Berita

Momen ketika Dahlan Iskan bertemu dengan Doni Monardo, saat almarhum menjabat Ketua BNPB/Istimewa

Dahlan Iskan

Doni Monardo

SELASA, 05 DESEMBER 2023 | 04:58 WIB | OLEH: DAHLAN ISKAN

KETIKA bertemu lagi tahun lalu saya pangling. Ia terlihat lebih muda, segar, dan lebih gagah. Setelah bersalaman barulah saya ingat senyumnya: Letjen TNI Doni Monardo.

Saya lama memandangi wajahnya. Apa yang menyebabkan berubah. Waktu itu beliau hadir dalam acara pembukaan pabrik plastik ramah lingkungan berbahan baku singkong. Di Tangerang.

Beliau memberi ceramah tentang jahatnya plastik bagi lingkungan. Ada juga Ahok di situ.

Rupanya beliau melihat saya sedang heran mengamati wajah dan tubuhnya. "Rambut saya yang berubah, Pak," kata Doni.

Benar. Itulah yang membuat Doni tampak lebih muda dan segar. Rambutnya lebat. Tidak lagi botak. Warnanya hitam. Tidak ada putihnya. Sisirannnya rapi, dengan ukuran rambut yang tidak terlalu pendek.

"Kalau Pak Dahlan mau, nanti saya kirimi obatnya," katanya. Rupanya Pak Doni melihat rambut saya mulai menipis. Juga mulai terlihat botak di bagian dekat ubun-ubun. Sudah pula lebih banyak ubannya.

Seminggu kemudian saya menerima kiriman paket. Dari membaca nama pengirimnya saya sudah bisa menebak isinya: obat penumbuh rambut. Saya buka. Banyak sekali. Di botol-botol kecil ukuran sekitar 100 cc.

Saya pun memotret kiriman itu. Fotonya saya kirim ke beliau, dengan ucapan terima kasih. Saya berjanji untuk memakainya tanpa menyebut mulai kapan.

Janji itu belum saya penuhi. Sampai beliau meninggal dunia hari Minggu sore lalu dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata kemarin siang.

Anda sudah tahu: komandan upacara pemakaman itu adalah Kepala Staf TNI-AD yang baru: Jenderal Maruli Simanjuntak.

Maruli adalah junior Doni di Kopassus. Waktu Doni menjabat Danjen Kopassus, Jenderal Maruli masih letnan.

Waktu itu Doni punya program unggulan: anggota Kopassus-muda harus jadi juara di bidang masing-masing. Ada judo. Karate. Mendaki gunung. Dan banyak lagi.

Maruli adalah juara judo.

Lalu Pangdam Tanjungpura sekarang Mayjen TNI Iwan Setiawan juara mendaki gunung. Tim Mayjen Iwan membuat sejarah bagi Indonesia: berhasil mencapai puncak Everest. Bendera merah putih berkibar di sana. Kopassuslah pengibarnya.

Sebelum pertemuan di pabrik plastik ramah lingkungan itu saya bertemu Pak Doni di pusat pengendalian Covid-19. Beliau adalah panglima tertinggi pengendalian Covid-19. Beliau adalah kepala BNPB –Badan Nasional Penanggulangan Bencana.

Setelah menjalani berbagai tes saya diizinkan masuk ke ruang kerjanya. Itu adalah juga tempat tinggal beliau. Selama menjadi komandan pengendalian Covid-19 beliau tidak pernah pulang. Tidur di sebelah ruang kerja itu: tempat tidur lipat yang biasa dipakai di barak tentara. Waktu beliau habis untuk urusan Covid-19. Siang-malam.

BACA JUGA:Vaksin

Itulah Doni Monardo. Anak Minang yang lahir di Cimahi, dekat Bandung. Ayahnya tentara. Pindah-pindah. Pun Doni. Ia menyelesaikan SMA-nya di Padang. Lalu masuk akademi militer di Magelang. Angkatan 1985.

Pangkat terakhir Doni lebih tinggi dari peraih Adhi Makayasa tahun itu: I Made Agra Sudiantara. Doni bintang tiga. Made bintang dua.

Made juga tidak pernah jadi pangdam. Sedang Doni dua kali jadi pangdam: di Pattimura, Maluku dan di Siliwangi, Jawa Barat.

Made meninggal dunia di umur 50 tahun, sekitar 10 tahun lalu. Doni meninggal di usia 60 tahun 3 Desember tahun ini.

Di semua jabatannya itu Doni seperti habis-habisan. Namanya pun menjadi lebih besar dari jabatannya –untuk meminjam istilah Pangdam V/Brawijaya Mayjen TNI Farid Makruf yang sebentar lagi pindah ke Jakarta menjabat Kaskostrad.

Waktu jadi pangdam Siliwangi, Doni menjalankan proyek besar sekali di bidang lingkungan hidup: membersihkan alur sungai Citarum. Menyeluruh. Di sepanjang wilayah Jawa Barat. Tidak hanya sungainya yang dibersihkan. Pinggirnya juga dihijaukan. Agar erosi yang masuk Citarum terkendali.

