Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, saat berpidato di acara Rakernas partai, Sabtu (25/5)/Net
Pidato Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarnoputri, dalam acara Rapat Kerja Nasional (Rakernas), dinilai publik sebagai refleksi kejengkelannya terhadap hasil Pilpres 2024.
Direktur Eksekutif Citra Institute, Yusak Farchan mengatakan, proses dan hasil Pilpres 2024 tampaknya masih berbekas kuat di hati Megawati.
"Kalau kita perhatikan secara psikologis, pidato Ibu Mega merefleksikan suasana kebatinan yang masih jengkel," ujar Yusak kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Sabtu (25/5).
Menurut Yusak, satu hal yang membuat Megawati sangat jengkel adalah terkait hasil uji materiil Pasal 169 huruf q UU 7/2017 tentang Pemilu.
Lanjut Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pamulang (FISIP Unpam) itu, aturan terkait batas usia calon presiden dan calon wakil presiden yang diubah melalui putusan Mahkamah Konstitusi (MK) itu, telah membuat Megawati kecewa dengan pilpres tahun ini.
"Terutama terkait putusan MK yang meloloskan Mas Gibran sebagai cawapres, kemudian campur tangan Aparatur Sipil Negara (ASN)," tuturnya.
Karena itu, Yusak meyakini suasana kebatinan Megawati akan mempengaruhi posisi PDIP di masa pemerintahan Presiden dan Wakil Presiden terpilih 2024, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
"Jadi ada suasana kebatinan yang masih tidak
happy sampai saat ini. Dan bahasa penyeimbang tidak lain adalah bahasa lain dari oposisi, karena demokrasi mengandaikan adanya alat kontrol dari pemerintah," jelasnya.
"Jadi yang kita tangkap, situasi kebatinan Bu Mega masih tidak percaya dengan hasil pemilu," demikian Yusak.