Untuk pertama kalinya dalam tujuh tahun, sebuah pesawat yang mengangkut jemaah haji dari Yaman meninggalkan bandara Sanaa, untuk menuju Arab Saudi pada Sabtu (17/6).
Penerbangan ini menandai momen bersejarah, dalam upaya rekonsiliasi regional yang terjadi antara kedua negara dalam tujuh tahun terakhir.
“Ini merupakan penerbangan komersial pertama dari bandara Sanaa ke Arab Saudi secara langsung sejak ditutup pada 2016 lalu,” kata sumber yang berbicara secara anonim.
Kementerian Haji dan Umrah Saudi sebelumnya juga telah mengumumkan pada Kamis bahwa mereka akan memfasilitasi kedatangan jamaah Yaman melalui Bandara Sanaa, yang dikelola oleh pihak Houthi.
Mengutip
Anadolu Agency pada Minggu (18/6), sejak 2016 lalu, bandara Sanaa telah mengalami blokade yang diberlakukan oleh koalisi internasional sebagai bagian dari kampanye untuk melawan kelompok pemberontak Houthi.
Namun, pada tahun 2022, bandara tersebut mulai mengoperasikan penerbangan menuju ibu kota Yordania, Amman.
Negara itu telah dilanda kekerasan dan ketidakstabilan sejak 2014, ketika kelompok pemberontak Houthi yang bersekutu dengan Iran merebut sebagian besar wilayah negara ini, termasuk ibu kota, Sanaa.
Situasi semakin memburuk ketika koalisi militer yang dipimpin oleh Arab Saudi ikut terlibat dalam perang pada 2015 untuk menghadapi kekuatan militer Houthi dan mengembalikan pemerintah Yaman.
Namun, setelah sembilan tahun pertempuran sengit yang melanda Yaman, terjadi upaya deeskalasi di tengah-tengah usaha PBB untuk menyelesaikan konflik tersebut.
Selain itu, pemulihan hubungan antara Arab Saudi dan Iran yang di tengahi China pada Maret lalu juga telah memicu membaiknya situasi di Yaman.
Pembukaan rute penerbangan Sanaa-Jeddah ini menjadi salah satu tanda positif dalam upaya rekonsiliasi regional yang lebih luas.