Berita

Munisi tandan/Net

Dunia

Pernah jadi Korban, Laos dan Kamboja Desak AS Batalkan Pengiriman Munisi Tandan ke Ukraina

KAMIS, 13 JULI 2023 | 01:05 WIB | LAPORAN: HANI FATUNNISA

Sebagai negara yang pernah menjadi korban dari senjata mematikan, Laos dan Kamboja mendesak agar Amerika Serikat (AS) menghentikan rencananya untuk mengirim munisi tandan ke Ukraina.

Rencana AS untuk mengirimkan munisi tandan ke Ukraina, mendapat kecaman keras dari Laos dan Kamboja.

Kedua negara melayangkan penolakan tegas terhadap keputusan AS, karena keduanya pernah menjadi korban dari senjata mematikan tersebut.

Dalam sebuah pernyataan pada Rabu (12/7), Kementerian Luar Negeri Laos menyatakan keprihatinan yang mendalam atas rencana penggunaan munisi tandan dalam perang Ukraina.

Sebagai korban munisi tandan terbesar di dunia, Laos mendesak agar seluruh negara, tanpa menyebutkan nama AS, menahan diri untuk tidak menggunakan senjata tersebut.

"Kementerian meminta semua negara agar tidak menggunakan, memproduksi, menimbun, atau bahkan mengirimkan munisi tandan," tegas Kemlu Laos.

Meski sudah lebih dari lima dekade yang lalu, rakyat Laos masih merasakan dampak dari penggunaan munisi tandan yang diluncurkan AS, terutama yang tidak meledak dan belum diketahui lokasinya.

Pernyataan Laos muncul hanya sehari setelah Perdana Menteri Kamboja, Hun Sen membuat desakan serupa melalui akun Twitter-nya.

Menurut Hun Sen, meskipun munisi tandan mampu membantu Ukraina mengalahkan Rusia, tetapi senjata itu bisa merusak dan memakan korban sipil. Dia merujuk pada pengalaman menyakitkan yang pernah dialami Kamboja ketika AS menjatuhkan munisi tandan pada awal 1970-an.

“Saya memohon kepada presiden AS sebagai pemasok dan presiden Ukraina sebagai penerima untuk tidak menggunakan bom curah dalam perang karena korban sebenarnya adalah warga Ukraina,” tulis pemimpin Kamboja itu.

Laos dan Kamboja adalah dua negara yang paling banyak dibom di dunia. Antara tahun 1964 hingga 1973, militer AS mengobarkan “perang rahasia” di Laos dan menjatuhkan lebih dari 2 juta ton bom di negara tersebut, termasuk di antaranya terdapat sekitar 250 juta submunisi tandan.

Akibatnya, lebih dari 20.000 orang tewas akibat bom cluster sejak akhir perang tahun 1975, dan banyak lagi yang cacat dan terluka.

Kamboja juga dibom habis-habisan oleh AS, dan rakyatnya juga menderita akibat ribuan ranjau darat yang ditanam.

Menurut Otoritas Bantuan Korban dan Pekerjaan Ranjau Kamboja, senjata-senjata tersebut telah merenggut sekitar 20.000 korban sejak 1979.

Munisi tandan menjadi senjata mematikan karena melepaskan banyak bom kecil di wilayah yang luas, beberapa di antaranya selalu gagal meledak.

Munisi yang tidak meledak akan memasuki keadaan hibernasi yang mematikan di mana mereka dapat membahayakan warga sipil selama beberapa dekade setelah permusuhan berakhir.

Karena alasan inilah senjata tersebut tunduk pada perjanjian internasional khusus bernama Konvensi Munisi Tandan yang telah ditandatangani oleh 123 negara, termasuk Laos. Tetapi AS, Rusia, atau pun Ukraina tidak ikut meratifikasi perjanjian tersebut.

Populer

Jaksa Agung Tidak Jujur, Jam Tangan Breitling Limited Edition Tidak Masuk LHKPN

Kamis, 21 November 2024 | 08:14

MUI Imbau Umat Islam Tak Pilih Pemimpin Pendukung Dinasti Politik

Jumat, 22 November 2024 | 09:27

Kejagung Periksa OC Kaligis serta Anak-Istri Zarof Ricar

Selasa, 26 November 2024 | 00:21

Rusia Siap Bombardir Ukraina dengan Rudal Hipersonik Oreshnik, Harga Minyak Langsung Naik

Sabtu, 23 November 2024 | 07:41

Ini Identitas 8 Orang yang Terjaring OTT KPK di Bengkulu

Minggu, 24 November 2024 | 16:14

Sikap Jokowi Munculkan Potensi konflik di Pilkada Jateng dan Jakarta

Senin, 25 November 2024 | 18:57

Legislator PKS Soroti Deindustrialisasi Jadi Mimpi Buruk Industri

Rabu, 20 November 2024 | 13:30

UPDATE

Jokowi Tak Serius Dukung RK-Suswono

Jumat, 29 November 2024 | 08:08

Ferdian Dwi Purwoko Tetap jadi Kesatria

Jumat, 29 November 2024 | 06:52

Pergantian Manajer Bikin Kantong Man United Terkuras Rp430 Miliar

Jumat, 29 November 2024 | 06:36

Perolehan Suara Tak Sesuai Harapan, Andika-Hendi: Kami Mohon Maaf

Jumat, 29 November 2024 | 06:18

Kita Bangsa Dermawan

Jumat, 29 November 2024 | 06:12

Pemerintah Beri Sinyal Lanjutkan Subsidi, Harga EV Diprediksi Tetap Kompetitif

Jumat, 29 November 2024 | 05:59

PDIP Akan Gugat Hasil Pilgub Banten, Tim Andra Soni: Enggak Masalah

Jumat, 29 November 2024 | 05:46

Sejumlah Petahana Tumbang di Pilkada Lampung, Pengamat: Masyarakat Ingin Perubahan

Jumat, 29 November 2024 | 05:31

Tim Hukum Mualem-Dek Fadh Tak Gentar dengan Gugatan Paslon 01

Jumat, 29 November 2024 | 05:15

Partisipasi Pemilih Hanya 55 Persen, KPU Kota Bekasi Dinilai Gagal

Jumat, 29 November 2024 | 04:56

Selengkapnya