Sebagian besar mata uang dan saham negara-negara berkembang di Asia, berkinerja lebih baik, terlihat menguat pada Jumat (27/10).
Sementara imbal hasil Treasury turun karena tanda-tanda meredanya inflasi, menggarisbawahi ekspektasi pasar bahwa bank sentral AS sudah selesai menaikkan suku bunga.
Departemen perdagangan AS mengatakan, inflasi sebagian besar didorong oleh biaya perumahan.
“Inflasi inti terus melambat,” kata Jeffrey Roach, kepala ekonom di LPL Financial di Charlotte, North Carolina.
Reuters mengatakan, laporan PDB kuartal ketiga AS yang dirilis pada Kamis menunjukkan perekonomian masih tangguh, bahkan ketika berkurangnya tekanan inflasi mendorong harapan bahwa Federal Reserve akan berhenti menaikkan suku bunga dalam jangka pendek.
Pengamat pasar sangat menantikan data indeks pengeluaran konsumen pribadi dari AS, yang juga digunakan oleh The Fed sebagai pengukur inflasi. Indeks ini diperkirakan tumbuh 0,3 persen pada bulan September secara bulanan.
Peso Filipina PHP= bertambah 0,1 persen, sementara saham di Manila PSI turun 0,9 persen, dan berada di jalur sesi terburuknya sejak 17 Oktober 2022.
Kenaikan suku bunga off cycle di Filipina terjadi setelah kenaikan suku bunga yang mengejutkan oleh Bank Indonesia (BI) pada minggu lalu, karena kekhawatiran terhadap inflasi domestik dan kenaikan suku bunga AS mendorong bank central Asia untuk terus menaikkan suku bunga.
Menurut analis Krung Thai Bank, Poon Panichpibool, Indonesia dan Filipina memutuskan untuk menaikkan suku bunga berdasarkan kekhawatiran akan kebangkitan kembali inflasi yang bisa terjadi jika harga minyak bergerak lebih tinggi, yang menyebabkan efek lanjutan pada harga barang dan jasa atau prospek inflasi.
Rupiah Indonesia IDR melemah 0,2 persen, sedangkan saham JKSE menguat 0,7 persen.
Saham di Beijing SSEC dan Mumbai NSEI juga masing-masing bertambah 1 persen, sementara ekuitas di Taipei TWII naik 0,4 persen.
Ekuitas di Seoul KS11 juga menguat sekitar 0,2 persen, dengan analis JP Morgan memperkirakan bahwa lesunya permintaan di negara tersebut akan mengurangi kenaikan lebih lanjut pada saham lokal.
Ringgit Malaysia MYR bertambah sekitar 0,2 persen, namun berada di jalur penurunan mingguan kesembilan.