Berita

Ilustrasi Foto/Net

Politik

Urgensi Revisi UU TNI dalam Perspektif Keamanan Nasional

SELASA, 16 JULI 2024 | 02:40 WIB | LAPORAN: ADITYO NUGROHO

UU Nomor 34/2004 tentang TNI dinilai masih memiliki titik lemah terkait filosofi keamanan nasional dan peran TNI.

Hal itu disampaikan Pakar kajian keamanan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Abdul Haris Fatgehipon saat mengkaji lebih mendalam UU TNI saat ini.

"UU 34/2004 tentang TNI mengatur lingkup peran, fungsi, dan tugas TNI dalam menjaga kedaulatan dan keamanan negara. Namun, ada beberapa otokritik yang mengindikasikan kelemahan dalam beleid ini terkait dengan filosofi keamanan nasional dan peran TNI," kata Abdul Haris kepada RMOL, Senin malam (15/7).

Dia menjabarkan bahwa UU 34/2004 dinilai kurang mengakomodasi konsep keamanan nasional yang holistik. 

"Keamanan nasional tidak hanya mencakup aspek militer, tetapi juga ekonomi, politik, sosial, dan lingkungan. UU ini lebih menekankan pada peran militer dalam menjaga keamanan khususnya menjaga kedaulatan dan mempertahankan keutuhan NKRI, sementara aspek-aspek non-militer kurang mendapat perhatian," jelasnya.

Menurut dia, Indonesia harus banyak mengkaji filosofi keamanan nasional dari pakar, misal Kenneth Waltz seorang pendiri teori realisme struktural atau neorealisme yang berpendapat bahwa struktur anarkis sistem internasional memaksa negara untuk mencari kekuatan dan keamanan.

"Negara bertindak untuk bertahan hidup di bawah ketidakpastian dan ancaman dari negara lain," tukasnya.

Lanjut dia, pakar lainnya seperti Barry Buzan yang memperkenalkan konsep keamanan lebih luas dalam berbagai dimensi juga perlu menjadi rujukan.

"Buzan dalam bukunya "People, States, and Fear" menyarankan bahwa keamanan nasional tidak hanya melibatkan aspek militer, tetapi juga aspek politik, ekonomi, sosial, dan lingkungan. Buzan menekankan pentingnya melihat ancaman dalam berbagai dimensi," urainya.

Bagi dia, terlebih secara faktual dihadapkan kondisi geografis Indonesia dalam ring of fire (cincin api kebencanaan), peran TNI sudah terbukti diandalkan dalam tugas kemanusiaan dan kebencanaan ini.

"TNI memiliki tugas pokok untuk pertahanan negara, tetapi juga sering terlibat dalam tugas-tugas non-militer seperti bantuan kemanusiaan dan penanggulangan bencana, perannya sangat terbukti diandalkan bagi kepentingan umum ini," jelasnya lagi.

Masih kata Abdul Haris, penguatan peran TNI dalam operasi non-militer dapat diintegrasikan dengan filosofi keamanan nasional yang holistik, 

"Mengingat ancaman keamanan saat ini semakin kompleks dan melibatkan berbagai aspek selain militer," ungkap dia.

Abdul Haris pun menegaskan, penguatan peran TNI dalam operasi non militer perlu diperkuat landasan hukum yang jelas.

"Revisi UU TNI yang diinisiasi DPR jadi momentum untuk memberikan landasan hukum yang jelas bagi peran TNI dalam operasi non-militer, termasuk aturan tentang batasan dan mekanisme akuntabilitas agar peran TNI dalam tugas-tugas non-militer tidak melampaui batas dan tetap berada dalam kerangka demokrasi," bebernya.

Dia pun berharap secara kelembagaan, TNI harus menjadi bagian integral dari rencana keamanan nasional yang komprehensif.

"Mencakup rencana kontijensi terhadap ancaman non-tradisional seperti bencana alam, perubahan iklim, terorisme, dan krisis kesehatan. Integrasi ini membutuhkan koordinasi yang baik antara TNI dan semua lembaga terkait," harapnya.

Penulis buku 'Sejarah Kontemporer TNI dan Politik di Indonesia' ini mendorong DPR sebagai penyusun RUU untuk memperkuat filosofi keamanan nasional dan peran TNI.

"TNI sudah terbukti berhasil mereformasi dirinya sebagai lembaga yang paling profesional dalam menjalankan amanat reformasi, kini saatnya DPR dapat mengakomodasi konsep keamanan yang lebih komprehensif guna membangun TNI sebagai garda utama pertahanan negara yang tangguh, kuat dan semakin profesional," tandasnya.

Populer

Mahfud MD: Jangan Lempar Batu ke Unair, Tapi Sembunyi Tangan

Minggu, 07 Juli 2024 | 10:21

Krakatau Steel Terancam Kolaps, Erick Thohir Dituntut Tanggung Jawab

Minggu, 07 Juli 2024 | 15:56

Otoriter Dilarang Pimpin Perguruan Tinggi

Minggu, 07 Juli 2024 | 12:05

KPK Perlu Selidiki Program KKP Ekspor BBL Berkedok Budidaya

Selasa, 09 Juli 2024 | 18:28

Pejabat PLN Resmi Ditahan KPK

Selasa, 09 Juli 2024 | 18:23

Bey Machmudin: HR Nuriana Sosok yang Disiplin dan Merakyat

Kamis, 11 Juli 2024 | 14:51

Temui Bey Machmudin, Badko HMI Jabar Komitmen Kawal Pembangunan SDM

Minggu, 14 Juli 2024 | 02:25

UPDATE

Cetak Rekor! Emas Antam Tembus di Atas Rp1,4 Juta per Gram

Selasa, 16 Juli 2024 | 12:00

Baru Menjabat, Presidensi Hongaria Langsung Dimusuhi Komisi Eropa

Selasa, 16 Juli 2024 | 11:57

CUAN Laporkan Penggunaan Dana IPO Rp245 Miliar

Selasa, 16 Juli 2024 | 11:56

Massa Buruh Besok Geruduk Mahkamah Konstitusi

Selasa, 16 Juli 2024 | 11:49

Penadah Duit Israel

Selasa, 16 Juli 2024 | 11:43

Bersih-bersih Komisioner KPU, Komisi II Janji Tak Tebang Pilih

Selasa, 16 Juli 2024 | 11:41

Usut TPPU, KPK Panggil Putri dan Cucu Syahrul Yasin Limpo

Selasa, 16 Juli 2024 | 11:35

Trump Hadiri Konvensi Partai Republik dengan Telinga Diperban

Selasa, 16 Juli 2024 | 11:35

Wanita Pegawai Bank Syariah Tersangka Penipuan Investasi Emas

Selasa, 16 Juli 2024 | 11:31

5 Jaksa Senior Ikut Seleksi Calon Pimpinan KPK

Selasa, 16 Juli 2024 | 11:29

Selengkapnya