Berita

Tangkapan layar debat cawapres, Minggu (21/1)/RMOL

Politik

Ini Catatan Pengamat terhadap Fokus Isu dan Gaya Komunikasi Ketiga Cawapres

SENIN, 22 JANUARI 2024 | 15:04 WIB | LAPORAN: ADITYO NUGROHO

Debat  Cawapres kedua, sekaligus yang terakhir diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah berlangsung tadi malam, Minggu (21/1).

Debat yang mempertemukan Calon Wakil Presiden Muhaimin Iskandar, Gibran Rakabuming Raka, dan Mahfud MD itu mengangkat tema pembangunan berkelanjutan, lingkungan hidup, energi, pangan, agraria dan perlindungan masyarakat adat.

Dari jalannya debat tersebut, ada dua catatan terkait perbedaan fokus isu dan gaya komunikasi dari masing-masing kandidat.

Pengamat Politik dari FHISIP Universitas Terbuka Insan Praditya Anugrah menyatakan bahwa ketiga paslon memiliki titik tolak fokus isu yang berbeda.

Menurut dia, Muhaimin Iskandar lebih berfokus kepada kedaruratan ekologis, Gibran fokus kepada mencari titik tengah antara pembangunan ekonomi dan industrialisasi dengan lingkungan dan masyarakat, lalu Mahfud MD berfokus kepada aspek penegakan hukum.

“Muhaimin dan Mahfud keduanya berfokus pada kritik, sedangkan Gibran menawarkan titik tengah dan win win solution yang dapat mempertemukan banyak kepentingan, yang dalam optimalisasi potensi desa, berbagai kepentingan dipertemukan dalam konsep pentahelix,” kata Insan dalam keterangannya, Senin (22/1).

"Cawapres Pertama yakni Muhaimin Iskandar berfokus kepada kedaruratan ekologis dan kritik atas kegagalan program-program pemerintah selama ini, yang perlu perubahan. Narasi perubahan cak Imin diawali dengan kritik negara dan pemerintah abai terhadap para petani. Petani gurem hampir 3 juta alias hanya punya tanah hanya seluas setengah hektare, “ tambahnya.

Menurut Cak Imin, food estate selama ini mengabaikan petani dan harus dihentikan. Krisis iklim dan bencana terjadi di mana mana yang ia klaim merupakan kegagalan pemerintah. Pembangunan tidak seimbang, desa dan masyarakat adat harus jadi titik tumpu pembangunan.

“Kelemahan dari narasi yang terus melakukan kritik ini adalah tidak ditemukannya gagasan yang win win solution antara negara, swasta lokal dan investasi asing serta masyarakat adat yang kepentingannya harus diselaraskan," ungkap Insan.

Cawapres kedua, lanjut Insan, Gibran Rakabuming menekankan pada perspektif yang menyeluruh (holistik), yang berlandaskan pada titik tengah antara kepentingan bisnis dan lingkungan. Gibran kerap berbicara berdasar pada potensi strategis RI yakni penghasil nikel dan timah terbesar di dunia.

“Dengan orientasi holistik ini maka Gibran menekankan pelibatan berbagai pihak seperti pemerintah, komunitas masyarakat, dunia pendidikan, dunia usaha dan media atau pentahelix, dalam transisi energi hijau terbarukan. Gibran, juga mengadopsi ide national competitive advantage Michael Porter soal pentingnya pembangunan industri pupuk didekatkan dengan lahan tani agar distribusinya terjamin sekaligus lebih murah, dengan begitu diharapkan impor pangan dapat berkurang dan tercukupi,” bebernya.

Sambungnya, Gibran juga menjadi cawapres pertama yang menekankan partisipasi seluruh golongan masyarakat dalam penerapan sustainable development goals dengan jargon no one left behind supaya dapat tercipta skema pembangunan yang dapat menguntungkan seluruh pihak.

