Berita

Prabowo Subianto, Anies Bawedan, dan Ganjar Pranowo/Ist

Publika

Siapa dari 3 Capres Mampu Menakhodai Kapal Besar Indonesia

OLEH: ANDRE VINCENT WENAS*
SENIN, 30 OKTOBER 2023 | 23:35 WIB

WINDOW of opportunity yang kita punyai cuma tiga masa kepemimpinan ke depan. Ini berkaitan dengan bonus demografi. Lewat masa yang disebut sebagai jendela kesempatan, maka daun jendela itu tertutup sudah.

Ini soal hard facts, fakta keras yang kita punyai. Tergantung hati nurani disertai keberanian dan otak cerdas bangsa Indonesia untuk mengolahnya menjadi energi yang bisa mengentaskan kita dari jebakan middle income trap.

Kita sudah berada di status middle income dengan hitungan sederhana GDP per kapita sekitar USD 4-5 ribu di tahun 2023 ini. Presiden Joko Widodo mengaku sudah mempelajari beberapa negara di dunia yang terjebak dalam apa yang disebut middle income trap ini, kenapa mereka bisa sampai seperti “lumpuh” begitu.


Bergembira karena berhasil masuk kriteria ini, tapi tak pernah bisa keluar dari lingkaran ini. Sepertinya terperangkap untuk terus menerus bergembira di status quo sebagai negara berkembang terus menerus.

Siapa pihak yang berkepentingan untuk kita tinggal di status quo ini? Pihak internal maupun eksternal. Mereka yang menikmati “keluguan” bangsa Indonesia dalam mengolah segala sumber daya yang dimilikinya. Ya, pihak internal di negeri sendiri maupun eksternal dari negara lain. Ini yang disebut sebagai hambatan atau tantangan riil kita.

Dalam analisa pareto principle, hilirisasi industri pertambangan adalah salah satu yang urgent. Nikel, disamping bauksit sebagai kelanjutannya. Apakah dengan mengekspor mentahan kita untung? Ya, jelas untung. Tapi produk olahannya bakal jauh lebih menguntungkan. Ini yang jadi kunci lepas landas dari jebakan middle income trap. Nilai tambah yang jauh berlipat-lipat bisa mendongkrak Indonesia ke rivalitas negara-negara maju.

Multiplier effect secara keekonomian adalah kuncinya. Sambil terus menyiapkan sumber daya manusia yang kompeten. Revolusi mental manusia-manusia Indonesia yang profesional, lebih cerdas, lebih beradab dan berbudaya. Sebuah proses panjang yang tak boleh ada jedanya. Membangun manusia Indonesia seutuhnya.

Dalam konteks ini Ketua Umum PSI, Kaesang Pangarep, mengimbau anak muda agar mau masuk dalam kancah politik. Ini penting untuk menyelamatkan masa depan milik mereka sendiri. Demi membangun Indonesia yang hebat.

Sebentar lagi kita masuk dalam pertarungan politik lima tahunan. Pemilu 2024 ini akan sangat menentukan, karena fase 2014-2019 itulah sepertiga dari 3 masa kepemimpinan ke depan yang amat menentukan apakah Indonesia bisa lepas landas atau tertinggal di landasan.

Jokowi sudah membangun landasan yang kokoh di masa kepemimpinannya. Persatuan dan kesatuan. Di tengah hiruk pikuk skandal korupsi yang dilakukan penguasa maupun pengusaha. Dari partainya sendiri (PDIP) maupun parpol pendukungnya (Gerindra, Nasdem, Golkar, dll).

Dari tiga kontestan capres-cawapres, Anies-Muhaimin, Ganjar-Mahfud dan Prabowo-Gibran, siapa yang bisa menjadi nakhoda tangguh yang mampu membawa kapal besar Indonesia menuju ke destinasi berikutnya?

Keberanian, itu yang berkali-kali ditekankan Jokowi. Berani, punya nyali, mau bekerja keras demi rakyat. Demi rakyat berani ambil resiko, karena ancaman atau tantangannya datang dari dunia internasional, juga dari para mafia di dalam negeri. Juga dari partai sendiri yang punya kepentingan pragmatis dan oportunis.

Bukan perkara mudah. Kita yang sudah mengalami cara Jokowi memimpin sampai membawa Indonesia ke posisi yang begitu terhormat di kancah dunia, maupun di dalam negeri dengan approval rate sampai 80% lebih, tentu ingin ini terus berlanjut.

Keberlanjutan, untuk itu perlu keberanian dan kemandirian serta kemauan untuk bekerja keras dari ketiga paslon. Namun ketiga paslon itu tidak berdiri sendiri. Ada tiga king maker di belakang mereka.

Surya Paloh, Megawati dan Jokowi. Kita tidak semata-mata memilih paslon capres-cawapresnya, tapi juga king maker di belakangnya.

*Penulis adalah Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Strategis Perspektif (LKSP) Jakarta



Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

UPDATE

Ekonom: Pertumbuhan Ekonomi Akhir Tahun 2025 Tidak Alamiah

Jumat, 26 Desember 2025 | 22:08

Lagu Natal Abadi, Mariah Carey Pecahkan Rekor Billboard

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:46

Wakapolri Kirim 1.500 Personel Tambahan ke Lokasi Bencana Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:45

BNPB: 92,5 Persen Jalan Nasional Terdampak Bencana Sumatera Sudah Diperbaiki

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:09

Penerapan KUHP Baru Menuntut Kesiapan Aparat Penegak Hukum

Jumat, 26 Desember 2025 | 20:37

Ancol dan TMII Diserbu Ribuan Pengunjung Selama Libur Nataru

Jumat, 26 Desember 2025 | 20:26

Kebijakan WFA Sukses Dongkrak Sektor Ritel

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:56

Dua Warga Pendatang Yahukimo Dianiaya OTK saat Natal, Satu Tewas

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:42

21 Wilayah Bencana Sumatera Berstatus Transisi Darurat

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:32

Jangan Sampai Aceh jadi Daerah Operasi Militer Gegara Bendera GAM

Jumat, 26 Desember 2025 | 18:59

Selengkapnya