Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham) Yasonna Hamonangan Laoly/Ist
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham) Yasonna Hamonangan Laoly, ternyata memiliki pengalaman hidup yang unik saat masih kecil. Sebagai anak polisi, dia dikenal sebagai anak kolong yang terbiasa menjalani hidup sederhana.
Hal tersebut diungkapkan pria kelahiran 27 Mei 1953, dalam kegiatan bertajuk "Satu Jam Bersama Menteri Hukum dan HAM: Anak Kolong Menjemput Mimpi" di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang, Banten, Kamis (26/10).
"Kehadiran saya di sini, sebenarnya untuk berjumpa dengan anda semua, serta membagikan pengalaman hidup saya yang tertuang dalam buku Biografi yang berjudul 'Anak Kolong Menjemput Mimpi'," ujar Yasonna.
Dia mengungkapkan, acara bedah buku biografinya tersebut sekaligus menandai usianya yang ke-70 pada 27 Mei lalu. Usia yang cukup untuk mengambil banyak hikmah dari perjalanan kehidupan.
"Saya anak polisi yang lazim dijuluki anak kolong. Tidak salah anggapan itu, memang saya anak seorang polisi, tapi soal anak kolong, saya memang lebih sering tidur di kolong. Entah itu kolong meja, kolong bangku, dan paling sering kolong tempat tidur," kata Yasonna lagi.
Dia mengatakan, kebiasaannya tidur di kolong tersebut bukan disengaja, tetapi karena kondisi rumah orang tuanya yang sangat kecil.
"Rumah kami kecil, maklum rumah dinas asrama polisi di Sibolga. Saya menghabiskan masa kecil saya di Sibolga tapi saya lahir di Sorkam, sebuah dusun yang letaknya dekat dengan Sibolga," tuturnya.
Yasonna mengungkapkan, kendati dirinya anak kampung, namun dia memiliki cita-cita yang sangat tinggi.
"Jadi, saya ini anak kampung, tapi saya bercita-cita tinggi, seperti Bung Karno pernah mengatakan 'gantungkan cita-citamu setinggi langit'. Kalau jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang bintang," katanya.
Dia mengisahkan, sebelum tinggal di rumah dinas, orang tuanya mengontrak rumah.
Kebahagiaan dia dan keluarga, mencapai puncak saat bapaknya bisa membeli rumah, hatinya sangat senang. Meski rumahnya kecil tapi setidaknya dibuatkan kamar baru.
"Pikir saya berarti berakhir pula nasib tidur di kolong. Ternyata Tuhan berkehendak lain, saya tetap tidur di kolong, karena lebih banyak lagi tamu datang dan menginap di rumah," selorohnya.
Dia mengatakan, kenangan sebagai anak kolong, membuatnya tertempa untuk menjadi pribadi yang mandiri, berempati tapi juga tegas dan profesional.
"Satu lagi, nilai yang sangat saya junjung tinggi, yaitu integritas. Nilai ini selain memperoleh contoh dari orang tua, lebih tajam lagi tertempa pada diri saya sejak di bangku kuliah," tandasnya.