Berita

Putra bungsu Aung San Suu Kyi, Kim Aris/BBC

Dunia

Putra Bungsu Aung San Suu Kyi Desak Junta Militer Bebaskan Sang Ibu

JUMAT, 23 JUNI 2023 | 10:38 WIB | LAPORAN: ALIFIA DWI RAMANDHITA

Putra bungsu dari pemimpin terguling Myanmar Aung San Suu Kyi mendesak junta militer untuk membebaskan ibunya dari penjara.

Dalam sebuah wawancara eksklusif di London dengan BBC baru-baru ini, putra Suu Kyi, bernama Kim Aris yang berkewarganegaraan Inggris, meminta dunia untuk membantunya menyoroti penangkapan ibunya yang sewenang-wenang itu.

"Saya tidak bisa membiarkan ibu saya terus merana di penjara," ungkap Aris, dalam wawancara yang dimuat BBC.


Menurut pengakuannya, junta militer tidak memberinya informasi apa pun tentang ibunya atau mengenai kondisi kesehatannya. Ia telah mencoba berbagai cara dengan menghubungi kedutaan Burma, Kantor Luar Negeri Inggris, hingga Palang Merah Internasional, namun tidak ada yang dapat membantunya.

"Sebelum ini, saya tidak ingin berbicara dengan media atau terlibat terlalu banyak. Lebih baik saya menjauh dari politik, Ibu saya tidak pernah ingin saya terlibat. Tapi sekarang, dia telah dijatuhi hukuman, dan militer jelas tidak masuk akal, saya pikir kini saya akan mengatakan apa yang saya inginkan,” ujarnya.

Suu Kyi dijatuhi hukuman 33 tahun penjara dalam serangkaian persidangan setelah militer mengkudetanya dan menggulingkan pemerintahan pada tahun 2021. Sejak saat itu, Myanmar telah mengalami banyak perpecahan yang meletus, yang menewaskan puluhan ribu orang, karena tindakan keras dari militer.

Atas kondisi yang kacau itu, putra Suu Kyi juga mendesak masyarakat internasional untuk dapat membantu menyelesaikan krisis di Myanmar, di mana korban sipil terus meningkat karena tentara disebut menggunakan persenjataan mematikan dan serangan udaranya untuk menghancurkan perlawanan.

“Masyarakat internasional harus mulai melakukan sesuatu, termasuk menempatkan embargo senjata yang tepat pada militer, dan bahkan mendukung mereka yang mencoba melawan militer,” tambahnya.

Namun, terlepas dari sanksi dan isolasi internasional yang telah diberikan kepada Myanmar, junta militer disebut masih terus mengimpor senjata, dan bahan mentah untuk membuatnya, yang memicu negara itu terus berada di dalam genggaman keras junta militer.

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Bank Mandiri Berikan Relaksasi Kredit Nasabah Terdampak Bencana Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 12:12

UMP Jakarta 2026 Naik Jadi Rp5,72 Juta, Begini Respon Pengusaha

Jumat, 26 Desember 2025 | 12:05

Pemerintah Imbau Warga Pantau Peringatan BMKG Selama Nataru

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:56

PMI Jaksel Salurkan Bantuan untuk Korban Bencana di Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:54

Trump Selipkan Sindiran untuk Oposisi dalam Pesan Natal

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:48

Pemerintah Kejar Pembangunan Huntara dan Huntap bagi Korban Bencana di Aceh

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:15

Akhir Pelarian Tigran Denre, Suami Selebgram Donna Fabiola yang Terjerat Kasus Narkoba

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:00

Puan Serukan Natal dan Tahun Baru Penuh Empati bagi Korban Bencana

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:49

Emas Antam Naik, Buyback Nyaris Tembus Rp2,5 Juta per Gram

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:35

Sekolah di Sumut dan Sumbar Pulih 90 Persen, Aceh Menyusul

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:30

Selengkapnya