Direktur Utama MIND ID Hendi Prio Santoso dalam acara MINDialogue bertajuk “Supply Chain Dynamic in Critical Mineral Geopolitical”/Net
Sektor pertambangan Indonesia diyakini mampu memainkan peran penting dalam rantai pasok dunia. Apalagi, ada tiga komoditas mineral Indonesia seperti nikel, timah, hingga tembaga yang berkontribusi besar dalam alokasi rantai pasok dunia.
Keyakinan ini disampaikan langsung Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Indonesia Luhut Binsar Pandjaitan saat memberikan keynote speech dalam MINDialogue bertajuk “Supply Chain Dynamic in Critical Mineral Geopolitical” pada Kamis (20/6).
Menurutnya, Indonesia bisa menjadi satu dari negara besar yang memiliki kekuatan besar dalam mata rantai mineral kritis maupun strategis.
Luhut menyebut secara geopolitik ada tiga negara kekuatan besar di dunia ada China, Amerika, dan Uni Eropa. Namun demikian, ada Indonesia sebagai market terbesar di ASEAN.
"Dan kita yang paling kaya di sana dan kita bersyukur sudah melakukan downstreaming beberapa tahun dan sudah kita lihat buahnya. Saya kira ekspor kita tahun lalu hampir 40 miliar dolar AS dan 2030 kita dari downstreaming ini kita akan bisa ekspor 70 miliar miliar dolar AS dan itu yang memberikan kekuatan kepada kita dan itu baru nikel ore," ujar Luhut.
Dalam pengembangan ekosistem kendaraan listrik misalnya, Indonesia turut memainkan peran besar. Bahkan, kata Luhut, negara besar seperti Amerika Serikat (AS) tidak mungkin mengembangkan ekosistem EV di negaranya tanpa Indonesia.
"Amerika sendiri pun untuk dia meningkatkan EV 11 kali sampai 2030, tanpa Indonesia tidak bisa terjadi, saya sampaikan teman-teman di Amerika, kalian imposible kalian bisa tingkatkan 11 kali tanpa Indonesia karena Indonesia kontrol lebih mungkin dekat 70 persen nikel ore dunia," ujarnya.
Direktur Utama MIND ID Hendi Prio Santoso mengatakan, Indonesia saat ini memiliki potensi besar dalam pengelolaan mineral strategis dan kritis dunia mulai nikel, timah hingga tembaga. Saat ini Indonesia menjadi deretan tiga besar potensi timah di dunia bersama China dan Peru.
"Timah supply chain dunia dipegang tiga negara China, Peru dan Indonesia. Sehingga kemampuan kita untuk bisa berpengaruh terhadap pengalokasian supply chain dunia besar, Indonesia berpotensi menjadi price setter dan kalibrasi supply demand dunia berkoordinasi dengan Peru dan China, ini potensinya sangat besar," ujar Hendi.
Tak hanya timah, Hendi menjelaskan, mineral strategis Indonesia lainnya berperan besar dalam rantai pasok pengembangan industri kendaraan listrik di dunia. Hal ini kata Hendi, didapat dari proporsi cadangan nikel Indonesia saat ini mencapai 60 persen dari total cadangan di dunia. Sehingga, Indonesia mempunyai peran penting dalam masa depan perkembangan industri kendaraan listrik (EV) dunia. Begitu juga produk lainnya seperti kobalt maupun aluminium.
"Jadi kalo di nikel 16 persen komponen itu dari nikel, kemudian 18 persen dari aluminium dan juga ada Pak Toni di sini tembaganya sendiri itu di dunia kelistrikan maupun di EV menjadi komponen penting dalam EV baterai," ujarnya.
Karenanya, Hendi menegaskan komitmen MIND ID untuk terus mendukung hilirisasi di dalam negeri melalui sektor pertambangan guna mewujudkan Indonesia Emas 2045. Hendi pun mengajak peran serta seluruh pemangku kepentingan serta kebijakan penegakan hukum guna mengoptimalkan peran industri pertambangan dalam konteks Indonesia Emas 2045 tersebut.
"Indonesia mempunyai target Indonesia Emas 2045, maka sektor pertambangan memiliki peran signifikan dalam konteks Indonesia emas dengan membangun industri hilir sektor pertambangan. Dengan terbangunnya industri hilir sektor pertambangan, maka akan terbangun side bisnis maupun downstream industri sehingga manfaat sumber daya alam dapat dinikmati secara lintas generasi," ujar Hendi.