Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi dalam press briefing setelag menghadiri undangan Sekretaris Jenderal PBB untuk membahas perkembangan Afghanistan di Doha, Qatar pada Senin, 19 Februari 2024/Repro
Terdapat gap yang cukup lebar antara apa yang diinginkan Taliban dengan masyarakat internasional. Sehingga proses engagement atau komunikasi sangat diperlukan.
Begitu yang disampaikan Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi setelah menghadiri undangan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres untuk membahas perkembangan Afghanistan di Doha, Qatar pada Senin (19/2).
Menurut Retno, upaya
engagement perlu terus dilakukan guna menjembatani perbedaan besar dengan Taliban.
"Dengan demikian, tantangan utama adalah bagaimana menjembatani gap tersebut. Indonesia menekankan pentingnya engagement perlu terus dilakukan," ujarnya.
Lebih lanjut, Menlu RI menyoroti laporan UN Women yang mengatakan bahwa sejak Taliban berkuasa Agustus 2021, terdapat 50 dekrit yang mengikis hak-hak perempuan dan sampai saat ini belum ada yang dihapus.
Oleh sebab itu, kata Retno, Indonesia menyarankan agar isu perempuan menjadi salah satu hal yang harus diutamakan dalam proses
engagement dengan Taliban.
"Isu perempuan harus terus disertakan sebagai salah satu prioritas dalam
engagement komunitas internasional dengan Taliban," tegasnya.
Bukan tanpa alasan, Menlu Retno menyebut saran itu diberikan karena Indonesia memang memiliki komitmen besar untuk memajukan perempuan Afghanistan.
Beberapa upaya konkret yang telah dilakukan Indonesia di antaranya memberikan beasiswa kepada perempuan Afhanistan, bekerja sama dengan sejumlah negara, salah satunya Qatar.
Beberapa negara seperti Jepang, Norwegia, Belanda, Inggris, dan Kanada juga mendukung program beasiswa tersebut.
Selain beasiswa, Indonesia juga memberikan
capacity building mengenai
financial literacy dan tengah membahas pengembangan kurikulum madrasah.