Berita

Ilustrasi/Net

Dunia

Korea Utara Berhenti Kirim Balon Sampah, Ini Alasannya

SENIN, 03 JUNI 2024 | 12:45 WIB | LAPORAN: HANI FATUNNISA

Aksi penerbangan balon sampah Korea Utara di wilayah Korea Selatan telah dihentikan sejak Minggu (2/6).

Kabar itu diumumkan oleh Wakil Menteri Pertahanan Korea Utara Kim Kang Il dalam sebuah pernyataan yang disiarkan Kantor Berita Resmi KCNA.

Kim mengatakan bahwa balon sampah akan diberhentikan sementara, tetapi akan kembali diterbangkan jika Korea Selatan kembali menerbangkan selebaran propaganda ke Pyongyang.

"Korea Selatan sudah cukup merasakan betapa tidak menyenangkannya hal tersebut dan seberapa besar upaya yang diperlukan untuk mengumpulkan sampah setelah Korea Utara mengirim 15 ton sampah tersebut menggunakan 3.500 balon," ungkapnya.

Korea Utara pertama mengirim ratusan balon berisi sampah dan kotoran pada Rabu (29/5). Balon-balon yang dinamakan mereka sebagai "hadiah ketulusan" itu diterbangkan ke Seoul sebagai balasan atas aktivitas propaganda selebaran Korea Selatan.

Dilaporkan bahwa aktivis di Korea Selatan secara rutin mengirimkan balon berisi selebaran anti-Pyongyang, makanan, obat-obatan, uang, dan stik USB berisi video musik dan drama K-pop melintasi perbatasan.

Ratusan balon sampah kembali diterbangkan lagi dari Korea Utara ke Selatan pada pukul 08.00 malam waktu setempat hari Sabtu (1/6) hingga Minggu siang (2/5). Kendati demikian, pihak Korea Utara belum memberikan respon mengenai pengiriman tersebut.

Korea Selatan mengatakan pihaknya akan mengambil tindakan yang tidak dapat ditoleransi terhadap Korea Utara karena mengirimkan balon sampah melintasi perbatasan, yang mungkin mencakup propaganda melalui pengeras suara yang ditujukan ke Korea Utara.

Pengeras suara sebelumnya kerap digunakan Korea Selatan sampai akhirnya dihentikan pada tahun 2018 setelah pertemuan puncak dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un.

Korea Selatan yang demokratis dan Korea Utara yang komunis secara teknis masih berperang sejak Perang Korea tahun 1950-1953 berakhir dengan gencatan senjata dan bukan perjanjian damai.

Seoul adalah sekutu kuat AS yang militer canggihnya rutin mengadakan latihan dengan AS, sementara Pyongyang mengembangkan teknologi rudal dan nuklir yang menurut Seoul dan Washington melanggar resolusi PBB.

Populer

KPK Kembali Periksa Pramugari Jet Pribadi

Jumat, 28 Februari 2025 | 14:59

Sesuai Perintah Prabowo, KPK Harus Usut Mafia Bawang Putih

Minggu, 02 Maret 2025 | 17:41

Digugat CMNP, Hary Tanoe dan MNC Holding Terancam Bangkrut?

Selasa, 04 Maret 2025 | 01:51

Lolos Seleksi TNI AD Secara Gratis, Puluhan Warga Datangi Kodim Banjarnegara

Minggu, 02 Maret 2025 | 05:18

CMNP Minta Pengadilan Sita Jaminan Harta Hary Tanoe

Selasa, 04 Maret 2025 | 03:55

KPK Terus Didesak Periksa Ganjar Pranowo dan Agun Gunandjar

Jumat, 28 Februari 2025 | 17:13

Bos Sritex Ungkap Permendag 8/2024 Bikin Industri Tekstil Mati

Senin, 03 Maret 2025 | 21:17

UPDATE

BRI Salurkan KUR Rp27,72 Triliun dalam 2 Bulan

Senin, 10 Maret 2025 | 11:38

Badai Alfred Mengamuk di Queensland, Ribuan Rumah Gelap Gulita

Senin, 10 Maret 2025 | 11:38

DPR Cek Kesiapan Anggaran PSU Pilkada 2025

Senin, 10 Maret 2025 | 11:36

Rupiah Loyo ke Rp16.300 Hari Ini

Senin, 10 Maret 2025 | 11:24

Elon Musk: AS Harus Keluar dari NATO Supaya Berhenti Biayai Keamanan Eropa

Senin, 10 Maret 2025 | 11:22

Presiden Prabowo Diharapkan Jamu 38 Bhikkhu Thudong

Senin, 10 Maret 2025 | 11:19

Harga Emas Antam Merangkak Naik, Cek Daftar Lengkapnya

Senin, 10 Maret 2025 | 11:16

Polisi Harus Usut Tuntas Korupsi Isi MinyaKita

Senin, 10 Maret 2025 | 11:08

Pasar Minyak Masih Terdampak Kebijakan Tarif AS, Harga Turun di Senin Pagi

Senin, 10 Maret 2025 | 11:06

Lebaran di Jakarta Tetap Seru Meski Ditinggal Pemudik

Senin, 10 Maret 2025 | 10:50

Selengkapnya