Launching dan Bedah Buku, yang berjudul "Menjemput Mandat Presiden, Anies adalah Kehendak Sejarah"," di Posko Pejuang Amin, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu petang (25/11)/RMOL
Perbedaan sungguh terjadi dan sangat terasa dalam Pilpres 2024, jika dibandingkan dengan Pilpres 2019. Terutama, soal narasi yang dibangun saat kontestasi pemilihan presiden pada tahun 2019 yang hanya diikuti dua pasangan calon.
Co captain Tim Pemenangan Nasional Anies Muhaimin (Amin), Jumhur Hidayat, mengatakan, latar belakang perbedaan dilihat dari tiga pasangan calon yang akan berkontestasi di Pilpres 2024.
Jumhur berkeyakinan, Pilpres 2024 akan lebih sejuk, dibandingkan tahun 2019 yang diwarnai narasi negatif dari dua kubu pendukung calon.
"Perbedaan pemilu sebelumnya atas dasar kebencian, cebong, kadrun, kampret memang beradu di bawah. Kemudian oligarki garuk sumber daya kita, itu enggak rasional," kata Jumhur dalam Launching dan Bedah Buku, yang berjudul "Menjemput Mandat Presiden, Anies adalah Kehendak Sejarah"," di Posko Pejuang Amin, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu petang (25/11).
Di mana saat itu, para pendukung saling caci maki di media sosial hanya karena berbeda pilihan. Padahal, itu hal biasa dalam setiap kontestasi demokrasi.
Menurut Jumhur, kehadiran pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar jadi langkah nyata bagi rakyat untuk memikirkan nasib bangsa 5 hingga 10 tahun ke depan.
"Sekarang (Pilpres 2024), berubah gairahnya keberlanjutan dan perubahan dan semua punya rasionalitas, rakyat yang tentukan," kata Jumhur.
Dalam diskusi ini turut hadir beberapa narasumber lainnya seperti Eggi Sudjana, dan Refly Harun.