Berita

Ilustrasi/Net

Dunia

Cari Solusi Atasi Masalah Iklim, Kanada Utus Menteri Lingkungan ke China

SENIN, 28 AGUSTUS 2023 | 16:16 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Di tengah hubungan diplomatik yang masih tegang, Kanada mengutus Menteri Lingkungan Hidup dan Perubahan Iklim Steven Guilbeault untuk mengunjungi China.  Kunjungan itu membawa misi utama yaitu untuk mengatasi masalah perubahan iklim dan keanekaragaman hayati.

Guilbeault menjadi menteri Kanada pertama yang mengunjungi China dalam empat tahun terakhir.

Ia dijadwalkan menghadiri pertemuan tahunan Dewan Tiongkok untuk Kerja Sama Internasional tentang Lingkungan dan Pembangunan (CCICED), sebuah badan penasihat internasional tingkat tinggi, yang dimulai Senin (28/8) hingga Rabu (30/8) mendatang.


Guilbeault mengatakan dua isu penting yang ingin diangkatnya selama di Beijing adalah pengurangan emisi metana dan target energi terbarukan global, yang sedang dibahas menjelang konferensi perubahan iklim PBB akhir tahun ini.

Ia juga ingin menindaklanjuti hasil yang dicapai pada bagian kedua Konferensi Para Pihak (COP15) Konvensi PBB tentang Keanekaragaman Hayati (CBD), yang diselenggarakan oleh Kanada dan dipimpin oleh China akhir tahun lalu, menurut Reuters.

Para ahli berpendapat bahwa kunjungan Guilbeault dapat dilihat sebagai peluang untuk meredakan ketegangan hubungan Tiongkok-Kanada, karena kerja sama iklim selalu menjadi jendela untuk menghilangkan ideologi kerja sama antara China dan Barat, dan hal ini kemudian dapat meluas ke bidang lain.

"China dan Kanada adalah penandatangan Perjanjian Paris tentang Perubahan Iklim dan telah membuat komitmen untuk mengurangi emisi karbon," kata Ma Jun, direktur Institut Urusan Publik dan Lingkungan yang berbasis di Beijing, seperti dikutip dari Global Times, Senin (28/8).

“Sebagai negara-negara besar dalam rantai energi tradisional, kedua negara memiliki banyak prospek kerja sama di bidang transformasi energi,” ujarnya.

“Kedua negara juga dapat lebih memperkuat kerja sama dalam inovasi teknologi energi terbarukan," lanjut Ma.

Ma mengatakan, Kanada sedang mengalami kebakaran hutan yang luas, sebuah bencana alam yang mengakibatkan emisi karbon berlebih secara signifikan.

"Hal ini semakin menekankan pentingnya respons global bersama terhadap isu-isu iklim," ujarnya.

Xia Guohan, pendiri dan direktur Institut Strategi Zonghengce dan Peneliti di lembaga think tank Charhar Institute ikut berkomentar.

"Mempertahankan pasar karbon global dapat menjadi bidang kerja sama potensial lainnya," kata Xia.

Xia menekankan bahwa kunjungan Guilbeault ke Tiongkok di tengah ketegangan yang berkepanjangan merupakan sinyal perdamaian antara kedua belah pihak.

“Memerangi perubahan iklim adalah salah satu bidang utama di mana Tiongkok dan Barat secara umum mampu melakukan deideologisasi dan mencapai kerja sama, dan jendela kerja sama selalu terbuka,” katanya.

China menyambut kunjungan utusan iklim AS John Kerry pada awal Juli 2023. Negara-negara besar lainnya termasuk Perancis dan Jerman juga baru-baru ini mengirimkan perwakilan iklim ke Tiongkok.

“Kerja sama iklim dapat menjadi pintu untuk meningkatkan hubungan bilateral,” kata Xia. “Jika kesepakatan kerja sama yang relevan dapat dicapai, maka wajar saja hal ini dapat dijadikan peluang untuk meningkatkan kerja sama dan memperluasnya ke bidang lain.”

Namun, beberapa pengamat tetap skeptis bahwa kunjungan Guilbeault ke China akan menghasilkan banyak kerja sama yang substantif, mengingat terbatasnya kemampuan Kanada untuk mengurangi emisi.

"Jika menteri Kanada menuntut agar Tiongkok mempercepat target puncak karbon dan netralitas karbon dengan nada merendahkan, hasilnya bisa menjadi kontraproduktif," kata Xia.

Hubungan China-Kanada memburuk pada tahun 2018 ketika pemerintah Kanada menangkap Meng Wanzhou dari Huawei atas permintaan pemerintah AS ketika dia sedang transit penerbangan di Vancouver. Hubungan bilateral belum pulih sejak saat itu.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Puan Harap Korban Banjir Sumatera Peroleh Penanganan Baik

Sabtu, 06 Desember 2025 | 02:10

Bantuan Kemensos Telah Terdistribusikan ke Wilayah Aceh

Sabtu, 06 Desember 2025 | 02:00

Prabowo Bantah Rambo Podium

Sabtu, 06 Desember 2025 | 01:59

Pansus Illegal Logging Dibahas Usai Penanganan Bencana Sumatera

Sabtu, 06 Desember 2025 | 01:39

BNN Kirim 2.000 Paket Sembako ke Korban Banjir Sumatera

Sabtu, 06 Desember 2025 | 01:18

Bahlil Sebut Golkar Bakal Dukung Prabowo di 2029

Sabtu, 06 Desember 2025 | 01:03

Banjir Sumatera jadi Alarm Keras Rawannya Kondisi Ekologis

Sabtu, 06 Desember 2025 | 00:56

UEA Berpeluang Ikuti Langkah Indonesia Kirim Pasukan ke Gaza

Sabtu, 06 Desember 2025 | 00:47

Media Diajak Kawal Transformasi DPR Lewat Berita Berimbang

Sabtu, 06 Desember 2025 | 00:18

AMAN Raih Dua Penghargaan di Ajang FIABCI Award 2025

Sabtu, 06 Desember 2025 | 00:15

Selengkapnya