Berita

Pakar kebijakan publik dari UPN Veteran Jakarta, Achmad Nur Hidayat/Net

Publika

Pemilu 2024 dan Rusaknya Persepsi Caleg: Merebut Suara Rakyat dengan Politik Uang

RABU, 15 NOVEMBER 2023 | 07:26 WIB | OLEH: ACHMAD NUR HIDAYAT

FENOMENA yang semakin meresahkan terjadi selama perjalanan calon legislatif (caleg) menuju Pemilihan Umum (Pemilu), yang semakin terjebak dalam rantai politik uang yang membahayakan demokrasi.

Hal ini menunjukkan betapa sulitnya perjalanan para caleg, karena mereka harus berjuang keras, mengumpulkan dana untuk kampanye, dan menghadapi banyak tekanan.

Para caleg, yang mengemban ambisi menjadi anggota legislatif, menghadapi risiko kegagalan yang dapat mengakibatkan stres dan bahkan gangguan jiwa.

Sayangnya, beberapa di antara mereka, terutama yang tidak mendapatkan dukungan yang cukup dari pemilih, berusaha menempuh cara kotor, seperti membeli suara ke PPK atau sebar politik uang.

Faktanya, hampir seluruh biaya kampanye ditanggung oleh para caleg sehingga caleg kaya punya potensi melakukan cara kotor dibandingkan caleg miskin.

Peristiwa tragis seperti tindakan impulsif, penipuan, bahkan pesugihan oleh beberapa caleg untuk mendapatkan kursi sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kontestasi pemilu.

Ini menunjukkan dampak serius dari keyakinan bahwa money politics adalah satu-satunya cara untuk menang. Sebuah persepsi yang mengkhawatirkan!

Sebagai contoh, baru-baru ini terjadi kasus seorang wanita berinisial NZ (52) di Jakarta Timur yang ditangkap polisi terkait dugaan penipuan terhadap seorang caleg DPRD DKI Jakarta. NZ diduga menawarkan pinjaman uang miliaran rupiah dengan modus membeli koper sebagai syarat, tetapi uang yang dijanjikan tidak pernah diterima oleh korban.

Caleg yang menjadi korban penipuan tersebut mengalami kerugian finansial, reputasional, dan hukum yang signifikan.

Kerugian finansial sangat merugikan kampanye dan keuangan pribadi caleg, sementara reputasi yang tercemar dapat merugikan persepsi pemilih dan partai politik. Konsekuensi hukum dapat melibatkan penyelidikan, persidangan, dan sanksi yang berpotensi merugikan karier politik.

Selain itu, dampak psikologis seperti stres dan kekecewaan juga dapat memengaruhi kesejahteraan mental dan kinerja kampanye caleg secara keseluruhan.

Cuan sebagai Senjata Ampuh bagi Caleg


Dalam konteks ini, cuan atau keuntungan finansial dapat menjadi senjata ampuh bagi para caleg. Cuan memainkan peran penting dalam memastikan kelancaran kampanye, terutama bagi caleg yang memiliki sumber daya finansial yang memadai. Para caleg kaya cenderung lebih mampu memenuhi kebutuhan kampanye mereka, mulai dari iklan media massa hingga penyelenggaraan acara kampanye.

Namun, cuan juga bisa menjadi faktor risiko yang meningkatkan kecenderungan praktik politik uang. Caleg yang mengalami tekanan finansial dapat cenderung mencari cara instan untuk memenangkan dukungan, termasuk melibatkan diri dalam transaksi politik yang tidak etis.

Dengan demikian, sementara cuan dapat membantu kelancaran kampanye, perlu ada pengawasan yang ketat dan regulasi yang lebih baik untuk mencegah penyalahgunaan keuntungan finansial ini.

Dalam jangka panjang, perubahan menyeluruh dalam sistem politik, termasuk pengurangan beban biaya kampanye, dapat membantu mengurangi ketergantungan pada cuan sebagai satu-satunya jalan menuju kemenangan.

Tentu saja, diperlukan kritik konstruktif dan rekomendasi untuk memperbaiki sistem dan lingkungan politik. Langkah-langkah konkret seperti perlunya perubahan menyeluruh dalam membentuk lingkungan politik yang lebih sehat dapat melindungi kesejahteraan mental para caleg.

Kesimpulannya, pandangan bahwa kemenangan caleg hanya dapat dicapai dengan sebar cuan adalah ancaman serius bagi demokrasi dan dapat mengkhianati rakyat melalui korupsi.

Perubahan menyeluruh dalam sistem politik dan dukungan terhadap kesejahteraan mental caleg menjadi suatu keharusan.

Hanya dengan langkah-langkah konkret ini, kita dapat menciptakan suasana yang mendukung dan memastikan bahwa partisipasi dalam arena politik tidak merugikan kesehatan mental individu.

Dengan demikian, upaya bersama untuk mewujudkan sistem politik yang lebih berkelanjutan dan mendukung menjadi sebuah keharusan.

Penulis adalah pakar kebijakan publik dari UPN Veteran Jakarta, yang juga CEO Narasi Institute

Populer

Besar Kemungkinan Bahlil Diperintah Jokowi Larang Pengecer Jual LPG 3 Kg

Selasa, 04 Februari 2025 | 15:41

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

Jokowi Kena Karma Mengolok-olok SBY-Hambalang

Jumat, 07 Februari 2025 | 16:45

Prabowo Harus Pecat Bahlil Imbas Bikin Gaduh LPG 3 Kg

Senin, 03 Februari 2025 | 15:45

Alfiansyah Komeng Harus Dipecat

Jumat, 07 Februari 2025 | 18:05

Bahlil Gembosi Wibawa Prabowo Lewat Kebijakan LPG

Senin, 03 Februari 2025 | 13:49

Pengamat: Bahlil Sengaja Bikin Skenario agar Rakyat Benci Prabowo

Selasa, 04 Februari 2025 | 14:20

UPDATE

Dirjen Anggaran Kemenkeu Jadi Tersangka, Kejagung Didesak Periksa Tan Kian

Sabtu, 08 Februari 2025 | 21:31

Kawal Kesejahteraan Rakyat, AHY Pede Demokrat Bangkit di 2029

Sabtu, 08 Februari 2025 | 20:55

Rocky Gerung: Bahlil Bisa Bikin Kabinet Prabowo Pecah

Sabtu, 08 Februari 2025 | 20:53

Era Jokowi Meninggalkan Warisan Utang dan Persoalan Hukum

Sabtu, 08 Februari 2025 | 20:01

Tepis Dasco, Bahlil Klaim Satu Frame dengan Prabowo soal LPG 3 Kg

Sabtu, 08 Februari 2025 | 19:50

Dominus Litis Revisi UU Kejaksaan, Bisa Rugikan Hak Korban dan tersangka

Sabtu, 08 Februari 2025 | 19:28

Tarik Tunai Pakai EDC BCA Resmi Kena Biaya Admin Rp4 Ribu

Sabtu, 08 Februari 2025 | 19:16

Ekspor Perdana, Pertamina Bawa UMKM Tempe Sukabumi Mendunia

Sabtu, 08 Februari 2025 | 18:41

TNI AL Bersama Tim Gabungan Temukan Jenazah Jurnalis Sahril Helmi

Sabtu, 08 Februari 2025 | 18:22

Penasehat Hukum Ungkap Dugaan KPK Langgar Hukum di Balik Status Tersangka Sekjen PDIP

Sabtu, 08 Februari 2025 | 17:42

Selengkapnya