Berita

Pendiri lembaga kajian publik Sabang-Merauke Circle, Syahganda Nainggolan/Net

Politik

Prabowo Subianto dalam Bahaya jika Pilih Menkeu Seperti Sri Mulyani

SABTU, 20 JULI 2024 | 19:11 WIB | LAPORAN: AHMAD SATRYO

Presiden terpilih Prabowo Subianto diprediksi akan menghadapi tantangan-tantangan berat dalam bidang ekonomi, ketika resmi memimpin Indonesia selama lima tahun ke depan jika didampingi Menteri Keuangan seperti Sri Mulyani.

Bacaan tersebut disampaikan pendiri lembaga kajian publik Sabang-Merauke Circle, Syahganda Nainggolan, dalam wawancara di salah satu stasiun televisi nasional.

Dia mulanya menyinggung tantangan yang akan dihadapi Prabowo ke depan, salah satunya mengenai realisasi program makan bergizi gratis yang memerlukan anggaran cukup besar.


Kekinian saja, dia telah mendapati Menkeu Sri Mulyani tidak memberikan support perencanaan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2025 secara maksimal, terhadap program yang telah dijanjikan Prabowo pada kampanye Pilpres 2024 lalu itu.

"Saya melihat ini mungkin ada bahayanya buat Pak Prabowo dengan rencana anggaran yang sudah diumumkan Bu Sri Mulyani untuk makan bergizi gratis hanya Rp70-an triliun, bahkan sebelumnya lebih kecil lagi," ujar Syahganda dikutip RMOL melalui kanal Youtube TV One, Sabtu (20/7).

Menurutnya, ketidakpastian anggaran program makan bergizi gratis potensi membuat keributan di dalam negeri. Karena pemerintah akan dicap tidak becus dalam menyusun APBN.

"Sehingga wajar Pak Prabowo ingin tahu cepat di mana pos-pos anggaran ini nantinya bisa direalokasi ketika dia jadi presiden. Saya pikir di situ strategisnya," tuturnya.

Kendati begitu, Syahganda berpendapat Prabowo mesti segera mematangkan penyusunan kabinet kerjanya, terutama dalam bidang ekonomi.

Apalagi dia mendapati wacana terkait rencana Prabowo untuk mengubah nomenklatur sejumlah direktorat di Kementerian Keuangan menjadi bagian dari kementerian lain atau bahkan berdiri sendiri.

"Yang saya tahu mereka kan sudah membicarakan untuk memisahkan Kementerian Keuangan menjadi tiga bagian. Ditjen Anggaran masuk Bappenas, Ditjen Penerimaan Negara badan sendiri, kemudian ada Kemenkeu seperti di Amerika sebagai bendahara negara saja," urainya.

Dari pengamatannya sejauh ini, Syahganda menilai Prabowo mulai menyusun strategi untuk memastikan program-program yang akan dilaksanakannya benar-benar bisa terlaksana.

Sebab, sebelum dilantik pun Syahganda mendapati pernyataan adik Prabowo, Hashim Djojohadikusumo yang mengklaim pemerintahan pasca Jokowi akan menaikkan nilai utang menjadi 50 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Sementara, dia menemukan dampak dari pernyataan Hashim tersebut yang memunculkan sentimen negatif terhadap konstelasi ekonomi Indonesia.

"Pak Hashim Djojohadikusumo berkali-kali ngomong dia akan mendorong beban utang kita 50 persen dari PDB kita, sebelumnya 30 sekian persen dan sampai sekarang. Ini kan membuat dunia internasional uring-uringan. Seperti Morgan Stanley langsung kasih rating (ekonomi) kita stagnan," keluhnya.

Oleh karena itu, Syahganda menduga penempatan keponakan Prabowo yang bernama Dimas Djiwandono sebagai Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu), merupakan bagian dari strategi Ketua Umum Partai Gerindra itu menjaga stabilitas ekonomi jelang dirinya dilantik menjadi Presiden kedelapan RI.

Namun, dia meyakini orang yang akan menjadi Menkeu di kabinet Prabowo nantinya bukan lah Dimas Djiwandono. Melainkan, antitesa dari Sri Mulyani karena melihat target capaian pertumbuhan ekonomi yang dipatok bukan angka yang kecil dan mudah dicapai.

"Menurut saya, ketika Pak Prabowo mengatakan bahwa dia itu percaya pertumbuhan kita bisa 8 persen, pasti ini menteri keuangannya bukan seperti Pak Thomas, tapi ini menteri keuangannya pasti orang yang sangat handal dan berbeda 100 persen dari Sri Mulyani yang neoliberal," tandasnya.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Kepuasan Publik Terhadap Prabowo Bisa Turun Jika Masalah Diabaikan

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:46

Ini Alasan KPK Hentikan Kasus IUP Nikel di Konawe Utara

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:17

PLN Terus Berjuang Terangi Desa-desa Aceh yang Masih Gelap

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:13

Gempa 7,0 Magnitudo Guncang Taiwan, Kerusakan Dilaporkan Minim

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:45

Bencana Sumatera dan Penghargaan PBB

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:27

Agenda Demokrasi Masih Jadi Pekerjaan Rumah Pemerintah

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:02

Komisioner KPU Cukup 7 Orang dan Tidak Perlu Ditambah

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:45

Pemilu Myanmar Dimulai, Partai Pro-Junta Diprediksi Menang

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:39

WN China Rusuh di Indonesia Gara-gara Jokowi

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:33

IACN Ungkap Dugaan Korupsi Pinjaman Rp75 Miliar Bupati Nias Utara

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:05

Selengkapnya