Berita

Representative Image/Net

Otomotif

Lindungi Industri Dalam Negeri, Eropa Naikkan Tarif Impor untuk Mobil Listrik China

SABTU, 06 JULI 2024 | 15:19 WIB | LAPORAN: ALIFIA DWI RAMANDHITA

Uni Eropa akhirnya menaikkan tarif impor untuk mobil listrik asal China SAIC, BYD, dan Geely, di tengah upaya perang dagang Eropa dan China yang semakin panas.

Seperti dikutip BBC, Sabtu (6/7), kenaikan tarif itu diyakini akan mendongkrak harga mobil listrik di Eropa usai sejumlah negara itu dibanjiri oleh mobil listrik murah dari China.

Menurut pejabat Komisi Eropa, banyaknya mobil listrik China dengan harga murah itu terjadi lantaran China melakukan subsidi besar-besaran atas industri kendaraan listriknya, untuk menguasai pasar di Eropa.

"Hal ini membuat mobil listrik asal China jauh lebih murah daripada yang diproduksi di Eropa," kata pejabat tersebut.

Namun, negara Tirai Bambu itu berulang kali membantah tuduhan yang dilontarkan UE dan AS soal subsidi tersebut, yang membuat perang dagang dengan negara itu semakin memanas, atau sama memanasnya dengan perang dagang China-AS.

Adapun penerapan tarif ini ditetapkan secara majemuk untuk mobil listrik China, di mana perhitungan didasarkan pada seberapa besar subsidi yang diperoleh perusahaan dari China, termasuk seberapa kooperatif mereka terhadap penyelidikan Komisi Eropa.

Dalam hal ini, SAIC memperoleh tarif impor yang paling tinggi sebesar 37,6 persen, karena perusahaan itu disebut tidak kooperatif dengan UE.

"Harga yang harus dibayar karena tidak kooperatif menjadi pukulan telak bagi SAIC yang memperoleh 15,4 persen pendapatan globalnya dari penjualan mobil listrik di Eropa," kata lembaga riset independen, Rhodium Group.

Sebagai informasi, perusahaan otomotif ini diketahui milik pemerintah China yang kemudian bermitra dengan General Motors dan Volkswagen, salah satu produknya lewat sub-brand MG, MG4 tercatat sangat laris di Eropa.

Sementara itu, Geely, yang juga memiliki brand Volvo terkena tarif tambahan 19,9 persen. Namun saat merespon kenaikan tersebut Greely mengatakan bahwa kebijakan itu masih bisa membuat perusahaan untung, meski keuntungan bakal tergerus cukup signifikan.

Di sisi lain, produsen mobil listrik terbesar China, BYD justru mendapatkan tarif terendah 17,4 persen.

Menurut divisi riset ING Bank yang merupakan bank asal Belanda itu mengatakan bahwa tarif tersebut masih menguntungkan BYD di pasar Eropa, lantaran paling rendah dari produsen mobil listrik lainnya.

Populer

Sesuai Perintah Prabowo, KPK Harus Usut Mafia Bawang Putih

Minggu, 02 Maret 2025 | 17:41

Menag Masih Pelajari Kasus Pelarangan Ibadah di Bandung

Senin, 10 Maret 2025 | 20:00

Duit Sitaan Korupsi di Kejagung Tak Pernah Utuh Kembali ke Rakyat

Senin, 10 Maret 2025 | 12:58

Polda Metro Didesak Segera Periksa Pemilik MNC Asia Holding Hary Tanoe

Minggu, 09 Maret 2025 | 18:30

Digugat CMNP, Hary Tanoe dan MNC Holding Terancam Bangkrut?

Selasa, 04 Maret 2025 | 01:51

Lolos Seleksi TNI AD Secara Gratis, Puluhan Warga Datangi Kodim Banjarnegara

Minggu, 02 Maret 2025 | 05:18

Nyanyian Riza Chalid Penting Mengungkap Pejabat Serakah

Minggu, 09 Maret 2025 | 20:58

UPDATE

Sri Mulyani Cuma Senyum Saat Ditanya Isu Mundur

Rabu, 12 Maret 2025 | 23:35

Guru Besar Unhas Marthen Napang Divonis 1 Tahun Penjara

Rabu, 12 Maret 2025 | 23:25

Tolak Wacana Reposisi Polri, GPK: Ini Pengkhiatan Reformasi

Rabu, 12 Maret 2025 | 23:19

Skema Kopdes Merah Putih Logistik Kawinkan Program Tol Laut

Rabu, 12 Maret 2025 | 23:17

Klarifikasi UI: Bahlil Belum Lulus!

Rabu, 12 Maret 2025 | 22:59

Danantara Tepis Resesi, IHSG Kampiun Asia

Rabu, 12 Maret 2025 | 22:47

Biadab, Mantan Kapolres Ngada Bayar Rp3 Juta Buat Cabuli Bocah

Rabu, 12 Maret 2025 | 22:23

Prabowo-Sri Mulyani Bukber

Rabu, 12 Maret 2025 | 22:17

Menag: Tambah Kuota Haji Gampang, Masalahnya Kita Siap Enggak?

Rabu, 12 Maret 2025 | 21:53

75 Tahun Kemitraan, Indonesia-Rumania Luncurkan Logo dan Forum Pariwisata

Rabu, 12 Maret 2025 | 21:52

Selengkapnya