Berita

Andre Vincent Wenas/Ist

Publika

Pebisnis Tapi Alergi Politik, Mungkin Nggak Ya?

OLEH: ANDERE VINCENT WENAS
MINGGU, 07 JANUARI 2024 | 12:06 WIB

DALAM semua buku teks dan studi kasus di sekolah bisnis, terutama di MBA program, selalu diajarkan tentang strategi bisnis. Teori ala Sun Tsu yang dibaratkan, didiskusikan mengenai cara membaca medan perang, istilahnya membaca business landscape, atau business environment, kenali dan selalu waspadai lingkungan bisnis anda.

Ini karena kita semua, dari sudut pandang bisnis, tidak berada dalam ruang hampa. Kita senantiasa berinteraksi dengan entitas lainnya dalam suasana sosial politik tertentu. Lingkungan bisnis senantiasa dinamis, dan semua faktor bisa saling mempengaruhi, secara langsung maupun tidak langsung.

Maka dikenallah istilah PESTEL, kependekan dari Politic, Economy, Social, Technology, Environment, dan Legal atau Law sebagai pagar-pagar yang membatasi (mengatur) interaksi sosial kita. Agar tercipta ketertiban umum.

Membaca PESTEL tidak boleh baperan yang kemudian jadi subjektif, yang lain pasti salah, sehingga analisa kita jadi bias. Kalau analisa lingkungan bisnis sudah bias maka apa yang bisa diharapkan dari objektivitas dan ketajaman business acumen kita?

Misalnya, kita sedang mendiskusikan suatu studi kasus (case study) mengenai bisnis infrastruktur internet di Indonesia. Kita pasti juga memetakan beberapa kasus mutakhir di seputaran proyek BTS (Base Transceiver Station).

Siapa para pemain yang ada, apa yang barusan terjadi pada mereka, dan apa yang kira-kira bakal terjadi akibat peristiwa itu semua. Ternyata bisnis BTS itu besar sekali skalanya, tahapan pertama saja bernilai Rp10 triliun.

Tapi kondisi faktual juga menceritakan bahwa bisnis segede itu, dimana pun, selalu melibatkan para public policy makers (para pejabat publik). Apalagi kalau proyek itu adanya di Kementerian, sudah pasti peta politik di belakang benak para policy makers itu mesti diperhitungkan.  

Atau dalam bisnis garmen, siapa para pemainnya, apa regulasi yang ada dan yang mempengaruhi bisnis ini. Semua dihitung. Ada importir garmen branded baru, ada pula importir garmen branded tapi bekas. Ada pemain tekstil (mereka yang bikin kainnya) dengan berbagai warna dan motif, bikin kancing, bikin retsleting, sampai ke para desainer. Ada pula para distributor dan pedagang ecerannya, dan seterusnya sepanjang rantai pasok (supply chain) bisnis ini.

Mereka saling mempengaruhi, misalnya para importir garmen branded melobi pembuat regulasi agar melarang impor garmen bekas. Alasannya tentu bisa disusun seargumentatif mungkin, membela ini dan itulah, pokoknya yang seheroik mungkin. Melibatkan para social-influencer dan content-creator juga, dan seterusnya.

Banyak contoh atau studi kasus yang bisa didalami dalam rangka kita mendalami kedua bisnis itu (BTS dan garmen). Itu baru dua, padahal banyak aspek yang bisa dan perlu dipelajari oleh para business enthusiasts. Walau lalu juga harus diingat, jangan kelamaan analisa, karena dalam setiap keputusan bisnis ada faktor timing.

Ada faktor waktu, jangan sampai kehilangan momentum. Paralysis by analysis, lumpuh karena kebanyakan analisa dan telat mengambil keputusan.

Seperti pesan dari pembuat sepatu olah raga kondang: Just Do It!

Penulis adalah Direktur Eksekutif, Lembaga Kajian Strategis Perspektif (LKSP) Jakarta



Populer

KPK Kembali Periksa Pramugari Jet Pribadi

Jumat, 28 Februari 2025 | 14:59

Sesuai Perintah Prabowo, KPK Harus Usut Mafia Bawang Putih

Minggu, 02 Maret 2025 | 17:41

Digugat CMNP, Hary Tanoe dan MNC Holding Terancam Bangkrut?

Selasa, 04 Maret 2025 | 01:51

Lolos Seleksi TNI AD Secara Gratis, Puluhan Warga Datangi Kodim Banjarnegara

Minggu, 02 Maret 2025 | 05:18

CMNP Minta Pengadilan Sita Jaminan Harta Hary Tanoe

Selasa, 04 Maret 2025 | 03:55

KPK Terus Didesak Periksa Ganjar Pranowo dan Agun Gunandjar

Jumat, 28 Februari 2025 | 17:13

Bos Sritex Ungkap Permendag 8/2024 Bikin Industri Tekstil Mati

Senin, 03 Maret 2025 | 21:17

UPDATE

Tekuk Fiorentina 2-1, Napoli Tak Biarkan Inter Tenang

Senin, 10 Maret 2025 | 01:21

Polda Jateng Tegas Larang Petasan Sepanjang Ramadan

Senin, 10 Maret 2025 | 00:59

Kluivert Tiba di Jakarta Ditemani Mantan Pemain Man United

Senin, 10 Maret 2025 | 00:41

Cegah Bencana Seperti di Jabotabek, Menteri ATR/BPN Evaluasi Tata Ruang di Jatim

Senin, 10 Maret 2025 | 00:25

Asiang Versus JACCS MPM Finance, Peneliti IPD-LP Yakin Hakim MA Lebih Adil

Minggu, 09 Maret 2025 | 23:58

Beri Bantuan untuk Korban Banjir di Candulan, Okta Kumala Dewi Berharap Ada Solusi Jangka Panjang

Minggu, 09 Maret 2025 | 23:41

PSU Empat Lawang Diikuti Dua Paslon, Pencoblosan pada 19 April 2025

Minggu, 09 Maret 2025 | 23:20

Update Banjir dan Longsor Sukabumi: 5 Orang Wafat, 4 Orang Hilang

Minggu, 09 Maret 2025 | 22:44

Menanti Keberanian Kejagung Bongkar Biang Kerok Korupsi Migas

Minggu, 09 Maret 2025 | 22:30

PTPN IV PalmCo Siapkan 23 Bus untuk Mudik di Sumatera dan Kalimantan

Minggu, 09 Maret 2025 | 22:18

Selengkapnya