Berita

Jenderal TNI (Purn) Andika Perkasa dalam diskusi interaktif yang diselenggarakan oleh Indonesia Strategic and Defence Studies (ISDS) bertema "Kamu Bertanya, Jenderal Andika Perkasa Menjawab" di kafe Dignity, Jakarta Selatan, Rabu (13/9)/Ist

Pertahanan

Jika Terjadi Konflik, Jenderal Andika: Kekuatan Militer Kita Belum Bisa Berbuat Banyak

SABTU, 16 SEPTEMBER 2023 | 05:51 WIB | LAPORAN: ADITYO NUGROHO

Perkembangan geopolitik dunia dipenuhi ketidakpastian. Hal itu harus diantisipasi dengan strategi pertahanan yang jitu dan cocok dengan kondisi ekonomi dan politik dalam negeri Indonesia.

Panglima TNI periode 2021-2022 Jenderal TNI (Purn) Andika Perkasa menyatakan salah satu cara yang rasional adalah menjalin hubungan pertemanan dengan sebanyak-banyaknya negara untuk menghindari konflik dengan negara lain.

Hal itu disampaikan Andika dalam diskusi interaktif yang diselenggarakan oleh Indonesia Strategic and Defence Studies (ISDS) bertema "Kamu Bertanya, Jenderal Andika Perkasa Menjawab" di kafe Dignity, Jakarta Selatan, Rabu (13/9) lalu.

"Karena untuk saat ini, kekuatan militer Indonesia belum bisa berbuat banyak dalam menghadapi konflik yang mungkin timbul di ranah internasional," kata Andika dalam keterangan tertulis yang disampaikan ISDS, Jumat (15/9).

Sambung dia, memiliki alat utama sistem pertahanan (alutsista) yang canggih memang penting dimiliki untuk sebuah negara termasuk Indonesia. Namun, hal itu harus disesuaikan dengan anggaran pertahanan Indonesia yang tidak terlalu besar.

Dia menggambarkan bagaimana Amerika Serikat yang memiliki anggaran militer sekitar 836 miliar Dolar AS memiliki keterbatasan ketika harus ikut dalam medan pertempuran di Ukraina melawan Rusia.

Menurut dia, AS telah mengirimkan banyak persenjataan ke Ukraina agar bisa bertahan melawan Rusia. Namun, persenjataan yang dikirimkan telah menggerus cadangan alutsista yang dimiliki Paman Sam.

"Misalnya AS membantu 8.500 senjata Pundak antitank yang merupakan sepertiga cadangan yang dimilikinya. Belum lagi sekitar 2 juta peluru meriam 155 milimeter yang telah dikirim AS ke Ukraina. Ukraina menghabiskan 3.000 butir per hari untuk melawan Rusia. Jadi habisnya cepat banget. Padahal itu seperlima stok yang dimiliki AS," jelasnya.

"Belum lagi, bagaimana AS juga harus melindungi Taiwan dari kemungkinan diinvasi oleh China. Dalam simulasi yang dilakukan CSIS, Amerika sebanyak 24 kali, diprediksi AS bakal kehilangan 3.000 tentara tewas. Jika konflik terjadi di Selat Taiwan, peluru antikapal yang dimiliki AS akan habis dalam waktu 3 hari," tambah jebolan AKABRI tahun 1987 tersebut

Andika yang kini menjabat sebagai Wakil Ketua Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar Pranowo, menyatakan bahwa AS yang memiliki anggaran besar, tidak akan bisa bertahan lama ketika harus terjadi perang dalam skala besar. Karena memang perang sangat mahal biayanya.

"Bandingkan dengan anggaran militer Indonesia hanya sekitar 8 miliar Dolar AS. Jadi bisa dibayangkan AS yang memiliki setengah anggaran militer dunia dan menguasai seperempat ekonomi dunia pun tidak bisa bertahan lama," ungkapnya.

Karena itu, Andika berpendapat sebaiknya Indonesia lebih aktif dalam menjalin pertemanan dengan sebanyak-banyaknya negara.

Menurut dia, ada banyak contoh negara yang tidak memiliki angkatan perang besar dan tidak bersenjata canggih bahkan wilayahnya tidak seluas Indonesia, namun mereka tumbuh menjadi negara yang makmur dan berpendapatan tinggi.

"Misalnya, Kosta Rika, Panama, dan Luxemburg. Mereka tidak kehilangan wilayahnya meski tidak punya personel militer. Bahkan, Luxemburg bisa memiliki income per kapita lima besar dunia teratas, jauh lebih bagus dibanding Indonesia," bebernya.

"Saya ingin membuka wawasan teman-teman. Bahwa it is not about power. Pendapatan Luxemburg itu besar sekali. Luxemburg itu nggak punya pantai, nggak punya pelabuhan. Tapi kekuatan ekonominya tinggi," pungkasnya.

Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

KPK Akan Digugat Buntut Mandeknya Penanganan Dugaan Korupsi Jampidsus Febrie Adriansyah

Kamis, 23 Januari 2025 | 20:17

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Datangi Bareskrim, Petrus Selestinus Minta Kliennya Segera Dibebaskan

Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

UPDATE

Melalui Rembug Ngopeni Ngelakoni, Luthfi-Yasin Siap Bangun Jateng

Minggu, 02 Februari 2025 | 05:21

PCNU Bandar Lampung Didorong Jadi Panutan Daerah Lain

Minggu, 02 Februari 2025 | 04:58

Jawa Timur Berstatus Darurat PMK

Minggu, 02 Februari 2025 | 04:30

Dituding Korupsi, Kuwu Wanasaba Kidul Didemo Ratusan Warga

Minggu, 02 Februari 2025 | 03:58

Pelantikan Gubernur Lampung Diundur, Rahmat Mirzani Djausal: Tidak Masalah

Minggu, 02 Februari 2025 | 03:31

Ketua Gerindra Banjarnegara Laporkan Akun TikTok LPKSM

Minggu, 02 Februari 2025 | 02:57

Isi Garasi Raffi Ahmad Tembus Rp55 Miliar, Koleksi Menteri Terkaya jadi Biasa Saja

Minggu, 02 Februari 2025 | 02:39

Ahli Kesehatan Minta Pemerintah Dukung Penelitian Produk Tembakau Alternatif

Minggu, 02 Februari 2025 | 02:18

Heboh Penahanan Ijazah, BMPS Minta Pemerintah Alokasikan Anggaran Khusus Sekolah Swasta

Minggu, 02 Februari 2025 | 01:58

Kecewa Bekas Bupati Probolinggo Dituntut Ringan, LIRA Jatim: Ada Apa dengan Ketua KPK yang Baru?

Minggu, 02 Februari 2025 | 01:42

Selengkapnya