Doni adalah pecinta pohon. Levelnya: gila tanaman. Doni-lah yang menanam begitu banyak trembesi di lingkungan bandara Lombok. Setiap ke bandara Lombok saya seperti bertemu Pak Doni. Pun di bandara Hasanuddin Makassar. Penuh pohon trembesi. Doni-lah yang menanamnya.

Di mana saja Doni menanam pohon. Teman-temannya dikirimi bibit pohon buah unggulan.

Belakangan Doni merambah program menggalakkan pembiakan pohon langka. Egy Massadiah punya daftar pohon langka yang dikembangkan Dony.

Egy adalah wartawan, penulis buku dan teman dekat banyak perwira tinggi.

Waktu saya ke pusat pengendalian Covid-19, Egy juga terlihat bersama Pak Doni.

Egy juga tidak pernah pulang. Bahkan ketika helikopter Pak Doni terombang-ambing angin ribut di pulau Miangas, Egy ada di dalam helikopter itu. Pak Doni selamat dari kecelakaan heli yang akan bisa menewaskannya.

Pak Doni selamat. Pun dalam badai Covid-19, Pak Doni juga selamat. Tapi Pak Doni sebenarnya kurang sehat. Sejak lama. Sejak hampir 10 tahun lalu. Kalau saja beliau sehat rasanya akan bisa jadi KSAD. Atau panglima TNI.

Pak Doni punya masalah kesehatan yang umum dialami banyak laki-laki berumur: prostat.

Saya termasuk yang menyarankan agar beliau dioperasi di Singapura tanpa takut dinilai kurang nasionalis. Itu karena teman saya, orang Singapura, baru saja berhasil mengatasi kanker prostat dengan cara operasi.

Penderita kanker prostat baiknya jangan menunda operasi. Pun bila dilakukan di dalam negeri. Kian telat kian sulit diatasi.

Kondisi beliau pun kian kurang baik. Pembuluh darah di otaknya pecah. Tidak sadarkan diri. Setelah 2,5 bulan di rumah sakit beliau meninggalkan kita selamanya.

Jasanya begitu besar bagi bangsa. Penduduk Indonesia hampir sama dengan Amerika. Ekonomi Indonesia jauh sekali di bawah Amerika. Tapi korban Covid-19 Indonesia begitu sedikit dibanding Amerika.

Pak Doni termasuk yang mendukung pemerintah untuk tidak melakukan lockdown secara nasional di saat Covid-19. Kebijakan itu akhirnya terbukti berhasil.

Doni Monardo ikut menyelamatkan kita semua. Pun di saat beliau sendiri sebenarnya sudah tahu: kanker sedang mengancam keselamatannya.

Populer

Besar Kemungkinan Bahlil Diperintah Jokowi Larang Pengecer Jual LPG 3 Kg

Selasa, 04 Februari 2025 | 15:41

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

Prabowo Harus Pecat Bahlil Imbas Bikin Gaduh LPG 3 Kg

Senin, 03 Februari 2025 | 15:45

Bahlil Gembosi Wibawa Prabowo Lewat Kebijakan LPG

Senin, 03 Februari 2025 | 13:49

Jokowi Kena Karma Mengolok-olok SBY-Hambalang

Jumat, 07 Februari 2025 | 16:45

Pengamat: Bahlil Sengaja Bikin Skenario agar Rakyat Benci Prabowo

Selasa, 04 Februari 2025 | 14:20

Alfiansyah Komeng Harus Dipecat

Jumat, 07 Februari 2025 | 18:05

UPDATE

Dirjen Anggaran Kemenkeu Jadi Tersangka, Kejagung Didesak Periksa Tan Kian

Sabtu, 08 Februari 2025 | 21:31

Kawal Kesejahteraan Rakyat, AHY Pede Demokrat Bangkit di 2029

Sabtu, 08 Februari 2025 | 20:55

Rocky Gerung: Bahlil Bisa Bikin Kabinet Prabowo Pecah

Sabtu, 08 Februari 2025 | 20:53

Era Jokowi Meninggalkan Warisan Utang dan Persoalan Hukum

Sabtu, 08 Februari 2025 | 20:01

Tepis Dasco, Bahlil Klaim Satu Frame dengan Prabowo soal LPG 3 Kg

Sabtu, 08 Februari 2025 | 19:50

Dominus Litis Revisi UU Kejaksaan, Bisa Rugikan Hak Korban dan tersangka

Sabtu, 08 Februari 2025 | 19:28

Tarik Tunai Pakai EDC BCA Resmi Kena Biaya Admin Rp4 Ribu

Sabtu, 08 Februari 2025 | 19:16

Ekspor Perdana, Pertamina Bawa UMKM Tempe Sukabumi Mendunia

Sabtu, 08 Februari 2025 | 18:41

TNI AL Bersama Tim Gabungan Temukan Jenazah Jurnalis Sahril Helmi

Sabtu, 08 Februari 2025 | 18:22

Penasehat Hukum Ungkap Dugaan KPK Langgar Hukum di Balik Status Tersangka Sekjen PDIP

Sabtu, 08 Februari 2025 | 17:42

Selengkapnya