ganda putra Toni/Chandra di Sidney 2000, tunggal putra Taufik Hidayat di Athena 2004, ganda putra Hendra/Kido di Beijing 2008, ganda campuran Owi/Butet di Brasil 2016 dan ganda putri Polii/Apriani di Tokyo 2020.

Memang sempat Indonesia nihil medali emas ketika Olimpiade London 2012. Namun untungnya 12 tahun lalu masih ada cabor lain yang memperoleh medali.

Bahkan jauh sebelumnya, di Olimpiade Seoul 1988, 3 Srikandi Indonesia (Nurfitriana, Kusumawardhani dan Lilis) juga sudah memulai prestasi Indonesia dengan menyumbangkan perak.

Sayang sekali di tahun 2024 ini meski turun dengan 9 pemain di 5 nomor cabor badminton, Jonathan Christie dan Antony Sinisuka Ginting (tunggal putra), Fajar Alfian/Muh Rian Ardianto (ganda putra), Rinov Rinaldi/Pitha Haningyas (ganda campuran), Apriani Rahayu/Siti Fadila (ganda putri), hanya Gregoria Mariska Tunjung di tunggal putri saja yang bisa melenggang ke babak semifinal dan mendapatkan perunggu.

Dengan menurunnya prestasi cabor badminton di Olimpiade Paris 2024 sekarang ini, apa yang seharusnya dilakukan oleh PBSI khususnya dan Kemenpora pada umumnya?

Sebab olahraga yang diperkenalkan semenjak tahun 1860 silam oleh Isaac Spratt ini sebenarnya de facto sudah menjadi "trade mark" dan kebanggaan Indonesia.

Jangan sampai supremasi Indonesia di cabor ini sirna akibat salah urus yang mengakibatkan tidak lahirnya lagi atlet-atlet kebanggaan negeri yang (konon) gara-gara ada like and dislike pengurus PBSI dengan klub-klub badminton binaan sponsor yang sebenarnya sudah terbukti melahirkan pemain-pemain legendaris Indonesia.

Kita berharap Munas PBSI pada 12 Agustus 2024 di Surabaya mendatang, agar memilih ketua PBSI yang benar-benar bisa mengayomi semua.

Tidak subjektif dan figur yang sudah "selesai dengan pencitraannya". Artinya benar-benar mendedikasikan waktu sepenuhnya untuk cabor kebanggaan kita bersama ini.

Jangan sampai malah PBSI digunakan hanya untuk "kendaraan tumpangan" tujuannya yang lain, apalagi politik. Kita semua rindu untuk bersorak "Indonesia ... Indonesia ... Indonesia.

*Penulis adalah Menteri Pemuda dan Olahraga ke-11 Kabinet Indonesia Bersatu (2013-2014)

Populer

Jaksa Agung Tidak Jujur, Jam Tangan Breitling Limited Edition Tidak Masuk LHKPN

Kamis, 21 November 2024 | 08:14

MUI Imbau Umat Islam Tak Pilih Pemimpin Pendukung Dinasti Politik

Jumat, 22 November 2024 | 09:27

Kejagung Periksa OC Kaligis serta Anak-Istri Zarof Ricar

Selasa, 26 November 2024 | 00:21

Rusia Siap Bombardir Ukraina dengan Rudal Hipersonik Oreshnik, Harga Minyak Langsung Naik

Sabtu, 23 November 2024 | 07:41

Ini Identitas 8 Orang yang Terjaring OTT KPK di Bengkulu

Minggu, 24 November 2024 | 16:14

PDIP: Terima Kasih Warga Jakarta dan Pak Anies Baswedan

Jumat, 29 November 2024 | 10:39

Sikap Jokowi Munculkan Potensi konflik di Pilkada Jateng dan Jakarta

Senin, 25 November 2024 | 18:57

UPDATE

Gegara Israel, World Central Kitchen Hentikan Operasi Kemanusiaan di Gaza

Minggu, 01 Desember 2024 | 10:08

Indonesia Harus Tiru Australia Larang Anak Akses Medsos

Minggu, 01 Desember 2024 | 09:58

Gaungkan Semangat Perjuangan, KNRP Gelar Walk for Palestine

Minggu, 01 Desember 2024 | 09:36

MK Kukuhkan Hak Pelaut Migran dalam UU PPMI

Minggu, 01 Desember 2024 | 09:18

Jet Tempur Rusia Dikerahkan Gempur Pemberontak Suriah

Minggu, 01 Desember 2024 | 09:12

Strategi Gerindra Berbuah Manis di Pilkada 2024

Minggu, 01 Desember 2024 | 08:53

Kubu RK-Suswono Terlalu Remehkan Lawan

Minggu, 01 Desember 2024 | 08:40

Pasukan Pemberontak Makin Maju, Tentara Suriah Pilih Mundur dari Aleppo

Minggu, 01 Desember 2024 | 08:30

Dirugikan KPUD, Tim Rido Instruksikan Kader dan Relawan Lapor Bawaslu

Minggu, 01 Desember 2024 | 08:06

Presiden Prabowo Diminta Bersihkan Oknum Jaksa Nakal

Minggu, 01 Desember 2024 | 07:42

Selengkapnya