Bonus demografi yang akan dialami Indonesia harus bisa dimaksimalkan untuk membawa ke masa Indonesia Emas 2045. Di mana saat itu Indonesia diprediksi lembaga keuangan dunia, IMF, akan menjadi negara dengan ekonomi terkuat ke-4 di dunia, setelah China, India, dan Amerika Serikat.
Untuk bisa mencapai Indonesia Emas 2045 dan memaksimalkan bonus demografi salah satu caranya adalah dengan mendorong kreativitas dan inovasi teknologi digital.
Demikian disampaikan Anggota Komisi I DPR, Taufiq R Abdullah, saat membuka diskusi daring "Ngobrol Bareng Legislator: Membangun Semangat Wirausaha di Era Digital", yang dikutip redaksi, Rabu (15/5).
Menurut Anggota Dewan Syuro DPP PKB 2019-2024 ini, prediksi itu bisa muncul karena Indonesia tengah mengalami bonus demografi.
"China, Jepang, dan Korea Selatan menjadi contoh dari negara-negara yang ketika mengalami bonus demografi mampu menumbuhkan ekonomi mereka dengan tinggi dan mengantarkan mereka menjadi negara maju," ucap Taufiq.
Jepang, misalnya, mengalami bonus demografi pada 1950 yang membuat mereka melesat menjadi negara dengan kekuatan ekonomi tertinggi ketiga di dunia pada dekade 1970-an, setelah AS dan Uni Soviet. Jepang berhasil menyiapkan para pemuda untuk menghadapi bonus demografi dengan memperbaiki sektor pendidikan, kesehatan, dan ketenagakerjaan.
Tetapi, lanjut Taufiq, ada juga negara yang gagal memanfaatkan bonus demografi, yaitu Afrika Selatan. Kegagalan ini disebabkan oleh adanya ketidakcocokan antara tingkat pertumbuhan angkatan dengan pertumbuhan lapangan pekerjaan. Ada perbedaan kemampuan atau skill yang dibutuhkan oleh dunia kerja dengan yang ditawarkan oleh pekerja.
"Nah, agar Indonesia bisa memanfaatkan momentum bonus demografi yang bertepatan dengan era digital ini, salah satu caranya adalah dengan memperkuat kreativitas dan inovasi teknologi digital," jelas legislator fraksi PKB DPR RI itu.
Sehingga, kata Taufiq, kunci untuk bisa mewujudkan visi Indonesia Emas 2045 adalah dengan penguasaan teknologi digital. Apalagi menurut data Bappenas 2023, teknologi mampu mendorong pertumbuhan ekonomi sebesar 5,7 hingga 7,1 persen.
Untuk itu, Taufiq mendorong masyarakat menyekolahkan anak-anaknya untuk meraih pendidikan yang baik dan tinggi. Masyarakat harus memiliki pengetahuan, keterampilan, dan semangat untuk berkembang. Khususnya untuk mendapat pendidikan di bidang teknologi digital.
Terlebih, Indonesia masih sangat kekurangan tenaga ahli digital. Bahkan pada 2030, saat India surplus tenaga ahli digital hingga 245,3 juta orang, Indonesia justru kekurangan sekitar 18 juta tenaga ahli digital.
Mendukung pemaparan Taufiq R Abdullah, praktisi literasi digital, Profesor Widodo Muktiyo, menyebut sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia dan dunia, pemerintah telah membuat 5 langkah percepatan transformasi digital.
Yaitu infrastruktur terkoneksi secara menyeluruh, membuat roadmap setiap kementerian dan lembaga, membuat pusat data nasional yang terpadu, menciptakan talenta digital, dan membuat aturan.
"Tentu anggaran di Kominfo yang awalnya sekitar Rp7-8 triliun, di 2021 sudah lebih dari Rp20 triliun. Ini menunjukkan tekad agar kita tidak semakin ketinggalan. Karena kita sedang memasuki proses bonus demografi. Nah dengan semua langkah itu nanti kita akan ada digital dividend atau bonus digital," sebut staf khusus Menkominfo ini.
Lanjut Prof Widodo, semua kondisi tersebut harusnya bisa menjadi motivasi bagi masyarakat untuk masuk ke dunia digital dan beradaptasi untuk menyesuaikan diri menjadi masyarakat produktif di era digital.
Dia pun mencontohkan sejumlah profesi di era digital. Seperti
content creator, penulis lepas, jasa review, ilustrator, dan jualan produk online.
"Kemampuan kita bukan karena kaya atau warisan, tapi kemampuan kita adalah adaptasi, yang membutuhkan kenekatan kita dan berpikir
out of the box. Bahkan kita bertindak
no box. Sehingga sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin," jelas Ketua Dewan Pengawas LKBN Antara 2020-2023 ini.
"Untuk menjadi pebisnis online berjiwa entrepreneurship harus bisa menerapkan kreativitas dan inovasi dan memanfaatkan peluang. Lalu membuat perubahan dan memberikan nilai tambah bagi diri sendiri dan orang lain," tandasnya.
Sementara itu, pengusaha sekaligus akademisi, Jamal Luthfi, langsung berbicara soal teknis untuk bisa memiliki jiwa wirausaha yang kuat. Setidaknya, masyarakat harus memahami prinsip-prinsip utama kewirausahaan.
Yakni memiliki tujuan dan mimpi sebagai visi misi, berani mengambil risiko, punya keterampilan manajerial, kreativitas dan inovasi, memiliki pola pikir jauh ke depan, kemudian membangun relasi dan
networking.
Semua prinsip utama itu akan lebih maksimal kalau masyarakat punya kemauan yang keras, berjuang tak kenal lelah, siap menghadapi berbagai kemungkinan, selalu berpikir positif, supel dalam bergaul, dan yakin bahwa pekerjaan yang dilakukannya akan sukses.
"Bisnis itu intinya hanya ada tiga. Yaitu produk, market, dan manajemen keuangan. Ini tiga poin bisnis yang paling penting," jelas Jamal.
Jamal pun tak memungkiri, digitalisasi telah mempengaruhi perkembangan bisnis. Di mana sektor utama dalam bisnis juga telah dikendalikan oleh digital.
Di sisi lain, lanjut Jamal, keterlibatan teknologi dan penerapan inovasi digital dapat menciptakan nilai, memperluas jangkauan pasar, serta meningkatkan efisiensi operasional.
"Integrasi teknologi digital dapat mencakup strategi digital, analisis digital, dan pemanfaatan media sosial dalam rangka memenuhi kebutuhan pasar, juga membangun nilai tambah dan mempercepat pertumbuhan bisnis," tuturnya.
"Mari kita manfaatkan dunia digital ini dengan sebaik-baiknya," pungkas Jamal.