Berita

Ilustrasi/Net

Bisnis

The Fed Terlalu Berhati-hati, Dolar AS Pun Merangkak Naik

RABU, 22 MEI 2024 | 10:24 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Dolar AS menguat tipis terhadap euro pada perdagangan Selasa (22/5), naik 0,05 persen menjadi 1,0852 dolar AS. Penguatan itu didorong oleh komentar hati-hati dari para pejabat The Fed mengenai penanggulangan inflasi

Pembuat kebijakan Federal Reserve mengatakan akan lebih bijaksana bagi bank sentral AS untuk menunggu beberapa bulan lagi guna memastikan inflasi benar-benar kembali ke target 2 persen sebelum memulai penurunan suku bunga.

Pejabat Federal Reserve nampaknya belum siap untuk mengatakan inflasi sedang menuju target 2 persen setelah data minggu lalu menunjukkan berkurangnya tekanan harga konsumen pada bulan April.

Wakil Ketua Fed, Philip Jefferson, mengatakan pada konferensi Mortgage Bankers Association di New York baru-baru inni bahwa masih terlalu dini untuk mengatakan apakah perlambatan proses disinflasi baru-baru ini akan bertahan lama.

Harga konsumen menurun pada April, dan belanja ritel tidak meningkat sama sekali, yang merupakan dua tanda baik bahwa perekonomian mungkin akan kehilangan tenaga akibat kebijakan suku bunga yang dipertahankan oleh The Fed pada kisaran 5,25 ersen - 5,5 persen sejak Juli lalu.

Namun para pengambil kebijakan The Fed, yang terdampak oleh serangkaian angka inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan pada tiga bulan sebelumnya, tetap berhati-hati dan ingin memastikan tekanan harga sepenuhnya berada pada jalur yang benar.

Presiden Fed San Francisco Mary Daly, dalam sebuah wawancara dengan Axios, mengatakan dia tidak melihat bukti perlunya menaikkan suku bunga, namun pada saat yang sama “tidak yakin” bahwa inflasi akan turun menuju 2 persen dan tidak melihat adanya urgensi untuk memangkas suku bunga.

Sementara Presiden The Fed Atlanta Raphael Bostic pada Selasa (21/5) memperingatkan terhadap penurunan suku bunga yang terlalu cepat. The Fed, katanya, perlu berhati-hati dalam menyetujui penurunan suku bunga pertamanya untuk memastikan tidak memicu lonjakan pengeluaran di antara bisnis dan rumah tangga, dan menempatkan bank sentral pada posisi di mana inflasi mulai "bergejolak."

Populer

Jaksa Agung Tidak Jujur, Jam Tangan Breitling Limited Edition Tidak Masuk LHKPN

Kamis, 21 November 2024 | 08:14

MUI Imbau Umat Islam Tak Pilih Pemimpin Pendukung Dinasti Politik

Jumat, 22 November 2024 | 09:27

Kejagung Periksa OC Kaligis serta Anak-Istri Zarof Ricar

Selasa, 26 November 2024 | 00:21

Rusia Siap Bombardir Ukraina dengan Rudal Hipersonik Oreshnik, Harga Minyak Langsung Naik

Sabtu, 23 November 2024 | 07:41

Ini Identitas 8 Orang yang Terjaring OTT KPK di Bengkulu

Minggu, 24 November 2024 | 16:14

Sikap Jokowi Munculkan Potensi konflik di Pilkada Jateng dan Jakarta

Senin, 25 November 2024 | 18:57

Legislator PKS Soroti Deindustrialisasi Jadi Mimpi Buruk Industri

Rabu, 20 November 2024 | 13:30

UPDATE

Sehari Usai Pencoblosan, Pj Gubernur DKI Lantik Walikota Jakpus

Kamis, 28 November 2024 | 22:00

Timses Zahir-Aslam Kena OTT Dugaan ‘Money Politik’ di Pilkada Batubara

Kamis, 28 November 2024 | 21:51

Polri Perkuat Kerja Sama Bareng Dukcapil Kemendagri

Kamis, 28 November 2024 | 21:49

KPK Tahan 3 Ketua Pokja Paket Pekerjaan Perkeretaapian DJKA

Kamis, 28 November 2024 | 21:49

Firli Bahuri Tak Hadiri Pemeriksaan Polisi karena Ada Pengajian

Kamis, 28 November 2024 | 21:25

Ini Kebijakan Baru Mendikdasmen Untuk Mudahkan Guru

Kamis, 28 November 2024 | 21:22

Rupiah Terangkat Pilkada, Dolar AS Masih di Rp15.800

Kamis, 28 November 2024 | 21:13

Prabowo Menangis di Depan Ribuan Guru Indonesia

Kamis, 28 November 2024 | 21:11

Pengamat: RK-Suswono Kalah karena Meremehkan Pramono-Doel

Kamis, 28 November 2024 | 21:04

Perbaiki Tata Ekosistem Logistik Nasional, Mendag Budi Sosialisasi Aturan Baru

Kamis, 28 November 2024 | 21:02

Selengkapnya