Berita

Ilustrasi Foto/Net

Nusantara

Ekomarin: Hilirisasi Masih Luput dari Masalah Sosial-Ekologis

SENIN, 22 JANUARI 2024 | 19:52 WIB | LAPORAN: ADITYO NUGROHO

Istilah "hilirisasi" seolah-olah menjadi mantra untuk menjadi jawaban masalah masa depan Indonesia. Khususnya dalam capaian ekonomi Indonesia Emas 2045.

Istilah itu sering diucapkan oleh pasangan Capres-Cawapres Nomor Urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka dalam berbagai kesempatan. Termasuk dalam forum debat Pilpres yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Ekologi Maritim Indonesia (Ekomarin) memandang, hilirisasi sebagai bagian transisi energi yang harus berkeadilan luput dari masalah sosial-ekologis bahkan cenderung mengabaikan isu pembangunan berkelanjutan.

“Ekomarin merilis hasil penelitian bertajuk Atas Nama transisi Energi: Neo-Ekstraktivisme Nikel di teluk Weda dan Dampaknya pada Komunitas Perikanan skala Kecil. Studi ini menunjukkan bahwa aktivitas pertambangan nikel PT. IWIP merupakan sebuah “moda perampasan” ruang hidup nelayan dan komunitas pesisir atas nama transisi energi,” kata Koordinator Nasional Ekomarin, Marthin Hadiwinata dalam keterangannya, Senin (22/1).

Sambung dia, komunitas pesisir dan nelayan tersingkir dari zona tangkapan ikan karena penebangan hutan bakau, indikasi pencemaran logam berat, aktivitas kapal tongkang antarpulau pengangkut stockpile nikel yang masif, hingga larangan pihak perusahaan kepada siapa pun yang menangkap dan ikan di sekitar areal perusahaan.

“Temuan lain menunjukkan peminggiran perikanan skala kecil semakin diperparah dengan tercemarnya hulu-hilir sungai yang menjadi sumber mata air masyarakat akibat ekspansi perusahaan,” jelasnya.

Lanjut Marthin, tersingkirnya nelayan dari zona tangkapan ikan alhasil membuat mereka saat ini menjalankan usaha pertokoan dan kos-kosan di sekitar kawasan industri.

“Sedangkan pada aspek kultural, perilaku makan ikan yang menjadi kebiasaan sehari-hari juga perlahan memudar, digantikan dengan makanan berbahan dasar ayam dan daging seturut kedatangan para pedagang makanan dari daerah Jawa yang turut membentuk pola konsumsi pangan yang berbeda,” pungkasnya.

Populer

Bikin Resah Nasabah BTN, Komnas Indonesia Minta Polisi Tangkap Dicky Yohanes

Selasa, 14 Mei 2024 | 01:35

Massa Geruduk Kantor Sri Mulyani Tuntut Pencopotan Askolani

Kamis, 16 Mei 2024 | 02:54

Ratusan Tawon Serang Pasukan Israel di Gaza Selatan

Sabtu, 11 Mei 2024 | 18:05

Dulu Berjaya Kini Terancam Bangkrut, Saham Taxi Hanya Rp2 Perak

Sabtu, 18 Mei 2024 | 08:05

Siapa Penantang Anies-Igo Ilham di Pilgub Jakarta?

Minggu, 12 Mei 2024 | 07:02

KPK Juga Usut Dugaan Korupsi di Telkom Terkait Pengadaan Perangkat Keras Samsung Galaxy

Rabu, 15 Mei 2024 | 13:09

Aroma PPP Lolos Senayan Lewat Sengketa Hasil Pileg di MK Makin Kuat

Kamis, 16 Mei 2024 | 14:29

UPDATE

Serbu Kuliner Minang

Minggu, 19 Mei 2024 | 03:59

Rocky Gerung Ucapkan Terima Kasih kepada Jokowi

Minggu, 19 Mei 2024 | 03:46

Obor Api Abadi Mrapen untuk Rakernas IV PDIP Tiba di Batang

Minggu, 19 Mei 2024 | 03:28

Mubadala Energy Kembali Temukan Sumur Gas Baru di Laut Andaman

Minggu, 19 Mei 2024 | 02:59

Rocky Gerung Dicap Perusak Bangsa oleh Anak Buah Hercules

Minggu, 19 Mei 2024 | 02:41

Deal dengan Kanada

Minggu, 19 Mei 2024 | 02:24

Kemenag: Kuota Haji 2024 Terbanyak Sepanjang Sejarah

Minggu, 19 Mei 2024 | 02:04

Zulhas Dorong Penguatan Sistem Perdagangan Multilateral di Forum APEC

Minggu, 19 Mei 2024 | 01:40

DPR: Kalau Saya Jadi Nadiem, Saya Sudah Mengundurkan Diri

Minggu, 19 Mei 2024 | 01:20

2 Kapal dan 3 Helikopter Polairud Siap Amankan KTT WWF

Minggu, 19 Mei 2024 | 00:59

Selengkapnya