Berita

Ilustrasi/Net

Bisnis

Gara-gara Boikot Israel, Kapitalisasi Pasar Starbucks Anjlok hingga Rp 186,87 Triliun

SABTU, 09 DESEMBER 2023 | 14:13 WIB | LAPORAN: HANI FATUNNISA

Dalam sebulan terakhir, nilai kapitalisasi Starbucks terus mengalami penurunan. Disinyalir berkaitan dengan aksi boikot produk Israel yang ramai diperbincangkan di media sosial.

Dikutip dari laporan New York Post pada Sabtu (9/12), nilai kapitalisasi pasar Starbucks menguap hampir 12 miliar dolar AS atau Rp 186,87 triliun selama bulan November.

Ketika pasar dibuka pada awal pekan ini, saham Starbucks turun 1,6 persen. Penurunan bahkan terjadi selama 11 sesi berturut-turut yang merupakan penurunan terpanjang sejak debut Starbucks di publik pada tahun 1992.

"Kemerosotan ini menghapus 9,4 persen nilai pasar Starbucks, atau turun hampir 12 miliar dolar AS," ungkap laporan tersebut.

Banyak yang berspekulasi bahwa penurunan saham Starbucks berkaitan dengan boikot masyarakat terhadap produk-produk asal Amerika Serikat yang memberikan dukungan pada perang Israel di Jalur Gaza.

Terlepas dari upaya Starbucks untuk meredam seruan boikot, tagar #boycottstarbucks masih menjadi tren di media sosial.

Menurut Pusat Kreatif TikTok, tagar tersebut telah digunakan sekitar 16.000 kali selama 30 hari terakhir, da  telah dilihat sebanyak 167 juta dalam kurun waktu 30 hari.

Tak sampai di situ, Starbucks juga dihadapkan dengan persoalan rendahnya daya beli kosumen dan perselisihan tenaga kerja.

Analis JPMorgan menyebut investor semakin khawatir bahwa konsumen akan enggan membeli minuman mahal selama musim liburan ketika anggaran semakin banyak dikeluarkan.

"Ini mengisyaratkan perlambatan material di Starbucks," ungkap laporan tersebut.

Sebelumnya, pekerja Starbucks melakukan aksi mogok kerja dan menuntut penambahan staf dan jadwal.

Aksi protes tersebut bukanlah yang pertama dari perselisihan Starbucks dengan serikat pekerja Workers United.

Bulan lalu, setelah Workers United mempublikasikan pernyataan kontroversial "Solidaritas dengan Palestina!" dalam postingan yang telah dihapus di X, Starbucks dengan cepat menjauhkan diri dari organisasi tersebut.

"Kami dengan tegas mengutuk tindakan terorisme, kebencian dan kekerasan, serta tidak setuju dengan pernyataan dan pandangan yang diungkapkan oleh Workers United dan anggotanya. Perkataan dan tindakan Workers United adalah milik mereka, dan mereka sendiri," kata Starbucks saat itu.

Tanggapan tersebut ditafsirkan sebagai bentuk dukungan terhadap Israel atas Palestina, sehingga memicu seruan boikot.

Populer

Fenomena Seragam Militer di Ormas

Minggu, 16 Februari 2025 | 04:50

Asian Paints Hengkang dari Indonesia dengan Kerugian Rp158 Miliar

Sabtu, 15 Februari 2025 | 09:54

Bos Sinarmas Indra Widjaja Mangkir

Kamis, 13 Februari 2025 | 07:44

PT Lumbung Kencana Sakti Diduga Tunggangi Demo Warga Kapuk Muara

Selasa, 18 Februari 2025 | 03:39

Temuan Gemah: Pengembang PIK 2 Beli Tanah Warga Jauh di Atas NJOP

Jumat, 14 Februari 2025 | 21:40

Pengiriman 13 Tabung Raksasa dari Semarang ke Banjarnegara Bikin Heboh Pengendara

Senin, 17 Februari 2025 | 06:32

Dugaan Tunggangi Aksi Warga Kapuk Muara, Mabes Polri Diminta Periksa PT Lumbung Kencana Sakti

Selasa, 18 Februari 2025 | 17:59

UPDATE

Kejanggalan LHKPN Wakil DPRD Langkat Dilapor ke KPK

Minggu, 23 Februari 2025 | 21:23

Jumhur Hidayat Apresiasi Prabowo Subianto Naikkan Upah di 2025

Minggu, 23 Februari 2025 | 20:56

Indeks Korupsi Pakistan Merosot Kelemahan Hampir di Semua Sektor

Minggu, 23 Februari 2025 | 20:44

Beban Kerja Picu Aksi Anggota KPU Medan Umbar Kalimat Pembunuhan

Minggu, 23 Februari 2025 | 20:10

Wamenag Minta PUI Inisiasi Silaturahmi Akbar Ormas Islam

Minggu, 23 Februari 2025 | 20:08

Bawaslu Sumut Dorong Transparansi Layanan Informasi Publik

Minggu, 23 Februari 2025 | 19:52

Empat Negara Utama Alami Krisis Demografi, Pergeseran ke Belahan Selatan Dunia, India Paling Siap

Minggu, 23 Februari 2025 | 19:46

Galon Polikarbonat Bisa Sebabkan Kanker? Simak Faktanya

Minggu, 23 Februari 2025 | 19:34

Indra Gunawan Purba: RUU KUHAP Perlu Dievaluasi

Minggu, 23 Februari 2025 | 19:31

Kolaborasi Kunci Keberhasilan Genjot Perekonomian Koperasi

Minggu, 23 Februari 2025 | 19:13

Selengkapnya