Duta Besar RI untuk Spanyol, Muhammad Najib/Net
Kompleksitas dalam tatanan dunia multipolar menjadi tantangan tersendiri bagi negara-negara berkembang, seperti Indonesia.
Persaingan ekonomi, politik, militer dan teknologi antara sekutu Barat dengan Rusia, semakin nampak terlihat.
Belum lagi kemunculan kekuatan ekonomi baru seperti China yang mulai mengancam dominasi negara-negara raksasa seperti AS dan Uni Eropa.
Melihat kondisi tersebut, Indonesia dinilai perlu memperkuat posisi dengan terus meningkatkan politik luar negeri bebas aktif yang telah dijalankan selama ini.
Begitu yang disampaikan Duta Besar RI untuk Spanyol, Muhammad Najib, dalam paparan kuliah umum yang diterima redaksi pada Jumat (14/7).
Menurutnya, meskipun saat ini tatanan dunia tidak lagi bipolar, tetapi inisiasi Bung Hatta pada 1948 tentang politik luar negeri bebas aktif masih sangat relevan.
"Pandangan Bung Hatta ternyata masih hidup bahkan semakin relevan pada saat ini," kata Dubes.
Oleh karenanya, Dubes Najib mendorong pemerintah agar tidak hanya merawat politik bebas aktif, tetapi juga meningkatkannya.
"Politik bebas aktif bukan saja harus dipertahankan, bahkan harus ditingkatkan baik terkait kebebasannya maupun keaktifannya," tegasnya.
Dubes mengatakan upaya peningkatan itu bisa dilakukan Indonesia dengan memperkuat jalinan kerja sama dengan negara-negara yang memiliki pandangan sama, baik di tataran bilateral, regional, maupun global.
"Jalinan ini bisa saling menguntungkan dan memperkuat posisi Indonesia. Kerja sama itu termasuk dengan ASEAN, OKI dan lainnya," jelasnya.
Menurut Dubes, Indonesia juga mengambil sikap proaktif dan mengambil inisiatif dalam berbagai organisasi regional maupun global, serta di banyak forum internasional.
"Indonesia perlu mengkampanyekan prinsip-prinsip multilateralisme dalam pergaulan global dengan semangat maju bersama dan menang bersama," pungkasnya.