Berita

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu/Net

Dunia

Meski Banyak Cacat, Israel Masih Bisa Terima Proposal Gencatan Senjata Biden

SENIN, 03 JUNI 2024 | 13:55 WIB | LAPORAN: HANI FATUNNISA

Proposal gencatan senjata yang diumumkan Presiden Amerika Serikat, Joe Biden dinilai tidak terlalu bagus, tetapi Israel kemungkinan akan menerimanya.

Hal itu disampaikan oleh Kepala penasihat kebijakan luar negeri Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, Ophir Falk dalam wawancara dengan Sunday Times pada Minggu (2/6).

Falk mengatakan masih terdapat kecacatan dalam proposal Biden. Tetapi Israel menyadari mereka membutuhkan regulasi untuk segera memulangkan sandera, sehingga masih bisa menerimanya.

"Kesepakatan yang kami sepakati ini bukan kesepakatan yang baik tetapi kami sangat ingin para sandera dibebaskan, semuanya," tegasnya.

Namun menurut penuturan Falk, rencana Israel untuk menghancurkan Hamas hingga ke akarnya masih belum berubah.

“Tidak akan ada gencatan senjata permanen sampai semua tujuan kami tercapai," kata Falk menegaskan kembali posisi Netanyahu terhadap proposal Biden.

Pada Jumat (29/5), Biden mengumumkan proposal gencatan senjata baru yang dibuat untuk mengakhiri perang di Jalur Gaza dan mendesak kedua pihak menyetujuinya.

Proposal itu terdiri dari tiga tahap. Pada tahap pertama akan mencakup gencatan senjata penuh dan menyeluruh, penarikan pasukan IDF dari daerah berpenduduk dan pertukaran sandera dengan tahanan Palestina.

Menurutnya, kesempatan ini tidak boleh disia-siakan Hamas. Karena bantuan kemanusian akan lebih banyak mengalir ke Gaza.

"Hamas mengatakan mereka menginginkan gencatan senjata. Kesepakatan ini adalah kesempatan untuk membuktikan apakah mereka benar-benar bersungguh-sungguh," ujarnya, seperti dikutip dari BBC pada Minggu (2/5).

Kemudian tahap kedua, kata Biden, akan ada pengembalian semua sandera yang masih hidup, termasuk tentara laki-laki. Gencatan senjata selanjutnya akan menjadi permanen.

Tahap ketiga dari proposal tersebut adalah mengembalikan jenazah terakhir sandera Israel yang meninggal, serta rencana rekonstruksi besar-besaran dengan bantuan AS dan internasional untuk membangun kembali rumah, sekolah, dan rumah sakit.

Dalam sambutannya, Biden mengakui bahwa beberapa warga Israel, termasuk pejabat di pemerintahan Israel, kemungkinan besar akan menentang proposal tersebut.

“Saya telah mendesak para pemimpin di Israel untuk mendukung kesepakatan ini. Terlepas dari tekanan (politik) apapun yang datang," tegasnya.

Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

KPK Akan Digugat Buntut Mandeknya Penanganan Dugaan Korupsi Jampidsus Febrie Adriansyah

Kamis, 23 Januari 2025 | 20:17

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Datangi Bareskrim, Petrus Selestinus Minta Kliennya Segera Dibebaskan

Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

UPDATE

Karyawan Umbar Kesombongan Ejek Pasien BPJS, PT Timah Minta Maaf

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:37

Sugiat Santoso Apresiasi Sikap Tegas Menteri Imipas Pecat Pelaku Pungli WN China

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:30

KPK Pastikan Tidak Ada Benturan dengan Kortastipikor Polri dalam Penanganan Korupsi LPEI

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:27

Tabung Gas 3 Kg Langka, DPR Kehilangan Suara?

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:10

Ken Martin Terpilih Jadi Ketum Partai Demokrat, Siap Lawan Trump

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:46

Bukan Main, Indonesia Punya Dua Ibukota Langganan Banjir

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:45

Larangan LPG di Pengecer Kebijakan Sangat Tidak Populis

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:19

Smart City IKN Selesai di Laptop Mulyono

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:59

Salah Memutus Status Lahan Berisiko Besar Buat Rakyat

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:45

Hamas Sebut Rencana Relokasi Trump Absurd dan Tidak Penting

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:26

Selengkapnya