“Perspektif Gibran terlihat kental paradigma developmentalisme, yang menitikberatkan pembangunan dan industrialisasi sebagai titik tolak ke segala arah. Gibran kurang mendalami masalah pertanahan yang sudah menyejarah sejak era Presiden Sukarno namun upaya mencari titik tengah antara berbagai aspek dan kepentingan merupakan titik awal yang dibutuhkan dalam menyelesaikan kebuntuan kebijakan selama ini," ungkapnya lagi.

Cawapres ketiga Mahfud MD, jelas Insan, menekankan kepada perspektif penyelarasan Tuhan, Manusia dan Alam. Mahfud dan pengalamannya dalam ranah hukum menekankan pada komitmen dan keberanian untuk melakukan penegakan hukum, yang selama ini dikuasai para mafia hukum.

“Mahfud menyatakan bahwa setiap proses pemanfaatan sumber daya alam harus disertai penghormatan pada para pewaris. Mahfud berpendapat bahwa saat ini pemerintah mengesampingkan alam, sekaligus menyinggung program food estate yang menurutnya gagal. Mahfud terlihat memiliki keunggulan di pengalaman namun terlihat sangat lemah ketika dimintai solusi-solusi nyata di bidang ekonomi,” bebernya lagi.

Menurutnya, hal ini karena pengalaman dan pengetahuan Mahfud selama ini spesifik di bidang hukum tanpa pengalaman di perencanaan ekonomi.

Analisis Gaya Komunikasi

Pengamat Komunikasi Politik Universitas Paramadina Erik Ardiyanto memberikan catatan dalam debat cawapres tadi malam. Menurutnya Cak Imin tampil otentik, Mahfud MD tampil akurat dan Gibran tampil minus

"Cak Imin tampil lebih atraktif daripada debat sebelumnya. Komunikasi politik yang dibangun lebih terukur dan dengan data pendukung yang kuat. Misalnya di awal penyampaian langsung berani mengkritik lahan milik negara dengan luas 350 hektare tapi dimiliki oleh oknum. Pernyataan tersebut sontak langsung terpersepsi oleh publik dan menempatkan dia pada politik perubahan," ujar Erik.

"Cak imin mengkritik problem krisis iklim yang tidak ditangani serius oleh negara, dengan menawarkan solusi pada etika lingkungan dalam menghadapi krisisi iklim dengan menekanakan kesimbangan manusia dan alam. Gaya atraktifnya yang khas keluar saat debat dengan menyerukan “tobat ekologis” sebagai solusi krisis iklim, saya kira ini tampak natural dari kata-kata selama ini sering kita lihat," jelas Erik.

Sedangkan  Gibran, menurut dia, di awal pembuka tampil dengan gaya komunikasi politik yang ofensif dengan memfokuskan politik keberlanjutan yang ingin meneruskan program reforma agraria dan pemanfaatan tanah yang berkeadilan.

"Tetapi penampilan kali ini kurang maksimal dibanding debat sebelumnya, banyak pesan yang direpetisi ulang seperti carbon storage, digitalisasi, mekanisasi dan hilirisasi tetapi justru tidak menjawab tema debat malam ini. Sehingga terlihat tidak ada ide yang genuine saat berkomunikasi dengan lawan debatnya," ungkap dia.

"Kemudian catatan minusnya dalam debat kali ini ketika sesi tanya jawab berlangsung bahasa tubuh Gibran secara gesture menunjukkan kurang menghormati dan merendahkan lawan debat, Sehingga membuat publik di media sosial menjadi tidak simpatik terhadapnya," tambah Erik.

Kemudian Gibran, lanjut dia, tampak tidak menghiraukan aturan dari KPU saat debat, seperti tidak boleh keluar arena debat dan penyampaian istilah yang harus dijelaskan. Ini diulang kembali olehnya, tentu ini sangat disayangkan.

