Berita

Film dokumenter Dirty Vote/Net

Politik

Dirty Vote Tak Penting Ditonton saat Masa Tenang

SENIN, 12 FEBRUARI 2024 | 23:24 WIB | LAPORAN: WIDODO BOGIARTO

Film dokumenter Dirty Vote yang disutradarai Dandhy Laksono dan diklaim mengungkap kecurangan Pemilu 2024 berpotensi menciptakan dampak negatif di masyarakat.

Ketua Himpunan Masyarakat Nusantara (Hasrat) Sugiyanto mengaku menyesal menonton film berdurasi 1 jam 57 menit tersebut karena tidak memperoleh nilai edukatif, kecuali jika dianggap seakan hanya sebagai propaganda untuk menghambat jalannya Pemilu 14 Februari 2024.

Sugiyanto berpendapat, narasi dari tiga ahli tata negara, Bivitri Susanti, Feri Amsari, dan Zainal Arifin Mochtar, tidak selaras dengan isi cerita yang seolah-olah menggambarkan Pemilu 2024 curang.


"Isi cerita film ini terkesan hanya sebagai kumpulan peristiwa pemilu atau kaleidoskop pemilu, tanpa arah yang jelas. Bahkan, mungkin akan muncul tuduhan negatif dari masyarakat terhadap mereka. Film ini tak penting ditonton di masa tenang," kata Sugiyanto dalam keterangannya, Senin (12/2).

Jika hanya ingin membahas peristiwa terkait Pemilu 2024, tidak perlu membuat film seperti Dirty Vote. Karena masyarakat sudah mengetahui hal tersebut.

Semua peristiwa yang diangkat dalam film tersebut, mulai dari penetapan pejabat kepala daerah, pemekaran daerah, kepala desa, hingga proses putusan di Mahkamah Konstitusi (MK), telah diketahui oleh masyarakat.

"Publik menganggap semua ini sebagai peristiwa politik yang penting untuk koreksi lebih baik ke depannya," kata Sugiyanto.

Selain itu, harapan bahwa Pemilu 2024 curang tidak akan berpengaruh pada masyarakat, karena dianggap sebagai harapan yang tidak realistis.

"Semua orang juga menyadari bahwa menilai Pemilu 2024 sebagai curang tidak masuk akal, mengingat pemilu tersebut belum dilaksanakan dan jadwalnya baru akan dilakukan pada 14 Februari 2024. Lalu, apa dasarnya menilai Pemilu 2024 curang sedangkan peristiwanya sendiri belum terjadi? Terlihat aneh dan ajaib, bukan?" tanya Sugiyanto.

Dalam konteks menyuksekan Pemilu 2024, masa tenang saat ini seharusnya dihormati, dan publik tidak seharusnya dibingungkan dengan hal-hal yang berpotensi menyebabkan asumsi propaganda atau provokasi pemilu.

"Sebaiknya, semua pihak menahan diri dari melakukan serangan yang dapat merugikan peserta pemilu, termasuk partai politik, capres dan cawapres, serta para calon legislatif, DPR-RI, DPRD, dan DPD-RI," demikian Sugiyanto.


Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Puan Harap Korban Banjir Sumatera Peroleh Penanganan Baik

Sabtu, 06 Desember 2025 | 02:10

Bantuan Kemensos Telah Terdistribusikan ke Wilayah Aceh

Sabtu, 06 Desember 2025 | 02:00

Prabowo Bantah Rambo Podium

Sabtu, 06 Desember 2025 | 01:59

Pansus Illegal Logging Dibahas Usai Penanganan Bencana Sumatera

Sabtu, 06 Desember 2025 | 01:39

BNN Kirim 2.000 Paket Sembako ke Korban Banjir Sumatera

Sabtu, 06 Desember 2025 | 01:18

Bahlil Sebut Golkar Bakal Dukung Prabowo di 2029

Sabtu, 06 Desember 2025 | 01:03

Banjir Sumatera jadi Alarm Keras Rawannya Kondisi Ekologis

Sabtu, 06 Desember 2025 | 00:56

UEA Berpeluang Ikuti Langkah Indonesia Kirim Pasukan ke Gaza

Sabtu, 06 Desember 2025 | 00:47

Media Diajak Kawal Transformasi DPR Lewat Berita Berimbang

Sabtu, 06 Desember 2025 | 00:18

AMAN Raih Dua Penghargaan di Ajang FIABCI Award 2025

Sabtu, 06 Desember 2025 | 00:15

Selengkapnya