Menteri Keuangan, Sri Mulyani saat memaparkan APBN Kinerja dan Fakta (KiTa) edisi Oktober, pada Selasa, 25 Oktober 2023/Kemenkeu RI
Defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2023 diprediksi lebih rendah dari 2,3 persen terhadap produk domestik bruto (PDB), atau sekitar Rp 486,4 triliun.
Hal tersebut disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam konferensi pers di Gedung Djuanda Kemenkeu, Rabu (25/10).
"Kemungkinan defisit lebih rendah dari 2,3 persen dari laporan kita perkirakan Rp 486,4 triliun akan bisa ditekan lebih rendah," kata Sri Mulyani, saat memaparkan APBN Kinerja dan Fakta (KiTa) edisi Oktober.
Menurut penjelasan Sri, sampai dengan akhir September 2023, APBN surplus sebesar Rp 67,7 triliun atau 0,32 persen terhadap PDB.
Surplus tersebut dikatakan telah ditopang oleh penerimaan negara sebesar Rp 2.035,6 triliun, yang tumbuh 3,1 persen year on year, dan belanja negara yang tumbuh sekitar 2,8 persen year on year menjadi Rp 1.967,9 triliun.
Lebih lanjut dalam pemaparannya, Menkeu mengatakan bahwa pencairan belanja negara dalam tiga bulan ke depan di akhir tahun yaitu pada Oktober, November, dan Desember, akan menghabiskan dana sebesar Rp 1.155 triliun, dikarenakan beberapa proyek baru selesai dengan tagihan yang baru masuk di akhir tahun.
Meski begitu, Sri memastikan bahwa APBN dalam kondisi sehat dengan defisit rendah, di tengah situasi global yang memburuk.
"APBN kita relatif cukup sehat dan kuat saat guncangan-guncangan terjadi," jelasnya.
Menurutnya, pemerintah berkomitmen untuk terus mewaspadai semua dampak yang muncul yang akan mempengaruhi perekonomian nasional.