Menteri Pertahanan Yoav Gallant/Net
Operasi militer Israel terhadap gerakan Hizbullah di Lebanon tidak akan berakhir, meski gencatan senjata di Jalur Gaza berhasil disepakati.
Hal itu disampaikan oleh Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari AFP pada Senin (26/3).
Saat ini, negosiasi tengah dilakukan antara Israel dengan Hamas, tentang kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera.
Namun, kata Gallant, hampir setiap hari baku tembak terus terjadi antara Israel dan Hizbullah di perbatasan Lebanon yang memicu kekhawatiran akan eskalasi regional.
Menurutnya, perkembangan yang terjadi di Jalur Gaza tidak membuat intensi konflik Israel-Hizbullah menurun.
"Jika anda berfikir bahwa gencatan senjata akan menghentikan aksi saling serang di perbatasan, atau menurunkan tensi konflik, nyatanya itu salah," jelasnya.
Menurut Gallant, tujuan awal Israel adalah mengamankan perbatasannya dari ancaman militan Hizbullah. Sehingga berbagai cara akan ditempuh termasuk jalur kekerasan.
"Jika solusi diplomatis terhadap situasi ini tidak memungkinkan, kami akan melakukannya dengan kekerasan," tegasnya.
Aksi saling serang antara Hizbullah dan Israel berkaitan dengan konflik militer yang terjadi di Jalur Gaza sejak 7 Oktober lalu.
Sepuluh tentara Israel dan enam warga sipil telah tewas dalam permusuhan di perbatasan Lebanon.
Sementara itu, 276 orang lebanon tewas akibat bom Israel, sebagian besar dari mereka adalah pejuang Hizbullah.