Bakal Capres Anies Baswedan/Ist
Sebagian kalangan tengah mempersepsikan Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022, Anies Baswedan, sebagai sosok pengkhianat. Hal itu menjadi bagian dari kampanye hitam jelang Pilpres 2024.
Pertama, Anies dianggap berkhianat kepada Prabowo Subianto karena sebelumnya berjanji tidak akan maju pemilihan presiden (pilpres) jika Ketua Umum Partai Gerindra itu juga mencalonkan diri.
Namun Anies saat menjadi narasumber dalam program
Mata Najwa meluruskan bahwa apa yang disampaikan konteksnya pada Pilpres 2019.
"Ketika kita berbicara itu konteksnya 5 tahun kemarin, saya berkomitmen untuk Jakarta, Saya tidak akan mengkhianati komitmen saya," kata Anies seperti dikutip
Kantor Berita Politik RMOL melalui
Channel YouTube, Selasa (5/9).
Teranyar, bakal Capres Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) itu kembali dicap sebagai pengkhianat karena dianggap telah membohongi Partai Demokrat soal pilihan calon wakil presiden (cawapres).
"Dilabeli (pengkhianat) bukan berarti kita melakukan. Itu kan persepsi yang coba dimunculkan tetapi fakta ini, fakta yang boleh diuji dalam sejarah," jawabannya.
Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu menegaskan hingga saat ini tetap menghormati Prabowo Subianto. Kepada Partai Demokrat, Anies menyinggung agenda perubahan bukanlah bagi-bagi posisi.
"Saya melakukan penjelasan ini sebagai sesuatu yang terpaksa dikerjakan karena ada informasi yang tidak lengkap tidak akurat. Tetapi menurut saya, sudah ini tidak akan pernah selesai. Kata dia, kata saya, tetapi fakta ini jelas," demikian Anies Baswedan.