Berita

Anwar Hudijono/Ist

Publika

Pengingat bagi Para Pemburu Kekuasaan

ANWAR HUDIJONO*
SELASA, 30 JANUARI 2024 | 12:09 WIB

TATKALA Allah mengangkat Daud sebagai penguasa dunia, Allah berpesan agar berbuat adil. Sekaligus mengingatkan agar jangan menuruti hawa nafsu, karena akan menyesatkan.

Hal itu terbaca jelas pada Quran Surah As Shad 26, "(Allah berfirman), Wahai Daud! Sesungguhnya engkau Kami jadikan khalifah (penguasa) di bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil, dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu, karena akan menyesatkan engkau dari jalan Allah. Sungguh, orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari Perhitungan."

Kekuasaan itu pasti menggiurkan. Hampir semua orang menginginkannya. Pileg, Pilpres, pasti mencari kekuasaan. Dengan kekuasaan, seseorang bisa naik statusnya. Bisa mendapat keistimewaan-keistimewaan, kehormatan. Dengan kekuasaan, hampir selalu bisa mendapat apa yang diinginkan.


Tapi Allah mengingatkan, dengan kekuasaan pula seseorang bisa dihinakan.

"Katakanlah (Muhammad), Wahai Tuhan Pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa pun yang Engkau kehendaki, dan Engkau hinakan siapa pun yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sungguh, Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. Ali 'Imran 3: Ayat 26)

Allah juga menyertakan ujian dalam setiap kekuasaan. Ujian paling elementer adalah keadilan. Apakah dengan kekuasaan bisa berlaku adil? Jika bisa, maka Allah akan meninggikan derajatnya. Tetapi jika tidak bisa, maka Allah akan menghinakan serendah-rendahnya. Terutama di akhirat.

Ujian kedua adalah, kekuasaan itu sangat dekat dengan hawa nafsu. Sementara hawa nafsu sering dipergunakan setan untuk menyesatkan manusia. Lengah sedikit, seorang penguasa dalam sekejap bisa berubah menjadi monster. Menindas, semena-mena. Kekuasaan di tangannya berubah menjadi racun, pedang, api membakar.

Allah pun menguji Daud. Ujian itu ditulis dalam Al Quran Surah As Shad 21–25. Alkisah, Daud sedang di Mihrab (tempat ibadah). Datanglah dua orang bersaudara yang berselisih.

Yang satu orang memiliki 99 ekor kambing betina. Sedang yang satu orang memiliki seekor kambing jantan saja. Pemilik 99 ekor kambing itu meminta agar saudaranya menyerahkan satu-satunya kambing itu kepadanya. Dalam perdebatan, pemilik satu ekor kambing itu kalah. Lantas mereka menghadap Daud untuk mendapatkan keadilan.

Daud berkata, ”Sungguh dia telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta kambingmu itu untuk ditambahkan ke kambingnya.”

Sejarawan Islam, Imam Ibnu Qudamah Al Maqdisi, menuliskan, ketika mendengar pernyataan Daud itu, mereka tertawa, hingga membuat Daud marah. Tapi karena dua orang itu tenang-tenang saja, Daud jadi curiga, keduanya adalah malaikat yang memba-memba (menjelma) jadi manusia, untuk memperingatkannya sehubungan dengan keputusannya ingin menikahi Tasyayu.

Padahal dia istri Uriya. Daud menggunakan siasat mengirim Uriya ke medan perang. Ternyata Uriya gugur. Maka terbukalah jalan bagi Daud untuk menikahi Tasyayu.

Setelah menyadari kesalahannya tidak bisa mengendalikan hawa nafsu, Daud bertobat. “Dan Daud mengira Kami mengujinya, maka dia memohon ampunan kepada Tuhannya, lalu menyungkur sujud dan bertobat.”

Konon, selama 40 hari Daud ngebleng alias mendekam di dalam kamar untuk bertobat.

Sementara ajaran luhur Jawa mengingatkan, kekuasaan itu cenderung melik nggendhong lali, membuat orang lupa daratan, lupa hakikat dan tujuan kekuasaan. Sering kita temui orang baik-baik, setelah mendapat kekuasaan berubah menjadi jahat. Atau yang di awal kekuasaan baik-baik saja, tapi semakin lama berubah menjadi zombie.

Ahli sejarah Lord Acton mengatakan, power tends to corrupt, and absolute power corrupt absolutely (kekuasaan itu cenderung diselewengkan, dan kekuasaan absolut cenderung korup secara absolut).

Ajaran luhur Jawa sudah memberi peringatan, bahwa melik nggendong lali itu akhirnya membentuk sikap angkara murka. Sedang suro sudiro jayaningrat arso lebur dening pangastuti (keberanian, kekuatan dan kekuasaan yang didorong angkara murka, akan dihancurkan oleh budi luhur).

Ja’al haqqu wa hazaqal batil, innal batila kana zahuqa, kebenaran telah datang, dan yang batil telah lenyap. Sungguh yang batil pasti lenyap. (Quran, Isra 81).

Allahu a’lam bis shawab.

*Jurnalis senior, tinggal di Sidoarjo.

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Kuasa Hukum: Nadiem Makarim Tidak Terima Sepeserpun

Minggu, 21 Desember 2025 | 22:09

China-AS Intervensi Konflik Kamboja-Thailand

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:51

Prabowo Setuju Terbitkan PP agar Perpol 10/2025 Tidak Melebar

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:35

Kejagung Tegaskan Tidak Ada Ruang bagi Pelanggar Hukum

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:12

Kapolri Komitmen Hadirkan Layanan Terbaik selama Nataru

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:54

Kasus WN China Vs TNI Ketapang Butuh Atensi Prabowo

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:25

Dino Patti Djalal Kritik Kinerja Menlu Sugiono Selama Setahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:45

Alarm-Alam dan Kekacauan Sistemik

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:39

Musyawarah Kubro Alim Ulama NU Sepakati MLB

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:09

Kepala BRIN Tinjau Korban Bencana di Aceh Tamiang

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:00

Selengkapnya