Berita

Ilustrasi

Dunia

Koalisi Organisasi HAM Minta PBB Bertindak Tegas pada Pelanggaran HAM Xinjiang

SENIN, 24 JUNI 2024 | 05:10 WIB | LAPORAN: JONRIS PURBA

Sejumlah organisasi HAM kembali menyuarakan keprihatinan pada kondisi HAM di Xinjiang, Tiongkok.

Koalisi organisasi yang terdiri dari Human Rights Watch, Amnesty International, Layanan Internasional untuk Hak Asasi Manusia, dan Kongres Uighur Dunia meminta Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB, Volker Turk, memberikan informasi terkini kepada publik mengenai langkah-langkah yang diambil kantornya.

Koalisi organisasi HAM ini juga merilis laporan yang menekankan peran dan tanggung jawab Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB dalam mengatasi penindasan HAM di Xinjianag terutama setelah dikeluarkannya laporan penting pada bulan Agustus 2022.


Meskipun terdapat seruan internasional untuk mengambil tindakan dan upaya advokasi yang terus dilakukan, termasuk publikasi terjemahan laporan PBB ke dalam berbagai bahasa untuk memperluas kesadaran, masih terdapat kekurangan dalam tindak lanjut dan akuntabilitas substantif baik dari kantor Komisaris Tinggi maupun negara-negara anggota PBB.

Dalam siaran persnya, Kongres Uighur Dunia mendesak Komisaris Tinggi PBB untuk memberikan pembaruan rinci mengenai upaya mencegah kekejaman dan mencari pertanggungjawaban, terutama menjelang ulang tahun kedua laporan tersebut.

KUD juga menggarisbawahi pelanggaran HAM yang terus berlanjut di Xinjiang, termasuk penahanan sewenang-wenang dan penindasan terhadap identitas Uighur, meskipun terdapat rekomendasi internasional dan seruan untuk penyelidikan independen. Organisasi-organisasi yang terlibat menekankan perlunya tindakan nyata, termasuk pengawasan internasional yang kuat dan mekanisme akuntabilitas, untuk mengatasi krisis yang sedang berlangsung secara efektif.

Sementara Elaine Pearson yang merupakan D direktur Asia di Human Rights Watch mengatakan, “Publikasi laporan kantor hak asasi manusia PBB adalah momen penting untuk menyoroti beratnya pelanggaran hak asasi manusia di Xinjiang.”

Pearson menambahkan, “Sekarang bergantung pada komisaris tinggi PBB untuk memanfaatkan sepenuhnya laporan tersebut guna memperbaiki situasi bagi warga Uighur dan Muslim Turki lainnya di Xinjiang.”

Tindakan Tiongkok di Xinjiang telah memicu kecaman global atas perlakuan mereka terhadap Muslim Uighur dan etnis minoritas lainnya. Organisasi seperti Amnesty International, Human Rights Watch, dan Dewan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNHRC) telah menerbitkan laporan ekstensif berdasarkan wawancara dengan para penyintas, analisis citra satelit, dan bukti lain yang mendokumentasikan pelanggaran hak asasi manusia di Xinjiang.

Tuduhan utamanya mencakup penahanan sewenang-wenang yang meluas terhadap lebih dari satu juta orang di “kamp pendidikan ulang” tanpa proses hukum, yang digambarkan sebagai bagian dari upaya paksaan untuk mengendalikan ideologi.

Laporan dari beberapa organisasi merinci tuduhan kerja paksa dalam kondisi eksploitatif di industri seperti kapas dan tekstil, yang membandingkannya dengan praktik kerja paksa di masa lalu dan meningkatkan kekhawatiran tentang pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi saat ini.

Pihak berwenang Tiongkok dituduh secara aktif menekan praktik budaya dan keagamaan di kalangan Uighur dan minoritas lainnya, termasuk pembatasan kegiatan keagamaan, penghancuran dan modifikasi masjid dan situs budaya, serta upaya untuk memaksakan asimilasi dengan mempromosikan bahasa Mandarin dibandingkan bahasa asli.

Uighur dan kelompok minoritas lainnya dilaporkan menghadapi hambatan signifikan terhadap kebebasan bergerak mereka, termasuk larangan bepergian secara sewenang-wenang dan kontrol tempat tinggal yang ketat, sehingga memperkuat suasana pemaksaan yang bertujuan menjaga stabilitas politik, menurut pihak berwenang Tiongkok.

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Bank Mandiri Berikan Relaksasi Kredit Nasabah Terdampak Bencana Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 12:12

UMP Jakarta 2026 Naik Jadi Rp5,72 Juta, Begini Respon Pengusaha

Jumat, 26 Desember 2025 | 12:05

Pemerintah Imbau Warga Pantau Peringatan BMKG Selama Nataru

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:56

PMI Jaksel Salurkan Bantuan untuk Korban Bencana di Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:54

Trump Selipkan Sindiran untuk Oposisi dalam Pesan Natal

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:48

Pemerintah Kejar Pembangunan Huntara dan Huntap bagi Korban Bencana di Aceh

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:15

Akhir Pelarian Tigran Denre, Suami Selebgram Donna Fabiola yang Terjerat Kasus Narkoba

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:00

Puan Serukan Natal dan Tahun Baru Penuh Empati bagi Korban Bencana

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:49

Emas Antam Naik, Buyback Nyaris Tembus Rp2,5 Juta per Gram

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:35

Sekolah di Sumut dan Sumbar Pulih 90 Persen, Aceh Menyusul

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:30

Selengkapnya