Berita

Ilustrasi/Net

Dunia

Di Balik Menjaga Stabilitas dan Kedaulatan, Partai Komunis China Merongrong HAM Uighur dan Hong Kong

SENIN, 17 JULI 2023 | 21:41 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Dalam beberapa tahun terakhir, publik telah menyaksikan berbagai pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh Partai Komunis China (PKC), baik di Xinjiang maupun Hong Kong.

Dengan dalih menjaga stabilitas internal dan menjaga kedaulatan, PKC kerap melegalkan berbagai cara.

Lewat buku bertajuk "Cina's Search for Security", Andrew Nathan dan Andrew Scobell menyoroti berbagai cara yang dilakukan PKC untuk mempertahankan cengkeraman kekuasaannya.


Di Xinjiang, PKC telah mengategorikan Muslim Uighur sebagai kelompok ekstremis membahayakan stabilitas dan kedaulatan negara. Sebagai tanggapan, PKC menggunakan teknologi artificial intelligence untuk mengawasi Uighur. PKC juga menekan populasi Uighur dengan kontrol kelahiran secara paksa.

Berbagai kelompok HAM meyakini lebih dari satu juta Uighur ditahan di kamp-kamp interniran di Xinjiang. Di sana mereka menghadapi indoktrinasi paksa, penyiksaan, hingga kematian.

Temuan-temuan dari kelompok HAM dan PBB membuat beberapa negara Barat, termasuk Amerika Serikat (AS), menyebut tindakan PKC ini sebagai genosida.

"Strategi komprehensif untuk mengatasi pelanggaran hak asasi manusia China harus mencakup mekanisme pertanggungjawaban seperti sanksi keuangan yang ditargetkan, larangan visa, dan langkah-langkah yang lebih luas untuk memerangi kegiatan ilegal, seperti UU Pencegahan Kerja Paksa Uighur atau langkah-langkah untuk mengatasi pencucian uang dan keuangan ilegal," kata dua penulis itu.

Selain Uighur, PKC juga dinilai telah mengikis kebebasan warga Hong Kong dengan menerapkan UU Keamanan Nasional pada 2020.

UU tersebut telah sangat membatasi kebebasan sipil dan politik di Hong Kong, mengakibatkan erosi yang signifikan terhadap supremasi hukum.

Organisasi pers independen seperti Apple Daily dan Stand News telah ditutup paksa. Sementara lingkungan bisnis di Hong Kong telah dikompromikan oleh penghindaran sanksi yang didukung pemerintah, pencucian uang, dan aktivitas keuangan terlarang lainnya.

Pendekatan yang dilakukan terhadap Uighur dan Hong Kong menunjukkan PKC akan melakukan apa pun, berapa pun biayanya, untuk mempertahankan kekuasaan.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Usut Tuntas Bandara Ilegal di Morowali yang Beroperasi Sejak Era Jokowi

Senin, 24 November 2025 | 17:20

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

UPDATE

Duka Banjir di Sumatera Bercampur Amarah

Jumat, 05 Desember 2025 | 06:04

DKI Rumuskan UMP 2026 Berkeadilan

Jumat, 05 Desember 2025 | 06:00

PIER Proyeksikan Ekonomi RI Lebih Kuat pada 2026

Jumat, 05 Desember 2025 | 05:33

Pesawat Perintis Bawa BBM

Jumat, 05 Desember 2025 | 05:02

Kemenhut Cek Kayu Gelondongan Banjir Sumatera Pakai AIKO

Jumat, 05 Desember 2025 | 05:00

Pemulihan UMKM Terdampak Bencana segera Diputuskan

Jumat, 05 Desember 2025 | 04:35

Kaji Ulang Status 1.038 Pelaku Demo Ricuh Agustus

Jumat, 05 Desember 2025 | 04:28

Update Korban Banjir Sumatera: 836 Orang Meninggal, 509 Orang Hilang

Jumat, 05 Desember 2025 | 04:03

KPK Pansos dalam Prahara PBNU

Jumat, 05 Desember 2025 | 03:17

Polri Kerahkan Kapal Wisanggeni 8005 ke Aceh

Jumat, 05 Desember 2025 | 03:03

Selengkapnya