Berita

Joko Widodo dan Prabowo Subianto jelang Pilpres 2019/RMOL

Politik

Demokrasi Tak Ada Oposisi, Rakyat Hanya Kayu Bakar Oligarki

SELASA, 19 SEPTEMBER 2023 | 00:35 WIB | LAPORAN: ADITYO NUGROHO

Perhelatan Pemilu telah menghabiskan anggaran keuangan negara yang begitu besar. Namun apa jadinya jika pihak yang kalah dalam Pilpres, akhirnya bergabung kepada pemenang?

Hal itu membuat demokrasi tidak berjalan dengan baik. Tidak adanya oposisi menyebabkan check and balances terhadap pemerintahan tak berjalan. Fenomena itu terjadi pada Pilpres 2019 yang dampaknya dirasakan hingga saat ini.

"Kalau toh yang kalah dirayu atau dibujuk untuk gabung ke dalam pemerintahan, untuk apa berkompetisi kalau toh yang kalah merengek-rengek minta masuk ke dalam pemerintahan yang menang," kata Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Studi Masyarakat dan Negara (Laksamana), Samuel F. Silaen kepada wartawan di Jakarta, Senin (18/9).

"Percuma saja pakai sistem demokrasi bila tidak dijalankan dengan baik, lantas apa bedanya dengan sistem kerajaan yang bercorak otoriter, maka lebih baik dirubah saja menjadi sistem kerajaan! Supaya jelas jadi tidak membingungkan rakyat Indonesia," imbuhnya.

Pemilu 2019 lalu cukup jadi pelajaran berharga untuk kepemimpinan republik Indonesia pada 2024 nanti. Dia pun mewanti-wanti agar perhelatan Pilpres 2024 tak terulang lagi, pihak yang kalah bergabung ke pemenang.

"Jangan sampai terulang lagi maka tak dapat dibayangkan betapa dahsyatnya kerusakan yang ditimbulkan akibat cawe-cawe pemerintahan saat ini, "tutur Silaen.

Sambung dia, rakyat kecil menanggung beban paling berat dari kebijakan pemerintah yang nyeleneh atau zalim.

"Tak ada yang membela kepentingan rakyat kecil tersebut karena yang kalah dan menang berselingkuh di dalam tubuh pemerintahan," beber Silaen.

Dia menegaskan, lemahnya barisan oposisi dimanfaatkan kelompok yang sedang menikmati kekuasaannya, untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya bagi kelompok yang sedang berkuasa.

"Jadi rakyat Indonesia hanya kebagian remah-remahnya, sementara dagingnya dinikmati oleh segelintir kelompok saja," ungkapnya.

"Kasihan banget rakyat Indonesia hanya dijadikan kayu bakar politik oligarki untuk mencapai tujuan didirikannya partai politik yang mereka tunggangi. Sementara rakyat Indonesia dipaksa pukul mundur bila menghambat tujuan dari kepentingan oligarki tersebut," bebernya lagi.

Lebih lanjut Silaen menyerukan agar rakyat Indonesia bersatu untuk melakukan perlawanan atas kesewenangan yang diperbuat oleh penguasa zalim itu.

"Bila rakyat Indonesia tidak sadar dan bersatu, maka akan mudah diombang-ambingkan oleh jargon politik yang dijanjikan oleh politikus yang sedang mencari dukungan dan simpati rakyat Indonesia," tukasnya.

Tak dapat dipungkiri bahwa rakyat Indonesia sekarang bingung untuk menghukum partai politik mana, karena partai politik yang berkuasa sekarang ini juga head to head ketika Pilpres 2019 lalu, namun dalam perjalanannya berselingkuh.

"Sehingga sulit untuk menyalahkan partai politik mana yang membuat Indonesia dikuras hartanya," tandas Silaen.

Populer

Pilkada Jateng dan Sumut Memanas Buntut Perseteruan PDIP Vs Jokowi

Minggu, 03 November 2024 | 13:16

"Geng Judol" di Komdigi Jadi Gunjingan sejak Bapak itu Jabat Menteri

Rabu, 06 November 2024 | 07:53

Protes Aturan Hijab, Mahasiswi Iran Nekat Bugil di Depan Kampus

Minggu, 03 November 2024 | 16:18

Hizbullah Bombardir Pangkalan Militer Israel Pakai Rudal, Sirine Berdengung Kencang

Sabtu, 02 November 2024 | 18:04

Haikal Hasan Diminta Cek Joget Sadbor: Halal Nggak?

Minggu, 03 November 2024 | 10:41

Tak Terima Dikabarkan Meninggal, Joncik Laporkan Akun Facebook "Lintang Empat Lawang" ke Polisi

Kamis, 07 November 2024 | 06:07

Musa Rajekshah Dorong Pemetaan Potensi dan Keunggulan Desa

Kamis, 07 November 2024 | 21:43

UPDATE

305 Pejabat DKI Dilantik

Rabu, 13 November 2024 | 02:13

Kevin Diks Main di Laga Timnas Lawan Jepang

Rabu, 13 November 2024 | 02:02

Ribuan Anak Terpapar Judi Online, Transaksi Tembus Rp2 Miliar

Rabu, 13 November 2024 | 01:57

Kapolsek dan Kanit Reskrim Dicopot Buntut Kasus Guru Supriyani, Warganet: Nah Gitu Dong!

Rabu, 13 November 2024 | 01:33

Nusron Garap 1 Juta Hektare Sawah di Papua untuk Swasembada Pangan

Rabu, 13 November 2024 | 01:03

Berkinerja Buruk, Kadis Parekraf Layak Diganti

Rabu, 13 November 2024 | 00:20

Jangan Pilih Calon Mulyono

Rabu, 13 November 2024 | 00:07

Pernyataan Bersama RI dan RRC Tidak Membahayakan Kedaulatan Indonesia

Rabu, 13 November 2024 | 00:00

Kapolri Mutasi 55 Pati dan Pamen, Ada 3 Kapolda Baru

Selasa, 12 November 2024 | 23:52

Walkot Jakbar Dikasih Waktu 1 Bulan Selesaikan Kisruh Rumah Ibadah

Selasa, 12 November 2024 | 23:23

Selengkapnya