Sedangkan Mahfud MD, menurut Erik tampil berani dan terbuka daripada debat sebelumnya. Penyampaian komunikasi politiknya sangat akurat dan tegas. Seperti ketika menyinggung masalah pertanian dengan mengatakan masalah pokok hari ini di desa petaninya makin sedikit dan lahan pertanian sedikit, tetapi harga pupuk mahal dan saat panen di jual ke tengkulak dengan harga murah.

“Padangan ini saya kira sangat akurat dengan problem yang dihadapi petani hari ini,” ujarnya.

Kemudian dari sisi ketegasan dalam debat, masih kata Erik, Mahfud bisa menunjukan  masalahnya kemudian tahu solusinya. Seperti ketika mengutarakan masalah tambang ilegal yang sering meresahkan warga dan banyak dibekingi oleh aparat dan pejabat. Sudah banyak pencabutan IUP dan sudah putusan Mahkamah Agung tapi tidak dilaksanakan.

“Dia menawarkan solusi dengan cara penertiban birokrasi dan penegakan hukum. Padangan ini menempatkan posisi politiknya yang berkelanjutan tapi dengan perbaikan," ungkapnya lagi.

Terakhir, Erik mengungkap pernyataan Mahfud MD dengan tidak mau menjawab pertanyaan berupa definisi patut diapresiasi.

“Ini baik sebagai kritik ke penyelenggara agar dapat mengarahkan debat ke arah substansi persoalan yang dihadapi bangsa hari ini agar menjadi discourse publik dan pendidikan politik yang baik bagi generasi muda" pungkas Erik.

Populer

Jaksa Agung Tidak Jujur, Jam Tangan Breitling Limited Edition Tidak Masuk LHKPN

Kamis, 21 November 2024 | 08:14

MUI Imbau Umat Islam Tak Pilih Pemimpin Pendukung Dinasti Politik

Jumat, 22 November 2024 | 09:27

Kejagung Periksa OC Kaligis serta Anak-Istri Zarof Ricar

Selasa, 26 November 2024 | 00:21

Rusia Siap Bombardir Ukraina dengan Rudal Hipersonik Oreshnik, Harga Minyak Langsung Naik

Sabtu, 23 November 2024 | 07:41

Ini Identitas 8 Orang yang Terjaring OTT KPK di Bengkulu

Minggu, 24 November 2024 | 16:14

Sikap Jokowi Munculkan Potensi konflik di Pilkada Jateng dan Jakarta

Senin, 25 November 2024 | 18:57

Legislator PKS Soroti Deindustrialisasi Jadi Mimpi Buruk Industri

Rabu, 20 November 2024 | 13:30

UPDATE

Jokowi Tak Serius Dukung RK-Suswono

Jumat, 29 November 2024 | 08:08

Ferdian Dwi Purwoko Tetap jadi Kesatria

Jumat, 29 November 2024 | 06:52

Pergantian Manajer Bikin Kantong Man United Terkuras Rp430 Miliar

Jumat, 29 November 2024 | 06:36

Perolehan Suara Tak Sesuai Harapan, Andika-Hendi: Kami Mohon Maaf

Jumat, 29 November 2024 | 06:18

Kita Bangsa Dermawan

Jumat, 29 November 2024 | 06:12

Pemerintah Beri Sinyal Lanjutkan Subsidi, Harga EV Diprediksi Tetap Kompetitif

Jumat, 29 November 2024 | 05:59

PDIP Akan Gugat Hasil Pilgub Banten, Tim Andra Soni: Enggak Masalah

Jumat, 29 November 2024 | 05:46

Sejumlah Petahana Tumbang di Pilkada Lampung, Pengamat: Masyarakat Ingin Perubahan

Jumat, 29 November 2024 | 05:31

Tim Hukum Mualem-Dek Fadh Tak Gentar dengan Gugatan Paslon 01

Jumat, 29 November 2024 | 05:15

Partisipasi Pemilih Hanya 55 Persen, KPU Kota Bekasi Dinilai Gagal

Jumat, 29 November 2024 | 04:56

Selengkapnya