Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan ternak khususnya sapi perah sudah teratasi melalui vaksinasi PMK sejak 2022 lalu. Namun pada kenyataannya produksi susu sapi segar belum pulih 100 persen.
Kondisi tersebut dikarenakan di beberapa tempat masih terdapat kejadian PMK dan lumpy skin disease (LSD). Dengan demikian produksi susu sapi segar belum bisa optimal.
Ketua Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Lembang, Dedi Setiadi menerangkan, adanya wabah PMK dan LSD di beberapa daerah membuat
recovery (pemulihan) sapi cukup lama sekitar 2 sampai 3 tahun untuk memulihkan sapi-sapi yang terserang PMK.
"Harapan kita, sapi-sapi yang lahir tidak terkena PMK, bunting, dan melahirkan itu pasti normal," ucap Dedi dikutip
Kantor Berita RMOLJabar, Senin (13/5).
Dia menjelaskan, sangat penting menjaga Biosecurity agar PMK dan LSD tidak kembali menyerang hewan ternak.
"
Biosecurity ini sangat penting sehingga harus dijaga," ungkapnya.
Demi menjaga kualitas sapi dan susu sapi segar, dia menerangkan, KPSBU Lembang memberikan pilihan kepada para peternak sapi perah untuk menggunakan pakan konsentrat. Mengingat pakan sapi ini terbagi dua yakni pakan konsentrat dan hijauan.
"Untuk konsentrat kita membuat konsentrat pilihan artinya, ada yang biasa dan ada konsentrat yang super sehingga pakan yang berkualitas ini menjadi pilihan dan kami sudah menuntun mereka (para peternak sapi perah)," ujarnya.
"Kalau belum bisa semuanya pindah ke s feed, bisa di-
combine dengan yang reguler. Kalau sudah bisa, pindah semuanya ke s feed sehingga kualitasnya menjadi bagus," jelasnya.
Ditegaskan Dedi, untuk memproduksi susu sapi terbaik tentunya butuh pakan untuk kebutuhan hidupnya serta untuk produksi susu sehingga butuh pakan yang berkualitas bagus.
"Dengan demikian, sapinya sehat, badannya gemuk, dan produksi susunya bagus. Jadi sapi itu butuh untuk hidup, butuh untuk produksi. Kedua kebutuhan ini tentu sapi harus kenyang.
Eureun seubeuh lain eureun euweuh (berhenti kenyang bukan berhenti karena tidak ada pakan)," imbuhnya.